Home Away from Home: Budaya Lokal (2)

Photo source: http://www.huffingtonpost.co.uk/2014/08/14/british-stereotypes_n_5461440.html

 

Setelah lebih banyak membahas mengenai interaksi dengan orang-orang lokal di minggu lalu, kali ini kami akan bercerita mengenai kebiasaan lain dari warga UK. Kebiasaan-kebiasaan ini tidak menyangkut sosialisasi, tetapi lebih pada kehidupan sehari-hari, seperti jam kerja, kebiasaan tidak membawa uang cash, belanja online, dan perilaku ramah lingkungan. Sepertinya topik-topik tersebut kecil, tetapi cukup penting dibahas agar kita sebagai pendatang dapat beradaptasi dengan baik di UK. Berikut ini paparan kami…

 

Jam Kerja

Pertama kali datang ke UK dari kota metropolitan semacam Jakarta, kami agak kaget. Mengapa? Karena ternyata UK (kecuali London) tak se-metropolitan yang kami kira. Membandingkan dengan Jakarta atau ibukota negara-negara Asia yang biasanya dijuluki sebagai ‘the sleepless cities’, tinggal di kota-kota di UK sepertinya membawa hawa malas. Bayangkan saja, kita yang terbiasa dengan mudah mencari barang-barang kebutuhan, bahkan di jam-jam aneh seperti tengah malam, harus membiasakan diri melihat jam kerja yang tertera di pintu toko-toko. Ya, rata-rata toko dan kantor di UK buka pada hari kerja mulai pukul 9.00 hingga pukul 19.00, (untuk kantor tentunya lebih cepat tutup). Ini adalah hasil observasi kami selama di Birmingham dan beberapa kota besar lain. Di kota-kota kecil? Jangan kaget kalau jam 18.00 sudah ‘tidak ada kehidupan’ lagi yaa… Hehehe. Jadi, jangan membayangkan kumpul-kumpul after office hour seperti di Jakarta (atau kota besar di Indonesia lainnya) yang biasanya baru mulai jam 19.00 di mall. Di Inggris, tempat-tempat yang buka di atas jam 19.00 adalah bar dan restoran, karena orang UK memang terbiasa kumpul-kumpul dan bersosialisasi di bar atau klub malam.

Apabila jam kerja atau jam buka di hari kerja seperti itu, bagaimana dengan akhir pekan? Pusat keramaian dan perbelanjaan biasanya buka di hari Sabtu dari pukul 9.00 hingga pukul 20.00. Ya, satu jam lebih lama dibandingkan di hari kerja. Lagi-lagi, ini adalah standar di kota-kota besar di UK. Untuk kota yang lebih kecil, biasanya jam operasional pun lebih pendek. Hal yang cukup membuat shock adalah jam operasional di hari Minggu. Kalau menurut Anda pusat perbelanjaan tutup pukul 19.00 itu kejam, rasakanlah berbelanja di hari Minggu. Sungguh lebih kejam. Pada hari Minggu, hampir semua kantor tutup dan pusat perbelanjaan hanya buka dari jam 11.00-17.00. Apaa? Ya, hal ini membuat kami (orang-orang yang tinggal di UK) malas sekali kalau harus berkegiatan di hari Minggu. Hari terasa begitu pendek. Bagaimana dong kalau kita butuh sesuatu di luar jam operasional tersebut? Biasanya, ada minimarket atau supermarket yang memang buka 24 jam, atau dari jam 6.00-11.00. Memang tidaklah banyak, tapi biasanya di lingkungan ramai perumahan atau mahasiswa, toko-toko seperti ini bisa ditemukan.

Selain toko, fasilitas umum lain yang biasanya terkait dengan keseharian mahasiswa dan keluarganya adalah bank dan transportasi. Nah, tidak seperti di Indonesia yang kalau mengantri bank rasanya lama sekali, disini tampaknya antrian bank cukup bisa ditoleransi. Pelayanannya juga cukup cepat. Biasanya, di kota-kota non London, bank buka pada hari Senin sampai Jumat pukul 09.30-17.00. Anda bisa datang kapan saja ke bank di antara jam tersebut. Bahkan, beberapa branch office bank ternama juga tetap beroperasi pada hari Sabtu dengan jam kerja normal, 09.30-17.00 dengan jenis pelayanan normal. Hal ini agak berbeda dengan keadaan di Indonesia yang rasanya sulit sekali menemukan bank yang buka pada hari Sabtu, yang kalaupun ada hanya buka hingga pukul 12.00 dan hanya melayani permintaan-permintaan tertentu.

Malasnya kami keluar pada hari Minggu juga disponsori oleh berkurangnya armada dan pelayanan transportasi umum. Ya, frekuensi kedatangan dan jumlah armada bus dan kereta pada akhir pekan, terutama hari Minggu memang menurun. Apabila di hari kerja bus bisa beroperasi 24 jam, atau dari pukul 03.00 hingga 24.00, maka pada hari Minggu ada bus tertentu yang tidak beroperasi sama sekali dan ada juga yang hanya melayani penumpang dari pukul 06.00 hingga 22.00. Selain itu, frekuensi kedatangan bus yang biasanya 15 menit sekali pun bisa berkurang hingga 30 menit atau 1 jam sekali. Kereta juga mengalami pengurangan frekuensi jadwal keberangkatan. Bahkan untuk stasiun kecil, pada hari Sabtu dan Minggu kereta mulai beroperasi pada pukul 09.30. Sehingga tidak jarang pula kami bepergian dengan menggunakan bus kemudian baru menyambung dengan kereta pada saat weekend.

Wah… jadi apa ya, yang dilakukan oleh warga UK di hari Minggu? Bersantai dan berkumpul bersama keluarga menikmati hari di rumah. Selain itu, bagi mereka yang memiliki kendaraan pribadi, biasanya memilih pergi ke taman atau restoran favorit keluarga sekedar untuk piknik, makan, dan berkumpul. Work-life balance memang sepertinya menjadi prioritas warga disini. Jadi, jangan marah, heran, atau kesal dengan kebiasaan jam kerja seperti ini. Bayangkanlah apabila Anda yang bekerja, maka pasti senang sekali kan, bisa menikmati akhir pekan yang santai tanpa dihantui pekerjaan?

 

Cashless

Pada umunya di Indonesia maupun negara-negara Asia lainnya, orang terbiasa kemana-mana membawa uang kas yang selalu siap sedia di dalam dompet maupun tas, maka di Inggris berbeda pula kondisinya. Warga UK lebih banyak bertransaksi menggunakan kartu, bisa debit card atau credit card. Hal ini dirasakan lebih praktis dan comfortable, karena tidak perlu membawa cash kemana-mana. Jadi, apabila berbelanja ataupun makan di restoran biasanya customer akan melakukan pembayaran dengan kartu. Untuk tempat perbelanjaan seperti minimarket dan supermarket besar, penggunaan kartu tetap diterima untuk pembelanjaan dengan nominal sekecil apapun. Meskipun begitu, ada beberapa toko tertentu yang menerima pembayaran dengan kartu dengan ketentuan jumlah transaksi minimal GBP 5. Oh iya, banyak juga tempat makan yang tidak menerima pembayaran dengan kartu lho, juga termasuk pasar tradisional, hehe. Jadi Anda sebaiknya cari tahu dulu restoran mana yang mengharuskan pembayaran dengan menggunakan uang cash. Lalu, untuk kasus seperti ini, bagaimana kalau kita kemudian lupa membawa uang? Tenang saja, karena mesin ATM tersebar di banyak tempat kok, bahkan di dalam supermarket pun biasanya terdapat mesin tarik tunai ini. Yang harus diperhatikan jika anda ingin mengambil uang tanpa dikenakan biaya, maka carilah mesin ATM bertuliskan ‘free cash withdrawal’.

Selain transaksi belanja groceries dan makanan, kebiasaan cashless ini berlaku juga dalam pembelian tiket transportasi publik. Untuk bus, mayoritas warga memiliki kartu langganan bus yang dapat diisi maupun di top-up bila saldonya habis, dan kita bisa memilih apakah ingin berlangganan mingguan ataukah bulanan. Penumpang keretapun sangat lazim membeli tiket dengan menggunakan kartu kredit atau debit, sehingga tidak heran di setiap mesin pembelian tiket kereta, terdapat slot untuk kartu dan layar yang men-display instruksi pembayaran. Jika memesan tiket kereta secara online, maka pada saat pengambilannya, baik melalui mesin maupun langsung ke petugas tiket, kita harus dapat menunjukkan kartu debit yang dipakai. Pengambilan tiket untuk nonton film di theater  yang pembeliannya dilakukan secara online, selain dengan kode booking, dapat juga menggunakan kartu debit yang dipakai pada saat pemesanan di internet. Meskipun transaksi ekonomi banyak yang memakai kartu, tetapi tidak sedikit pula warga yang masih menggunakan cash sebagai alat bayar nya, terutama warga lokal yang sudah lanjut usia.

 

Online shopping

Setelah sebelumnya kami membahas dunia perbelanjaan kebutuhan pokok dan bahan makanan di (link), ternyata ada satu kebiasaan juga yang masih terkait dengan shopping, yaitu belanja online. Sebenarnya di negara berkembang seperti Indonesia pun, online shopping ini sudah cukup ngetrend ya recently, bahkan tampaknya kian hari kian digemari. Nah, lalu apa bedanya nih sama yang ada di sini? Di UK, belanja online ini menurut kami istimewa, karena hampir seluruh supermarket, pusat perbelanjaan, dan brand-brand memiliki lini belanja secara online. Biasanya pula, konsumen dimanjakan dengan banyaknya promo juga free delivery untuk pembelian dengan minimum sejumlah tertentu melalui pemesanan online ini.

Jika di Indonesia anda familiar dengan situs belanja online semacam lazada dan tokopedia, di UK terdapat dua situs yang sangat populer yaitu ebay dan Amazon. Di ebay yang dapat anda visit melalui www.ebay.co.uk, dan Amazon melalui www.amazon.co.uk, anda dapat menemukan berbagai produk yang anda perlukan dengan berbagai range harga dan merk. Selain itu, anda pun dapat memfilter pencarian barang berdasarkan banyak kategori, seperti barang baru atau secondhand (bekas tetapi masih layak pakai), kisaran harga, warna produk, lokasi barang, ukuran, dan lainnya. Uniknya melalui ebay, kita dapat menemukan barang yang siap langsung dibeli, barang yang dapat dibeli dengan menawar terlebih dahulu, dan barang yang bisa dibeli melalui lelang (bidding system). Produk yang bisa dibeli dengan menawar terlebih dahulu biasanya memiliki opsi untuk dibeli langsung dengan harga yang telah ditetapkan. Jika anda setuju dengan harga tersebut maka tidak perlu menawar, tetapi jika ingin harga yang lebih rendah silakan melakukan penawaran pada field yang tersedia dengan maksimal tiga kali penawaran. Sementara itu, di dalam sistem bidding, penjual biasanya sudah menetapkan harga awal penawaran, kemudian pembeli dapat mulai mengajukan harga yang ditawarkan untuk dibayar. Barang akan terjual kepada pembeli dengan penawaran nilai beli tertinggi pada penghujung waktu barang tersebut listing di ebay. Nah, sistem bidding semacam ini sangat digemari kalangan penerima beasiswa dan keluarga seperti kami, karena memang biasanya barang dengan kondisi bagus bisa diperoleh dengan harga yang lebih murah jika dibandingan langsung membeli barang yang sudah siap dibeli (tanpa melalui proses lelang). Situs Amazon juga memiliki kelebihan karena range barang yang tersedia biasanya lebih banyak dan banyak barang yang ditawarkan mempunyai feature amazon prime dimana barang tersebut digaransi dapat sampai ke alamat tujuan dalam waktu 24 jam, bahkan feature amazon prime now memungkinkan pengiriman barang dilakukan dalam waktu sekitar dua jam saja sejak pembelian barang. Hal tersebut sangat menolong apabila kita membutuhkan suatu barang yang akan digunakan dalam waktu sangat segera, sementara kita sudah tidak sempat lagi untuk mencarinya ke toko.

Belanja online ini tidak hanya berlaku pada barang-barang seperti baju dan sepatu, atau peralatan rumah tangga. Belanja online juga bisa dilakukan untuk barang-barang kebutuhan sehari-hari, seperti makanan dan minuman. Fasilitas ini biasanya mempermudah kita sebagai pelanggan apabila ingin membeli dalam jumlah banyak sedangkan harus naik kendaraan umum. Tidak praktis rasanya harus membawa barang-barang banyak dan naik turun bus. Oleh karena itu, sebagian orang memilih untuk berbelanja online sehingga barang langsung sampai ke rumah. Kondisi lain yang biasanya membuat warga UK memilih untuk berbelanja online adalah ketika cuaca sedang sangat buruk. Beberapa tahun lalu, badai salju melanda UK. Pada saat itu banyak orang yang persediaan makanannya sudah sangat minim harus berbelanja. Kondisi cuaca yang tidak memungkinkan untuk keluar rumah tanpa kendaraan pribadi akhirnya mengharuskan warga untuk berbelanja online.

 

Ramah Lingkungan

Kebiasaan lain yang juga telah membudaya di Inggris adalah tindakan-tindakan keseharian yang mencerminkan prinsip ramah lingkungan. Hal yang paling sederhana adalah dengan memisahkan pembuangan sampah berdasarkan materialnya. Meskipun penyediaan tempat sampah yang memisahkan antara recycle dan non-recycle belum tersedia di semua area,  tetapi masyarakat telah terbiasa dengan pemisahan sampah tersebut. Nah, masih mengenai buang-membuang, tidak hanya sampah, proses pembuangan barang pun memiliki aturannya tersendiri. Untuk membuang barang-barang besar, seperti tempat tidur, sofa, dan sebagainya, kita tidak boleh sembarangan. Pihak city council harus dihubungi agar ada orang yang mengambil barang tersebut dari rumah kita. Kita pun harus membayar sejumlah uang tertentu sebagai balas jasa pembuangan barang tersebut. Haha. Ribet ya? Oh ya, salah satu rekan kami pernah membahas hal ini di: http://riverpost.id/mulan-menyelamatkan-bumi/.

Masih terkait dengan aksi go green, penggunaan kantong plastik juga dibatasi disini. Untuk mendukung hal ini, jika sebelumnya pada saat belanja kita bisa mengambil kantong plastik dengan gratis, maka sekarang setiap selembar kantong plastik yang kita ambil akan dikenai charge sebesar GBP 0.05-0.2, tergantung dari ukurannya. Ya, kalau di Indonesia masih banyak orang protes dan mengkritisi alokasi dana yang didapat dari pembelian kantong plastik tersebut, tidak begitu halnya dengan di sini. Seluruh toko telah menjalani hal ini (kecuali pasar tradisional dan toko yang menggunakan kantong kertas) dan biasanya pada kantong plastik yang kita beli, telah dengan jelas tergambar atau tertera organisasi apa yang menerima uang hasil penjualan plastik tersebut. Dengan charge terhadap kantong plastik, diharapkan konsumen dapat meminimalkan penggunaan kantong plastik, sebagai bentuk tanggung jawab terhadap lingkungan atau apabila konsumen terpaksa membelinya, maka dengan jelas diketahui bahwa hasil penjualan pun dialokasikan untuk organisasi ramah lingkungan.

Bentuk lain dari aksi ramah lingkungan ini adalah menjamurnya charity shop di UK. Eh, mengapa dinamakan charity shop? Karena memang semua hasil penjualan barang-barangnya didonasikan untuk mendanai kegiatan sosial, misalnya yayasan penderita kanker, penderita penyakit jantung, penyayang satwa, animal shelter, penyandang cacat, dan masih banyak lagi. Barang apa saja yang dijual di charity shop? Banyaaak banget mulai dari baju, tas, sepatu, buku, barang pecah belah, peralatan rumah tangga, alat elektronik, mainan anak-anak, DVD film, CD musik, dan masih banyak jenis barang lain yang terkadang tidak disangka ternyata kita membutuhkannya. Jenisnya juga beda-beda, ada yang khusus furniture dan alat rumah tangga, ada yang khusus menjual baju dan produk fashion, dan tak ketinggalan charity shop khusus buku. Karena fashion di UK ini selalu berganti seiring perubahan musim, dan juga perputaran yang cepat, maka baju-baju yang dijual di toko secondhand tersebut juga selalu berganti model. Keberadaan toko-toko semacam ini merupakan solusi untuk banyak pihak. Bagi si penyuplai, tentu saja mereka terbantu karena dengan menyumbangkan baju maupun barang-barang yang tak lagi terpakai, itu artinya mereka terbebas dari keharusan membuang barang-barang tersebut dan sekaligus mengurangi sampah rumah. Ingin ‘membuang’ barang bekas Anda ke charity shop? Caranya sangat mudah. Anda bisa langsung mengantarkan barang-barang Anda ke charity shop terdekat atau memasukkannya ke ‘charity bank’ yang bentuknya seperti tempat sampah. Charity bank ini biasanya tersebar di daerah pemukiman penduduk. Itulah sebabnya masyarakat Inggris dengan senang hati membawa barang-barang yang sudah tak lagi terpakai di rumah mereka ke charity shop, dibandingkan jika mereka harus membayar sejumlah uang demi pelayanan pembuangan barang ke pemerintahnya. Manfaat untuk toko atau yayasan pengelola social activity, hal ini menambah potensi sumber dana masuk untuk menyokong aktivitas sosial yang mereka jalankan. Sedangkan yang juga penting untuk pembelinya (termasuk kami dan keluarga-keluarga orang Indonesia yang tinggal di sini), adalah dapat menghemat pengeluaran dengan signifikan, karena memang harga yang dibandrol sangat sangat miriiing, jadi ya worth to visit lah. Karena kondisi barangnya bekas pakai, jadi kita harus pintar-pintar memilih ya, sebab memang tidak semuanya dalam kondisi yang masih rapi jali. Telatenlah untuk cek kondisi fisik barang sebelum membeli. Oh iya, kami tidak bertanggung jawab ya kalau Anda ketagihan berkunjung ke charity shop, hehehe.
Sekian pemaparan kami mengenai budaya lokal. Dua artikel ini sepertinya panjang sekali, tetapi bahkan mungkin belum bisa meng-cover seluruh pengalaman unik yang kami dapatkan selama tinggal di UK. Silahkan datang dan alami sendiri, ya! Tunggu seri artikel kami berikutnya tentang pendidikan anak di UK. Stay tuned!

 

Advertisement

AdventureNotes #26: Peak District

Edensor, Peak District

Most of my AdventureNotes talk about traveling to cities (except if you consider Hull not as a city, haha!). This time, I will share my experience traveling to villages. I think around February, I got a chance to visit Peak District. It is an area categorized as one of National Parks in the UK. It is located to the north of Birmingham, just beside Sheffield. If you love the greens and nature, you will sure love it here.

It is not easy to reach this place. First of all, Peak District is big! There are various villages and green areas included in this district. Therefore, you have to be specific as in where you want to go to. As an Indonesian, we (yes, I visited the place with some of my friends) are inspired by a novel written by Andrea Hirata that is titled Edensor. Indeed, Edensor is the name of a village in Peak District. We don’t know why he chose that title for the novel, but it is legendary. We decided to visit the village as our main destination and then explore the surrounding area later on. So how did we manage to get into the village? By car. There is access by public transportation, but the service is scarce. You have to go to Sheffield first, and then take a bus to somewhere near Edensor. It is even more scarce in the weekend.

Actually, it was my first time experience renting a car to go somewhere in the UK. The process is not difficult and we can do it online. My husband just had to collect the car in the appointed place (usually airports) on the allocated time and to return the car also at the allocated time. We paid a little bit more for the insurance because it ‘safeguard’ us from further claims from the car rent company if something happen to the car. As a common policy here, we take the car with full tank of fuel and we have to return it in the same condition. So, don’t forget to calculate these costs when you are comparing the price of renting a car and of taking a public transportation. Oh! One more thing. We can use our Indonesian driving licence here as we have been living in the UK for less than a year. If you have lived in the UK for more than a year, you have to apply for the local driving licence.

The journey from Birmingham to Edensor should take around 1.5-2 hours. We took longer time because we got a bit lost. The intersections in UK is just confusing! Haha. Starting our journey from Birmingham at 7, we finally arrived at Edensor at around 10. The journey was pleasant and the surroundings and ambience was really different when we start coming into the Peak District area. It was just green and beautiful. Finding a parking space is not too difficult there. There is one big parking area near the Cathsworth House, but we chose to park just along a street in the Edensor Village. Edensor Village is a very small area that consists of maybe around 20 houses. It has only one main street, a church, and a tea house. At the end of the main road, there is a huge green area for farming. We explored the village, came inside the greenery area and enjoyed the view.

Having had enough of the village, we then walked across the road to a park. I think the name is Cathsworth Park. The view from the park onlooking the Edensor Village is even more beautiful. We seriously thought that it was the place where the inspiration for the book cover was. We endlessly took pictures there. Walking through the park, the scenery was amazing. At one end, we could see the Cathsworth House. It is the house for the Duke and Duchess of Devonshire. Nowadays, it is open for public, exhibiting numerous art collections. We can also visit the farm, garden, and annual Christmas event there. Unfortunately, at the time we visited the area, the house was closed for renovation. It was such a shame. I would love to see the inside of the house as the outside is so grand!

After having a picnic near the house, we just drove around the Peak District area. There are many little villages and the so-called towns. The villages are not far from each other. Again, it is all about the beauty of a country-side. We drove to a high point in Buxton. Climbing up to the hills, we can see such a beautiful scenery. Along the way, we saw many cyclists. I think it is a popular area for outdoor activities, such as hiking, cycling, and motorbiking. What’s interesting is that with that contour (steep hills and slopes), the outdoor activities are really for everyone. I mean, we saw kids with their parents, and even senior citizens doing the same activity. Gosh! How strong are they!
Anyway, the visit ended there. It was such a refreshing escape from the hustle bustle of a city. Peak District done, but I still have a long checklist to go. Maybe next, I will visit Lake District!

Home Away from Home: Budaya Lokal (1)

Dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung. Peribahasa tersebut pasti sering kita dengar, kan ya? Apa hubungannya dengan postingan minggu ini? Masih ingat kan dengan tulisan sebelumnya tentang kehidupan sehari-hari di UK.. Nah, berhubung kita sedang merantau di negeri orang, sudah seharusnya dalam keseharian kita menghormati budaya lokal, tata krama, atau kalau di Indonesia biasanya kental disebut adat-istiadat, hehe. Berbeda kota dalam satu negara saja bisa berbeda kebiasaan, apalagi yang beda negara ya. Masyarakat Inggris pun memiliki budaya lokal yang lumayan jauh berbeda dengan kita sebagai orang timur. Dalam tulisan kali ini, kami mencoba untuk membahas beberapa local culture yang ada di UK.

Adanya pembahasan ini tidak berarti kita yang masyarakat Indonesia harus bergaya kebarat-baratan. Bukan pula berarti kita melupakan budaya timur. Namun, mengetahui budaya lokal sangat penting untuk membantu kita beradaptasi dan berinteraksi dengan masyarakat secara luas selama berada di UK. Nah, ada banyak budaya lokal di sini, tetapi kami akan memaparkan hal-hal yang umum dan yang pernah kami alami. Sisanya, silahkan coba cari tahu sendiri ya…

Common courtesy

Masyarakat Inggris sangat menjunjung tinggi nilai kesopanan (politeness). Meskipun saat ini kemajuan zaman yang diikuti dengan derasnya perkembangan teknologi yang suka tidak suka menggerus interaksi sosial antar manusia, tetapi selama tinggal di UK ini, kami masih dapat merasakan kentalnya kebiasaan-kebiasaan baik dari warga lokal. Dimulai dari hal kecil seperti pengucapan ‘thank you’, ‘sorry’, dan ‘please’ sebagai bentuk dari apresiasi kepada orang lain. Hampir di semua aspek kehidupan sehari-hari dimana kita berinteraksi dengan orang lain, sebanyak itu pula kita sering mendengar orang lain mengucapkan terima kasih, dan bahkan meminta maaf meskipun sebenarnya terkadang hal tersebut bukanlah kesalahan mereka. Penanaman kebiasaan ini dimulai sejak kecil baik dari lingkungan keluarga maupun di sekolah. Kebiasaan baik yang diajarkan sedari dini ini kemudian tetap terjaga hingga mereka dewasa dan hingga usia senja. Selain itu, biasanya di tempat perbelanjaan, pegawai atau staf toko juga selalu menyapa kita dengan menanyakan kabar. Hal tersebut selain sebagai sapaan atau basa-basi, juga merupakan cara mereka menanyakan apakah ada yang bisa dibantu. Contoh lain adalah kebiasaan pria lokal yang akan membukakan pintu untuk orang lain terutama wanita, bahkan meskipun orang lain tersebut berusia lebih muda dan datang dibelakangnya, pria tersebut akan tetap menahan pintu tetap terbuka dan mempersilakan wanita untuk lewat terlebih dahulu. Kemudian, orang-orang lokal, terutama warga senior, seringkali menggunakan panggilan-panggilan sayang, seperti ‘love’, ‘dear’, dan ‘darling’, bahkan untuk bercakap-cakap dengan orang yang baru dikenal. Don’t be insulted atau menganggap ini pelecehan seksual, ya. Jangan juga ge-er dan minta nomer telepon. Hal ini adalah kebiasaan, cara mereka untuk menjalin hubungan baik dengan orang lain. Jadi, jangan terheran-heran ya ketika nanti anda sering mendengar ucapan-ucapan dan perilaku yang menunjukkan atensi kepada anda, karena memang hal itu telah menjadi kebiasaan baik bagi mereka.

Kebiasaan baik warga lokal (sebagian besar warga lokal, karena ada juga anak-anak muda yang tidak meneruskan tradisi baik) juga tercermin pada prioritas mereka terhadap anak-anak, wanita, orang berusia lanjut, dan orang-orang berkebutuhan khusus. Misalnya, bus di UK menyediakan tempat khusus bagi orang-orang yang membawa stroller, bagi orang-orang berkursi roda, dan warga lanjut usia. Biasanya, tempat-tempat ini tidak diduduki oleh warga lain. Namun, ketika kita terpaksa mengambil tempat prioritas ini, pastikan bahwa tidak ada orang lain yang lebih membutuhkan dibandingkan kita. Jika pada akhirnya ada penumpang manula atau berkebutuhan khusus masuk, maka sebaiknya anda segera berdiri dan memberikan priority seat tersebut kepada orang yang membutuhkan.

Budaya antre juga merupakan hal yang biasa terlihat di UK. Orang-orang tidak hanya antre pada saat berbelanja atau akan membeli sesuatu, tetapi juga pada saat akan masuk ke dalam kendaraan umum. Normanya adalah, kita diminta untuk mendahulukan orang-orang yang akan keluar dari kendaraan umum, baik tube, kereta, tram, atau bus. Setelah itu, barulah giliran orang-orang yang akan masuk, dimulai dari orang pertama yang menunggu di halte atau pemberhentian tersebut. Masalah antre ini cukup sensitif. Biasanya, apabila ada yang ‘menyelak’ antrian, orang tersebut akan ditegur oleh orang-orang lain yang sudah terlebih dahulu antre. Selain itu, hal yang juga cukup banyak disoroti mengenai perilaku warga Indonesia di UK adalah mengenai budaya tepat waktu. Jika di Indonesia, istilah jam karet cukup lazim bagi kita, maka jangan coba-coba untuk menerapkannya di sini ya. Budaya tepat waktu menjadi salah satu ciri yang cukup jelas di banyak negara maju temasuk di Inggris ini. Apabila anda memiliki janji dengan orang lokal, usahakan juga untuk menepatinya sesuai dengan waktu yang sudah disepakati. Apabila anda hendak membatalkan janji tersebut sebaiknya memberi kabar terlebih dahulu dan tidak mepet dalam menghubungi pihak kedua. Sebagai contoh kasus, kabarnya para dosen di University of Birmingham ada yang sudah hafal kebiasaan jam karet mahasiswa Indonesia. Saking banyaknya yang sering terlambat masuk kelas, orang-orang Indonesia seperti sudah ‘dicap’. Tidak jarang pula, mereka ditegur saat masuk kelas. Nggak enak, kan, kalau ditegur di depan umum? Apalagi kita terlihat berbeda (ya, orang Indonesia kan khas dengan kulit eksotisnya). Rasanya cukup malu-maluin negara dan bangsa. Hahaha… Jadi, meskipun mungkin di negara sendiri budaya antre dan tepat waktu belum sepenuhnya ditaati, berusahalah untuk membiasakannya ketika tinggal di sini.

Hal menarik lainnya adalah tingginya level individual warga lokal Inggris, dimana mereka cenderung untuk menjaga jarak dari orang lain. Misalnya saja ketika berada di dalam bus atau kereta. Kebanyakan orang Inggris akan duduk pada deretan kursi yang masih kosong dan kemudian menaruh tas atau bawaannya pada kursi sebelahnya. Penduduk lokal biasanya akan berusaha untuk melakukan upaya yang menunjukkan sign bahwa dia sedang menjaga jarak, menginginkan privasi, dan juga untuk tidak diganggu (contoh dengan diajak berbicara). Mereka memang sengaja menghindari interaksi dengan orang lain terutama yang tidak dikenal. Nah, biasanya jika tetap ada orang yang duduk disebelahnya, orang tersebut akan dengan jelas menampakkan ketidaknyamanannya. Mereka memang tidak akan protes, tetapi kejadian ekstrim yang pernah kami alami adalah mereka mungkin akan segera beranjak untuk berpindah tempat duduk. Sehingga sebaiknya tidak duduk dekat-dekat dengan orang lain kecuali jika terpaksa sudah tidak ada tempat duduk yang lain. Hal lain yang perlu diingat adalah mengenai budaya ‘kepo’ orang Indonesia yang membuat kita seringkali mengamati orang lain secara berlebihan (baca: menatap seseorang dalam waktu lama di ruang publik). Nah, sebaiknya hal ini dihindari agar tidak dianggap aneh, atau bahkan menyinggung orang lain. Salah satu kawan kami bahkan pernah kena ‘semprot’ anak usia SD karena anak tersebut merasa ditatap terlalu lama oleh kawan kami. Anak tersebut menegur dengan berucap ‘What are you looking at?’

Berkaitan dengan anak-anak, interaksi dengan anak-anak adalah hal yang perlu sangat diperhatikan. Kalau boleh dibilang, kita harus sangat berhati-hati saat berinteraksi dengan anak-anak. Pertama-tama, bentuk perilaku kesopanan di UK dan di Indonesia berbeda. Jadi, jangan kaget apabila Anda dipanggil dengan nama panggilan oleh anak TK. Ya, tidak seperti di Indonesia yang dengan mudah memberikan embel-embel ‘om, tante, bude, pakde’, anak-anak di UK terbiasa memanggil siapa pun (kecuali guru dan keluarga terdekat) dengan nama mereka. Hal ini kadang-kadang juga diadopsi oleh anak-anak Indonesia yang bersekolah di UK. Mereka pun seringkali diingatkan oleh orang tua mereka agar menambah kata ‘tante’ atau ‘om’ sebelum memanggil orang Indonesia lain. Selesai masalah panggil memanggil, kita juga harus sangat berhati-hati ketika berinteraksi dengan anak-anak. Peraturan mengenai perlindungan anak di UK sangat ketat. Bahkan di sekolah, guru dan pihak sekolah tidak boleh mengambil gambar (foto) anak tanpa persetujuan orang tua. Kalau sekolah dan guru saja tidak boleh, apalagi stranger, kan? Oleh karena itu, jangan asal foto kalau bertemu anak lucu. Hal ini juga berlaku pada sentuhan fisik. Menyentuh anak secara fisik pun dilarang tanpa persetujuan dari anak dan orang tua. Jadi, jangan coba-coba towel-towel bayi menggemaskan. Wah, yang simpel-simpel saja tidak boleh, apalagi yang agak ‘berat’ seperti menawarkan dan memberi makan anak orang lain. Nah, ini juga ada alasan kesehatan dan keamanan. Orang-orang UK pada umumnya sangat concern pada alergi. Oleh karena itu, kita tidak boleh asal memberi makan karena mungkin saja ada bahan makanan yang merupakan alergen bagi anak tersebut. Haaaahh… Lalu bagaimana? Susah banget mau interaksi sama anak kecil… Kuncinya adalah minta izin pada orang tua. Berkenalanlah dulu dengan orang tua sebelum berinteraksi dengan anak. Dengan begitu, kita bisa lebih mudah meminta izin untuk berinteraksi dengan anak.

Masih berhubungan dengan anak peranakan dan peraturannya yang cukup rumit di UK, rasanya masyarakat Indonesia yang di UK juga perlu tahu sedikit gambaran mengenai apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan ke anak (meskipun anak tersebut adalah anak kandung kita). Ya, saat kita berada di UK, maka kita pun subject to peraturan di UK sehingga pelanggaran yang kita lakukan pun akan mendapatkan konsekuensi sesuai dengan aturan hukum yang berlaku di UK. Apa saja panduan umum dalam memperlakukan anak? Anak-anak memiliki posisi yang penting dalam hukum UK. Mereka diedukasi sehingga tahu betul hak-hak mereka. Oleh karena itu, bukan hal yang asing bagi anak-anak untuk menelepon social service untuk melaporkan tindakan tidak menyenangkan yang dilakukan oleh orang dewasa, termasuk orang tua mereka, kepada pihak berwajib. Wih, seram juga ya… Betul! Mungkin bagi orang Indonesia, aneh sekali ada anak yang melaporkan orang tuanya ke polisi. But it happens here. Jadi, kita sebagai orang dewasa dan orang tua pun harus benar-benar menjaga perilaku kita terhadap anak. Jelas, tindakan kekerasan fisik dilarang di UK. Ya wong memegang saja harus hati-hati, apalagi kekerasan fisik. Anak-anak tidak boleh dipukul, dijewer, atau disentil. Apabila ada orang lain yang melihat, ia bisa melaporkan Anda pada social service atau polisi dan hal ini akan ditindaklanjuti. Pun dengan anak-anak yang terlihat kelaparan, berkeliaran dengan orang tua pada jam sekolah, dan anak-anak yang terlihat ditinggal sendirian tanpa pengawasan, baik di rumah sendiri ataupun di area umum. Semua dapat dilaporkan ke pihak berwajib. Oleh karena itu, kita harus berhati-hati saat memperlakukan anak. Apa yang akan terjadi apabila Anda dilaporkan? Pihak social service dan polisi akan datang ke rumah Anda untuk melakukan wawancara dan observasi. Apabila hasil wawancara dan observasi tidak memuaskan, maka bisa saja ada tindakan lanjutan atau akan dilakukan mediasi dengan social service.

Pernahkah ada warga Indonesia yang mengalami hal ini? Ada. Seorang teman pernah ‘kehilangan’ anaknya di kota lain (bukan kota tempat ia tinggal). Anak ini rupanya tertidur di dalam bus dan orang tuanya tidak sadar bahwa anak tersebut tertinggal di bus saat mereka turun. Saat itu, kondisinya adalah mereka sedang berjalan-jalan bersama banyak sekali warga Indonesia. Biasa dong ya, namanya orang Indonesia kan percaya saja, mungkin anaknya sedang bersama si tante ini atau dengan si temannya yang itu. Akhirnya, anak tersebut ditemukan oleh supir bus di tujuan akhir bus yang ia naiki. Saat dibangunkan, anak tersebut bisa dengan lengkap menyebutkan nama orang tua dan alamatnya (nah, ini juga pelajaran penting bahwa anak harus bisa berbahasa Inggris sederhana dan mengerti pertanyaan, serta dapat menyebutkan nama orang tua dan alamatnya). Anak tersebut akhirnya dikembalikan kepada orang tuanya. Namun, saat mereka tiba di kota tempat mereka tinggal, rumah mereka didatangi oleh polisi dan pihak social service. Keluarga tersebut diwawancara dan diamati. Polisi pun tampak banyak berpatroli di sekitar rumah tersebut. Hal ini berlangsung selama kurang lebih satu bulan. Pengamatan dan penjagaan ekstra berakhir ketika tidak ada laporan dan kejadian child abuse atau perlakuan tidak normal pada anak selama masa pengamatan.

Kira-kira, seperti itulah gambaran mengenai budaya lokal di Inggris. Hal-hal yang kami sampaikan adalah perilaku yang sering terlihat sehari-hari dan rasanya penting untuk diketahui agar tidak awkward dalam berinteraksi dan agar tidak melakukan hal-hal yang mungkin dapat menimbulkan masalah berujung rumit, seperti kasus child abuse. Berikutnya, kami akan membahas mengenai persepsi orang-orang lokal terhadap imigran seperti kami.

 

Diskriminasi / sosialisasi

Beberapa orang pernah bertanya pada kami mengenai kesulitan yang dihadapi saat berada di UK karena kami mengenakan hijab. Entah mengapa, anggapan bahwa wanita berhijab dan orang-orang Islam akan mendapatkan perlakuan diskriminatif di negara-negara Barat, termasuk UK, masih banyak ditemukan di masyarakat Indonesia. Bahkan, Izza ingat sekali bahwa ibu dan adiknya yang akan mengunjunginya di UK pada tahun 2013 diminta oleh pihak tour untuk membuka hijab atau menampakkan telinga pada saat foto untuk permohonan visa. Whaaaat? Aneh sekali! Sudah sejak lama wanita-wanita berhijab boleh difoto dengan mengenakan hijabnya untuk keperluan visa. Jangankan yang menggunakan hijab, di UK banyak juga wanita Muslim yang mengenakan cadar. And they are doing fine. Jadi, kalau-kalau Anda diminta untuk melepas hijab atau menampakkan telinga pada saat foto untuk keperluan visa, jangan mau! Take your chance, masyarakat UK sudah terbiasa kok, dengan hijab.

Salah satu alasan mengapa masyarakat di UK cukup paham mengenai hijab adalah karena UK merupakan negara multikultur. Warga UK tidak hanya terdiri dari orang-orang asli yang berkulit putih, tetapi juga mereka-mereka yang datang dari berbagai penjuru dunia dan kemudian menjadi warga negara UK. Selain itu, negara ini juga memiliki proporsi imigran yang cukup besar. Jangan heran kalau Anda bisa melihat orang-orang yang berbeda warna kulit, ras, dan agama di suatu tempat. Hal ini sangat terlihat di kota-kota besar, seperti London, Birmingham, dan Manchester. Sedangkan di kota yang lebih kecil, biasanya penduduk masih didominasi oleh warga lokal kulit putih.Nah sehubungan dengan hijab, agama Islam adalah agama terbesar kedua setelah kristen, oleh karenanya banyaknya warga muslim di UK merupakan pemandangan sehari-hari di mayoritas kota besar di UK.

Keberagaman penduduk di UK membuat pihak pemerintah dan penyedia jasa serta barang menjadi lebih kreatif dalam memberikan fasilitas yang memenuhi kebutuhan seluruh warga. Seperti yang telah disebutkan di artikel sebelumnya, jangan heran kalau banyak tempat yang didedikasikan sebagai multifaith prayer room, adanya opsi makanan halal dan makanan vegetarian, atau banyaknya fasilitas dan akses yang diberikan bagi orang-orang berkebutuhan khusus. Hal ini memberikan kenyamanan bagi seluruh warga yang menetap di UK. Minimnya constraint bagi setiap warga untuk menjadi dirinya sendiri pun akhirnya mendorong atmosfer yang baik, terutama mengenai terciptanya kerukunan antarwarga.

Jadi, tidak ada diskriminasi sama sekali? Ya, tidak bisa dibilang seperti itu juga. Pastinya ada kasus-kasus kecil yang muncul, yang berhubungan dengan diskriminasi. Apalagi jika ada isu sara atau terorisme yang merebak, hal ini akan memancing reaksi dari warga lokal. Sebagai contoh, satu hari setelah adanya kabar teror bom di kota Paris beberapa waktu lalu, Alif pernah beberapa kali diteriaki oleh sekelompok orang di pusat kota yang intinya menyatakan bahwa mereka membenci agama Islam dan tidak menginginkan muslim berada di tengah-tengah mereka. Bahkan juga sempat terjadi sweeping bagi muslimah yang berhijab, sehingga pihak keamanan menghimbau agar muslimah berhijab menghindari keramaian untuk beberapa hari. Perasaan kaget dan sedikit takut pun dia alami, tetapi perlakuan-perlakuan semacam itu memang terkadang terjadi dan sudah wajar di negara multikultur seperti ini. Biasanya, hal ini dilakukan oleh orang-orang lokal yang kurang terdidik, ‘kelas atas’ (meskipun golongan ini juga mendiskriminasi warga lokal kelas pekerja), dan orang-orang tua yang konservatif. Namun, jumlahnya sedikit dibandingkan dengan perlakuan baik yang diterima oleh para imigran dan orang-orang non-white. Salah satu bentuk tindakan non-diskriminatif yang tampaknya bahkan belum diaplikasikan di Indonesia adalah banyaknya Sales Assistant di mall-mall dan pusat perbelanjaan yang mengenakan hijab. Mereka dapat bekerja di brand apa saja, di bagian mana saja dan tetap bebas mengenakan hijab mereka. Berdasarkan pengamatan, hal ini belum terjadi di Indonesia. Seringkali terlihat para sales assistant yang bekerja di pusat perbelanjaan harus melepas kerudung saat bekerja dan memakainya kembali pada saat selesai bekerja. Miris juga ya…

Iklim yang baik dalam hal keberagaman ini menimbulkan kenyamanan bagi kami. Akibatnya, kami sebagai imigran, Muslim, dan Asian dapat berinteraksi dengan orang-orang lokal dengan cukup baik. Mereka ramah, terkadang banyak bertanya mengenai Indonesia, budaya timur, dan agama, serta sangat helpful. Selain itu, ada juga beberapa keuntungan yang kami dapatkan saat berinteraksi dengan orang-orang dari berbagai latar belakang yang berbeda. Misalnya, seringkali ada pertanyaan tentang Indonesia sehingga kita juga bisa sekalian promosi pariwisata dan bisa memberikan perspektif baru dalam diskusi dan obrolan dengan masyarakat umum. Hal ini sangat dihargai oleh warga lokal karena mereka menjunjung tinggi kebebasan berpendapat. Jadi, meskipun mereka nantinya tidak setuju dengan pandangan kita, mereka akan tetap menghargai pendapat tersebut. We agree to disagree. Selain itu, kami sebagai Muslim dengan identitas Muslim yang jelas (karena mengenakan hijab) sering juga mendapatkan perilaku khusus, seperti mendapat diskon saat berbelanja karena penjualnya juga Muslim, diingatkan mengenai opsi makanan halal saat akan masuk restoran, dan disapa dengan salam oleh Muslim lain saat bertemu di jalan. Pada bulan Ramadan ini, bahkan tidak hanya Muslim yang mengucapkan ‘selamat berpuasa’ atau menanyakan kabar puasa kita. Orang-orang UK sangat aware terhadap adanya bulan Ramadan, sehingga kadang-kadang kami pun mendapat ucapan ‘ramadan kareem’ dari orang-orang lokal.

 

Demikian sharing pengalaman kami tentang common courtesy di Inggris, dimana kami meyakini bahwa kebiasaan-kebiasaan baik yang akhirnya menjadi budaya lokal warga UK memang telah terbentuk dan apabila dilakukan akan memberikan efek positif dua arah. Pertama, sebagai bentuk saling menghormati dan penghargaan terhadap orang lain; dan kedua, karena dengan melakukan kebiasaan baik tersebut maka akan muncul rasa nyaman dan bahagia dalam diri kita sendiri. Hal-hal baik inipun akan menular jika kita lakukan dengan tulus. Tingginya toleransi dalam interaksi sosial di dalam kentalnya perbedaan antar warga di UK menjadikan kami sebagai pendatang merasa diterima dan tenang dalam menjalani keseharian di sini. Meskipun begitu, sebagai warga non-lokal hendaknya kita tetap mawas diri dan berhati-hati dalam tindak-tanduk maupun lisan sehari-hari. Jadi untuk Anda yang akan datang dan tinggal di Inggris, tidak perlu terlalu kawatir dengan isu-isu diskriminasi yang sering beredar. Siapkan diri untuk menjadi penduduk UK, juga dengan mengikuti local culture yang berlaku di negara tersebut. Oh ya, mengenai local culture ini, dua orang rekan kami yang juga tinggal di Birmingham juga sering menulis mengenai hal-hal unik yang mereka alami di UK. Silahkan cek ke: http://riverpost.id/author/sondang-purba/ dan http://riverpost.id/author/ari-kristiana/.

Sampai ketemu minggu depan pada lanjutan topik Budaya Lokal bagian kedua. Stay tuned yaa!

Photo source: https://theadventureofizzaodotcom.files.wordpress.com/2016/06/c8f3f-very-british-problems-tv-show-034-1439544889.jpg

University 101: The Art of Asking Questions (1)

Yay! Akhirnya dapat semangat untuk menulis sesuatu yang ‘berbau’ akademis. Kali ini, ‘baunya’ agak jauh sih, tapi yaa gapapa lah yaa..

Baru-baru ini saya mengikuti online course yang diselenggarakan oleh FutureLearn tentang menyiapkan diri untuk berkuliah. Sejujurnya sih, course ini ditujukan bagi orang-orang yang akan mulai kuliah S1. Tapi, sepertinya penjelasan yang diberikan pun cukup relevan bagi seluruh jenjang perkuliahan. Yah, mungkin untuk me-refresh lagi ingatan mengenai study skills yang dibutuhkan pada saat berkuliah bagi teman-teman yang akan lanjut S2 atau S3.

Saya akan menulis seri artikel ini berdasarkan isi dari online course tersebut serta tambahan pengalaman pribadi saya. Pada masing-masing bagian, ada highlight study skills tertentu yang penting untuk diketahui, dipelajari, diasah, dan dipraktikkan agar dapat menjalankan kuliah dengan lancar. Semoga bermanfaat!

 

Pendahuluan

Menurut teman-teman, apa sih hal yang penting dimiliki oleh seorang mahasiswa? Apa bedanya mahasiswa dan siswa? Dulu waktu S1, rasanya dosen-dosen saya senang sekali meng-highlight perbedaan antara siswa dan mahasiswa. Mungkin karena kesal dengan kelakuan mahasiswa yang mirip anak SMA? Mungkin juga untuk selalu mengingatkan bahwa kami sudah besar, sudah harus bertanggung jawab. Kalau dulu saya sempat mengajar sebagai dosen, sih, gemes banget rasanya melihat mahasiswa yang kurang bertanggung jawab, tidak mau berusaha, dan yang paling penting, tidak mau membaca!

Bagi saya, dan mungkin banyak akademisi lain di luar sana, iklim universitas adalah iklim ilmiah, dimana semua orang seharusnya memiliki semangat yang sama untuk tahu lebih banyak tentang bidang ilmu yang diminati. Yah, seharusnya kan kita memang berkuliah di jurusan yang kita minati. Apalagi kalau sudah di level S2 atau S3. Wah, bisa keteteran juga kalau ternyata kita tidak suka dengan apa yang dipelajari. Nah, karena adanya motivasi internal dan minat terhadap bidang ilmu tertentu, harusnya semangat dong, ya? Oleh karena itu, tentunya ekspektasi para dosen cukup tinggi mengenai performa akademis mahasiswa. Setidaknya, diharapkan para mahasiswa menunjukkan usaha untuk memperkaya wawasan dan mendalami bidang ilmu. Setidaknya, mereka menunjukkan ketertarikan dan semangat saat berkuliah.

Ada lagi kah perbedaan mahasiswa dan siswa? Salah satu perbedaan yang cukup mencolok adalah mengenai kemandirian. Mahasiswa dituntut untuk dapat bertanggung jawab terhadap kemajuan akademisnya. Jam belajar, pengerjaan tugas, dan segala hal yang berhubungan dengan akademis harus ditentukan sendiri oleh mahasiswa. Dosen tidak lagi berfungsi sebagai guru yang harus ‘mengejar-ngejar’ mahasiswa untuk mengumpulkan tugas atau memberikan remedial ketika nilai kita jelek. Semua adalah tanggung jawab pribadi.

Dalam online course yang saya ikuti, ada beberapa kata yang disebutkan oleh para dosen di UK tentang apa saja ekspektasi mereka terhadap mahasiswa. Kata-kata tersebut diantaranya adalah curiosity, enthusiasm, self-determination, willingness to take risk, critical ability, synthesizing information, learning fast, discipline, dan teamwork. Karakteristik tersebut dianggap penting untuk dimiliki oleh mahasiswa. Oleh karena itu, tidak ada salahnya untuk melakukan refleksi kembali, meninjau kembali, apakah kita yang akan berkuliah, apapun jenjangnya, telah memiliki karakterstik tersebut.

 

Rasa Ingin Tahu

Karaktersitik pertama yang akan saya bahas adalah rasa ingin tahu atau curiosity. Selain karena hal ini adalah pembahasan pertama di dalam online course mengenai Preparing for University, saya pribadi juga berpendapat bahwa rasa ingin tahu adalah hal yang krusial dalam menuntut ilmu. Tanpa rasa ingin tahu, tidak akan ada dorongan dan motivasi internal untuk memperkaya wawasan, untuk mendalami, dan untuk bertanya mengenai suatu hal.

Studying means asking questions. Studying means exploring. Belajar berarti mengakui bahwa kita belum sepenuhnya tahu. Belajar berarti berani meraba, mencari, mengeksplorasi sesuatu yang kita baru tahu sekelumit saja. Ya, bahkan para ahli pun masih terus menerus mencari. Itu sebabnya, penelitian adalah inti dari semua ilmu. Karena manusia hanya tahu sedikit saja. Kalau teman-teman segan untuk bertanya, merasa sudah tahu, tidak mau berusaha untuk mencari tahu, lalu untuk apa belajar? Untuk apa berkuliah? Sepertinya, sayang ya, waktu dan uang yang dihabiskan. Lebih baik bekerja saja atau mengisi waktu dengan hal lain yang juga berguna. Bagi saya, iklim akademis ditujukan bagi orang-orang yang ingin belajar dan orang-orang yang menyadari bahwa wawasan yang ia miliki hanyalah sekelumit dari yang ada – orang-orang yang humble enough untuk mengakui bahwa ia butuh lebih, ia punya banyak pertanyaan, ia tidak mengerti mengenai satu atau banyak hal.

Gampang lah…. Semua manusia sebenarnya memiliki rasa ingin tahu. Yah, kalau tidak, bagaimana kita dari bayi lalu bisa belajar banyak hal? Semua pasti karena ada rasa ingin tahu. Sayangnya, rasa ingin tahu pun bisa menurun intensitasnya apabila tidak dipupuk. Dalam hal ini, lingkungan eksternal sangat berpengaruh. Saya ingat sekali, waktu SD dulu, anak-anak yang dianggap baik dan pintar adalah anak yang mengangkat tangannya untuk menjawab, bukan untuk bertanya. Saya juga ingat, ada murid saya dulu yang sangat takut bertanya karena saat kelas 2 SD, seorang gurunya pernah berkomentar ‘yah, masa gitu aja nggak tahu?’ saat ia bertanya tentang sesuatu. Lalu kemudian, komentar gurunya pun disambung oleh tawa dari teman-temannya. The culture of shaming those who ask. Siapa lagi yang pernah punya pengalaman serupa? Pantas saja di jenjang universitas para dosen kewalahan memotivasi mahasiswa mereka untuk bertanya. Wong dari kecil dididik bahwa bertanya adalah hal yang memalukan.

Ketika para dosen di Indonesia bisa bertoleransi dengan gerakan tutup mulut mahasiswa untuk bertanya dan kemudian menyesuaikan approach mereka menjadi ala-ala guru sekolah, lain halnya dengan di luar negeri. Nah, ini khusus yang akan melanjutkan belajar di jenjang pendidikan tinggi di luar Indonesia, ya. Dosen-dosen disini tidak akan menoleransi gerakan tidak mau bertanya yang kita lakukan. Lalu? Lalu, either kita dipaksa untuk mengungkapkan sesuatu (bertanya, berpendapat) di kelas atau kita benar-benar akan jadi mahasiswa tidak terlihat. Maksudnya? Bahkan teman-teman pun tidak menyadari keberadaan kita di kelas saking pasifnya kita. Hasilnya apa? Kemajuan belajar kita terhambat, keterampilan belajar kita tidak terasah, dan hasil belajar pun bisa jadi tidak sesuai dengan ekspektasi. Sebagai gambaran, perkuliahan di UK, dan mungkin berbagai negara lain, menempatkan diskusi ilmiah pada pusat pembelajaran. Jadi, duduk dan mendengarkan dosen menjelaskan adalah hal yang jarang dilakukan. Mungkin hanya sekitar 40% dari kegiatan perkuliahan yang diisi oleh kegiatan ini. Sisanya? Diskusi kelompok, presentasi, debat, dan lain-lain. Semuanya menuntut partisipasi aktif dari para mahasiswa. Dari sini dapat terlihat bahwa rasa ingin tahu adalah hal yang penting dan kemampuan untuk bertanya adalah salah satu study skills yang utama.

Saya ingat ketika berkuliah S2, saya pernah mendapatkan satu kelas yang di setiap pertemuan selama satu tahun, si dosen hanya datang dengan satu bahan bacaan atau video dan satu pertanyaan. Pertanyaan tersebut ia gunakan untuk menstimulasi diskusi sehingga saya dan teman-teman harus aktif. Mengapa? Karena kalau tidak, kelas akan krik-krik. Bayangkan, kelas berdurasi 2.5 jam digunakan hanya untuk berdiskusi tentang satu tema yang diperkenalkan melalui pertanyaan. Awal bergabung di kelas ini, saya bingung se-bingung-bingungnya. Saya tidak mengerti apa yang dipelajari, saya tidak paham tujuan dari pembelajaran yang ada di kelas tersebut. Namun, saya akhirnya dapat beradaptasi dan terbiasa mempersiapkan diri untuk menjawab pertanyaan dan berdiskusi. It turns out that dari kelas tersebut lah saya belajar paling banyak. Ya, melalui satu pertanyaan saja setiap pertemuan, saya bisa belajar sangat banyak sekali.

Dalam perkuliahan, dapat terlihat bahwa pertanyaan berfungsi sebagai trigger, pemicu diskusi. Melalui diskusi tersebut, informasi dari berbagai sudut pandang dapat terkumpul dan disintesis oleh masing-masing individu sehingga membentuk personal knowledge. Pertanyaan juga dapat berujung pada banyak pertanyaan lain. Hal ini kemudian memotivasi mahasiswa untuk mencari tahu lebih dalam mengenai topik tertentu. Mencari darimana? Dari mana saja. Dosen bukanlah sumber utama ilmu dan pengetahuan. Bisa dibilang, saat bertanya pada dosen, mungkin ia akan menjawab secara umum atau merujuk kita pada buku atau jurnal tertentu, atau – yang paling menyebalkan (eh?) – menjawab dengan pertanyaan lain. Hahaha… Therefore, don’t ask silly questions.

Malu bertanya sesat di jalan. Betul. Tapi bagi saya, kebanyakan bertanya menunjukkan tidak ada usaha. Sorry to say, tapi saya sangat tidak terkesan pada pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya sangat mudah didapat hanya dengan googling atau membaca buku rujukan. Rasanya kok ya, orang ini bertanya hanya untuk iseng, menguji pengetahuan dosen, atau memang plainly tidak mau usaha membaca atau mencari tahu. Nah, kalau sudah begini, untuk apa berkuliah? S1 masih begini, mungkin masih bisa dimaklumi karena baru beradaptasi. S2 begini? Wah, ke laut aja. Sudah berani memutuskan untuk sekolah tinggi-tinggi, seharusnya sudah ada motivasi untuk belajar dan tahu lebih banyak. Indeed, S2 itu berat! Jangan bayangkan seperti kuliah S1, apalagi kalau teman-teman berkesempatan untuk kuliah di luar negeri. Model-model pertanyaan yang ‘konyol’ paling hanya mendapat tanggapan pertanyaan balik dari dosen ‘Have you read the reading material?’. Hiyaaahhh… mati kutu deh kalau dosen sudah bilang begitu.

Terus bagaimana dong? Bagaimana saya mau belajar, bertanya saja sulit? Hihi… tenang… Preparation is key. Kunci dari pertanyaan yang baik adalah persiapan. Sebelum masuk kelas, biasakanlah untuk membaca dan mencari informasi seputar topik yang akan dibahasi di kelas. Setiap dosen pasti sudah memberikan reading list, buku referensi, bahkan presentasi yang akan digunakan di kelas. Jangan malas membaca karena nanti hanya bisa diam, bengong, dan meratapi nasib di kelas. Saat membaca materi sebelum kelas, mulailah mempertanyakan hal-hal yang tidak dimengerti. Saat berkuliah S2, buku catatan saya tidak penuh dengan catatan, tapi penuh dengan pertanyaan. Ya, bukan anak SD lagi yang harus menyalin catatan dari papan tulis, kan? Materi sudah dengan mudah didapat dari internet dan tinggal di-save, buku catatan pun beralih fungsi menjadi buku pertanyaan. Selain itu, selama di kelas pun kita bisa berlatih bertanya. Setiap ada isu yang menarik, cobalah buat pertanyaan mengenai isu tersebut, lalu tanyakan.
Mari berlatih bertanya. Salah satu study skill yang penting dimiliki bagi mahasiswa ini adalah pintu gerbang wawasan. Pertanyaan juga dapat membangun rasa ingin tahu sehingga kita selalu ‘haus’ akan ilmu dan terus termotivasi untuk belajar.

Menjadi Advokat bagi Anak

Beberapa waktu lalu, saya dan teman-teman SMP sempat dihebohkan oleh pemberitaan mengenai kelas akselerasi di SMP kami yang akan ditutup pada tahun ajaran mendatang. Sebagai mantan siswa kelas akselerasi, kami merasa tidak nyaman. Muncul banyak pertanyaan mengenai pertimbangan penutupan kelas ini. Yah, bagi kami yang memiliki ikatan emosional dengan kelas akselerasi, tentu inginnya program ini tetap ada. Namun, bagaimana sih sebenarnya program akselerasi ini? Benarkah berdampak negatif? Atau benarkah berdampak positif?

Siswa yang menjalani program akselerasi biasanya tergolong sebagai anak berbakat. Konsep anak berbakat ini sendiri masih juga cukup problematik karena pengukuran bakat dan inteligensi sendiri ada banyak sekali jenisnya. Selain itu, keberbakatan seseorang ternyata belum tentu berbanding lurus denga kesuksesannya di masa depan. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa anak-anak yang mengikuti program akselerasi memiliki kebutuhan khusus. Salah satu teman SMP saya bahkan sampai bilang, ‘wah, aksel aja kita sempet nakal yaa.. kaya nggak ada kerjaan aja isengnya. apalagi kalau nggak aksel? gabut banget kayanya deh’. Bukan sombong, tapi memang begitulah keadaan saya dan teman-teman sekelas saya di akselerasi SMP. Kami belajar, kami sibuk dengan tugas dan ujian, tapi kami juga sempat bermain dan berkreasi (alias kadang-kadang nakal dan iseng juga). Bagaimana jadinya anak-anak yang memiliki kebutuhan ekstra untuk distimulasi secara kognitif ini terpenuhi kebutuhannya di kelas reguler?

Opini yang cukup populer saat ini, termasuk juga yang sependapat dengan saya, adalah mengenai sekolah dan kelas inklusi. What? Bukannya inklusi itu untuk anak-anak berkebutuhan khusus? Nah, disinilah letak kesalahan pandangan mengenai arti konsep inklusi dalam pendidikan yang umumnya dimiliki oleh masyarakat Indonesia. Sekolah inklusi berarti sekolah yang dapat memberikan pelayanan sesuai kebutuhan siswa, bagaimana pun karakteristik siswa tersebut. Jadi, inklusi tidak hanya ditujukan bagi anak berkebutuhan khusus (ya toh anak berbakat juga termasuk dalam golongan anak berkebutuhan khusus), tapi juga bagi anak-anak dengan kondisi tertentu, seperti anak-anak dari golongan menengah ke bawah, pekerja anak, anak jalanan, anak bilingual, dan lain-lain.

Adanya sekolah inklusi dapat menggantikan segala program akselerasi, SLB, dan sekolah singgah karena pelayanan pendidikan yang diberikan akan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan masing-masing individu. Masalahnya, menjalankan pendidikan inklusi ini tidak mudah. Rasanya, Indonesia masih harus banyak melakukan improvement agar dapat menjalankan pendidikan inklusi yang menyeluruh. Selama ini belum bisa dilakukan? PR bagi orang tua dan guru untuk dapat memenuhi kebutuhan anak.

Nah,itu baru pendahuluannya. Iyaaakk panjang kali itu pendahuluan. Sekali-sekali lah ya… Masih berhubungan dengan akselerasi juga, beberapa bulan yang lalu saya juga sempat membaca tulisan salah satu orang tua yang mengimbau orang tua lain untuk tidak menyertakan anak-anak mereka di program akselerasi karena dianggap merusak masa kecil anak demi memenuhi kebutuhan prestis orang tua. Hehehe… Saya cukup tertawa saja membaca ini. Selain cerita saya dan teman-teman SMP yang bahagia-bahagia saja meskipun menjalani program akselerasi, saya dan suami datang dari keluarga akselerasi yang juga baik-baik saja. Kami ikut program tersebut bukan karena paksaan dari orang tua melainkan karena motivasi pribadi. Salahkah jika anak yang ingin ikut program akselerasi kemudian dilarang oleh orang tua?

Hmmmm… Saya belum menjadi orang tua. However, I’ve learnt a great deal of parenting, how to be a parent, child development, dan tentang pendidikan anak. Yang membaca artikel ini boleh kok berkomentar ‘Ya situ belum jadi orang tua, nggak tau susahnya sih’. Hehe… Pengalaman saya memang pastinya minim, tapi saya pernah mengajar anak yang sungguh sangat kecil hingga remaja-remaja galau. Jadi, saya menulis ini berdasarkan pengalaman saya yang seadanya itu.

Berkaitan dengan topik di atas, rasanya kita perlu mengingat kembali salah satu peran dari guru dan orang tua, yaitu sebagai advokat bagi anak. What kind of thing is that?

Peran orang tua dan guru sebagai advokat berarti mereka berfungsi sebagai penjembatan antara kebutuhan anak dengan hal yang dapat memenuhi kebutuhan anak. Misalnya, anak membutuhkan stimulasi kegiatan fisik karena ia memiliki energi yang cukup banyak dan senang berkegiatan fisik. Orang tua sebagai advokat bertugas untuk ‘membaca’ dan ‘mengerti’ kebutuhan anak tersebut. Hal ini tidak mudah dilakukan karena anak-anak masih perlu bantuan dalam menyampaikan keinginannya. Bagi anak-anak yang belum bisa berbicara, maka orang tua perlu jeli memperhatikan perilaku dan tanda-tanda yang diberikan oleh anak. Setelah orang tua mengetahui kebutuhan tersebut, tugasnya adalah mencari sumber pemenuhan kebutuhan anak. Dalam contoh ini, orang tua dapat mengajak anak ke taman untuk bermain, mengikutkan anak ke kegiatan olah raga, atau mengajak anak berenang. Bebas, tergantung minat anak dan orang tua serta kemampuan orang tua.

Wah, jadi seluruh kemauan anak perlu dipenuhi? No. Kebutuhan anak perlu dipenuhi. Ingat, orang tua dan guru juga memiliki peran sebagai pendidik. Oleh karena itu, jangan lupakan juga fungsi sebagai ‘penyaring’ norma, nilai, dan moral. Hal tersebut tentunya disesuaikan dengan keyakinan yang dianut oleh orang tua, sekolah, serta masyarakat sekitar.

Kok kelihatannya anak jadi ‘raja’ ya, disini? Hmmm… sebenarnya tidak juga. Disini, anak berada di pusat pengasuhan. Bukankah begitu ibu-ibu? Parenting is about the child, not about the parents, right? Kalau kita mau yang terbaik bagi anak, jangan lupakan bahwa yang menjalankan keinginan-keinginan orang tua adalah anak. Ya, harus menyadari juga bahwa kita (orang tua dan guru) dan anak adalah entitas yang berbeda. Yang kita mau, belum tentu mereka mau. Yang menurut kita baik, belum tentu menurut mereka baik. Tentunya, ini tidak diterapkan dalam hal-hal prinsip bagi masing-masing orang tua, seperti misalnya agama bagi saya.

Jadi, instead of ‘saya melakukan semua ini demi anak’ tapi apa-apa yang dilakukan dan yang diputuskan berasal dari pemikiran, pendapat, dan kehendak orang tua, mengapa tidak kita coba dengarkan apa sih pendapat anak-anak kita? Mereka juga punya suara, pemikiran, dan pendapat, loh! Mereka punya kebutuhan yang mungkin berbeda dengan kebutuhan kita.

Hiyah, panjang banget ya tulisan ini. Tapi semoga dimengerti. I am far from an expert, this is merely what I know. Semoga kita bisa menjadi orang tua dan guru yang lebih baik bagi anak-anak kita!

Home Away from Home: Daily Life (2)

Setelah minggu lalu membahas bab perbelanjaan dan urusan makanan, kali ini kami akan membahas tentang serba-serbi transportasi dan ibadah di UK. Dimanapun kita berada, hidup sehari-hari pastinya tidak lepas dari mobilitas ya.. Jika di Indonesia kebanyakan dari kita mungkin terbiasa mengendarai mobil atau motor pribadi kemana-mana, juga bus kota dan KRL, maka di sini kita harus membiasakan diri untuk lebih banyak berjalan kaki. Meskipun begitu, untuk tujuan dengan jarak yang lebih jauh ya pilihannya kita harus menggunakan public transportation. Sebagaimana pentingnya makan dan transportasi, ibadah juga menjadi hal pokok dalam aktivitas harian kita. Apa saja macam-macam transportasi umum di Inggris? Mudahkah menemukan tempat ibadah di UK? Simak paparan kami berikut ini ya..

 

Transportasi

Bus, kereta, dan tram,  adalah pilihan moda transportasi umum yang tersedia di Inggris. Tetapi memang jenisnya berbeda di masing-masing kota, dan bahkan tidak semua kotanya memiliki tram. Dengan beragam angkutan umum tersebut, maka kita harus jeli memilih mana yang sesuai dengan preferensi kita baik dari segi harga maupun kenyamanan.

Untuk bepergian baik dalam maupun antar kota, ada beberapa pilihan yaitu naik bus, kereta, dan tram. Hm.. lantas mana yang paling enak dan murah? Tentunya ya pilihan tersebut kita dasarkan pada seberapa sering kita pergi ke tempat tersebut, apakah setiap hari, apakah hanya seminggu sekali atau mungkin dua bulan sekali. Biasakan juga untuk mengecek adakah halte bus atau stasiun kereta yang terdekat dengan rumah maupun lokasi tujuan kita, kemudian pilihlah kombinasi lamanya waktu yang diperlukan untuk menggunakan angkutan umum dan lamanya berjalan kaki. Dengan begitu, anda akan tahu mana yang lebih efisien dari segi waktu. Selanjutnya kita lihat apakah tarif angkutan umum tersebut sesuai dengan budget kita.

Transportasi Dalam Kota

Di Inggris kita bisa memilih ingin naik bus, kereta, subway, atau tram. Tentu saja masing-masing moda transportasi ini memiliki kelebihan dan kekurangan.

  • Bus

Terdapat banyak perusahaan atau provider bus kota di UK, dan biasanya dalam satu kota, semakin banyak perusahaan bus yang beroperasi, tarifnya pun akan bersaing. Di Liverpool misalnya, kita akan menjumpai banyak provider bus yang beroperasi untuk rute yang sama, sehingga penumpang memiliki lebih banyak pilihan. Lain lagi ceritanya di Birmingham, tidak terlalu banyak perusahaan bus yang memiliki rute sama, bahkan nyaris masing-masing bus company nya sudah memiliki rute tersendiri. Nah, kalau kasusnya seperti itu, akibatnya tarif busnya pun menjadi sedikit lebih mahal karena penumpang akhirnya tidak memiliki banyak pilihan.

Tarif bus pun biasanya terbagi menjadi beberapa macam misalnya kita bisa membeli tiket ‘single journey’ jika hanya perlu naik bus satu kali saja, atau ‘one day ticket’ yang dapat kita gunakan untuk naik bus seharian (sehingga tidak perlu membeli tiket lagi setiap kali naik bus). Selain itu, jika kita ingin bepergian bersama teman atau keluarga, ada pilihan tiket ‘group/family day saver’ yang memungkinkan kita bepergian seharian dan dapat dipakai oleh maksimal 5 orang. Tawaran yang cukup menarik, bukan? Biasanya untuk tiket family day saver ini, ada promosi diskon juga untuk hari-hari tertentu, dan kita dapat menemukan update nya lewat internet. Sebagai gambaran, di Birmingham kita dapat membeli single journey ticket dengan uang GBP 2.3, kemudian untuk one day saver kita perlu merogoh kocek sebesar GBP 4.4 (peak hours) atau GBP 4 (off peak hours). Sementara itu, tiket family/group day saver dihargai GBP 8, dimana ini berarti kita hanya membayar sebesar GBP 1.6 saja per orang jika kita memakainya untuk lima orang dan tidak ada perbedaan waktu peak dan off peak untuk tiket ini. Untuk membeli tiket bus, anda cukup memasukkan uang ke dalam kotak uang yang ada di depan, dan mengatakan kepada bus driver jenis tiket yang akan dibeli. Di beberapa kota, perusahaan bus dengan ketat memberlakukan ketentuan ‘no change policy’ yang berarti anda harus membayar dengan uang pas. Namun, di beberapa kota lain, supir bus akan memberikan kembalian apabila anda membayar tidak dengan uang pas.

Wah, repot juga ya harus menyiapkan uang pas saat akan bepergian? Tenang saja. Di beberapa kota, sudah ada pilihan tiket langganan bus atau kartu tap yang berisi saldo. Jadi, anda tidak perlu menyiapkan uang tunai untuk membayar tiket. Hal ini juga cukup membantu karena biasanya perusahaan bus pun memberikan potongan harga bagi pemegang kartu tap.

Bagaimana kita naik bus di UK? Tidak seperti di Indonesia dimana kita bisa memberhentikan bus dimana saja, di UK kita harus memberhentikan bus di halte yang tersedia. Pun, tidak semua bus berhenti di semua halte. Oleh karena itu, bacalah keterangan yang ada di halte saat akan naik bus. Anda dapat mengecek timetable bus agar tahu frekuensi kedatangan bus sehingga tidak perlu terlalu lama menunggu di halte. Anda harus memberi tanda berhenti pada bus, seperti dengan melambaikan tangan, agar bus berhenti di halte tempat Anda menunggu. Untuk anda yang membawa balita yang masih menggunakan stroller, rata-rata bus di UK hanya memiliki space untuk maksimal dua buah stroller. Kalau tidak ada tempat, bagaimana? Anda bisa melipat stroller atau menunggu bus berikutnya. Sebelum berhenti di halte tujuan, jangan lupa untuk memencet tombol ‘stop’ agar supir bus aware untuk berhenti dan menurunkan penumpang.

  • Kereta Api dan Subway

Alat transportasi yang juga sangat reliable dan menjadi pilihan banyak masyarakat di UK adalah kereta. Dengan waktu tempuh lebih singkat dan kondisi perjalanan yang nyaris bebas macet, kereta dan subway menjadi transportasi favorit untuk warganya. Jika dibandingkan dengan bus, kereta api mungkin relatif lebih nyaman dan efisien dari segi waktu, dan biasanya perhitungan harga tiketnya lebih murah. Selain itu, salah satu perbedaan kereta dengan bus adalah jangkauan daerah serta frekuensi. Menggunakan kereta sebagai moda transportasi utama dapat menjadi pilihan apabila Anda tinggal di dekat stasiun kereta dan sering bepergian ke tempat yang juga terjangkau dari stasiun kereta. Anda pun harus mengecek jadwal kereta untuk pergi ke tempat tertentu.

Apabila ada tiket langganan bus sehingga harga tiket lebih murah, kita juga bisa membuat railcard untuk mendapatkan diskon saat membeli tiket kereta. Ada berbagai jenis railcard yang tersedia, seperti 16-25 railcard, student railcard, family railcard, dan two together railcard. Kartu ini bisa digunakan tidak hanya di kota tempat Anda tinggal, tetapi juga di seluruh UK. Selain potongan harga sebesar 30%, biasanya ada juga merchant yang bekerja sama dengan perusahaan kereta sehingga kita pun bisa mendapatkan diskon di toko-toko tersebut.

  • Tram

Sama seperti kereta atau subway, tidak semua kota di UK memiliki tram. Biasanya, hanya kota-kota besar yang menyediakan fasilitas ini. Tram sendiri merupakan sejenis kereta yang beroperasi di jalan raya. Kendaraan ini biasanya memakan waktu tempuh yang lebih lama daripada kereta, tetapi lebih cepat dari bus. Berapakah tiket untuk naik tram? Berdasarkan informasi, pengalaman, dan pengamatan kami, harganya berkisar antara GBP 1 (short-hop) hingga GBP 5 di kota-kota seperti Birmingham dan Manchester.

  • Taxi

Adakalanya kita public transport memiliki kelemahan dalam hal fleksibilitas. Misalnya nih, kita sedang ingin buru-buru atau harus pergi di pagi buta dimana transportasi umum belum mulai beroperasi. Bisa juga, terkadang kita ingin pergi ke suatu tempat yang lokasinya terbilang jauh dari halte bus maupun stasiun kereta. Terlebih lagi jika kita harus bepergian dengan membawa barang bawaan super banyak termasuk koper-koper besar, mungkin menjadi kurang nyaman karena harus berganti-ganti bus atau kereta. Kendala-kendala semacam ini tentunya jangan sampai menghalangi aktivitas kita. Kalau sudah begitu, pilihannya adalah dengan menyewa taksi. Taksi ini moda transportasi yang cukup populer di Inggris, dan bahkan di London, hampir semua taxi berwarna hitam dengan bentuk yang sangat khas. Memang tarifnya lebih mahal, tetapi cukup worth it kok jika kita dihadapkan pada situasi sulit seperti yang kami sebutkan di atas. Selain taksi yang resmi, ada juga minicab yang mematok tarif cukup bersahabat dengan kantong mahasiswa, biasa juga dikenal dengan Taksi Uber. Untuk memesannya, kita harus instal aplikasi nya di smartphone atau gadget terlebih dahulu, baru kemudian kita bisa order taksi tersebut. Teknisnya mirip-mirip seperti grabtaxi atau gojek di Indonesia. Eh, tapi untuk taksi uber ini, kita perlu berhati-hati juga lho. Pengalaman alif, saat ia akan pergi ke city center untuk naik bus ke luar kota, taksi uber yang sudah dipesan tiba-tiba membatalkan order di 5 menit sebelum tiba di rumah. Sehingga ia panik karena waktu keberangkatan yang sudah mepet, tetapi untungnya saat mengorder lagi, ada taksi lain yang berposisi tidak jauh dari rumah.

Transportasi Antar Kota

  • Bus

Jika anda ingin bepergian antar kota di UK, maka bus adalah pilihan transportasi yang cukup bisa menghemat kantong. Megabus (http://uk.megabus.com/) dan National Express (http://www.nationalexpress.com/home.aspx) adalah contoh dua perusahaan bus yang menawarkan harga relatif murah dan menyediakan banyak rute antar kota bahkan hingga ke luar negeri (luar UK). Bahkan untuk Megabus, tidak jarang kita bisa mendapatkan harga hanya GBP 1-2 saja untuk sekali jalan ke luar kota per orang jika kita memesannya jauh sebelum tanggal keberangkatan, agak sulit dipercaya ya, tapi hal ini memang ada lho, hehehe.. Idealnya kita merencanakan tanggal berangkat beberapa minggu sebelumnya, sehingga kemungkinan besar kita masih bisa mendapatkan harga yang paling rendah. Tetapi jika kita baru sempat memesan tiket mendekati hari keberangkatanpun tidak masalah, harga tiket busnya masih terhitung ramah di kantong kok, sekitar GBP 8-12. Saran kami, sebelum memesan tiket, sebaiknya anda bandingkan terlebih dahulu antar bus company, sehingga tahu mana yang lebih murah. Tiket dapat dibeli secara online maupun offline. Untuk pembelian online, sebaiknya anda membawa print-out tiket tersebut untuk ditunjukkan kepada supir sebelum keberangkatan, karena meskipun ada versi digitalnya, tidak semua driver mau menerima dan mengotorisasi tiket yang belum dicetak. Bus yang melayani rute antar kota ini biasanya adalah bus yang berukuran besar dan dilengkapi dengan toilet, dan sebagian besar memiliki electronic plug pada sisi samping tempat duduknya. Berbeda dengan di Indonesia, bus-bus antar kota di UK beroperasi di bawah standar keamanan yang ketat, sehingga hampir dipastikan bus ini akan berhenti minimal satu kali (tergantung jarak yang ditempuh) di rest area, sehingga baik supir dan penumpangnya dapat rehat sejenak sebelum kembali melanjutkan perjalanan.

  • Kereta

Seperti yang telah disinggung di atas, bahwa untuk anda yang memiliki rail card, anda dapat memperoleh potongan harga tiket ketika bepergian ke luar kota dengan kereta. Menariknya lagi, ada pula diskon untuk beberapa tourist attraction di UK jika anda bepergian  menggunakan kereta yaitu dengan menunjukkan tiket kereta anda pada saat membeli tiket di tempat wisata tersebut. Mahal kah tiket kereta? Dengar-dengar, harga tiket kereta di UK termasuk yang paling mahal di dunia apabila dihitung harga per mileage-nya. Namun, ada banyak cara untuk mendapatkan tiket kereta murah untuk transportasi antarkota.

Ada berbagai jenis perusahaan kereta di UK. Biasanya, perusahaan tersebut berbasis pada daerah. Misalnya, perusahaan Northern Rail melayani rute kota-kota di bagian utara UK, Arriva Train melayani rute kereta di Wales, dan London Midland melayani rute London dan West Midlands. Selain itu, ada juga perusahaan kereta yang melayani hampir seluruh rute di UK, seperti Cross Country dan Virgin Train. Masing-masing perusahaan memiliki website masing-masing dan kita bisa memesan tiket dari website-website tersebut. Biasanya, pembelian dari website perusahaan langsung akan lebih murah dibandingkan dengan membeli tiket di website kolektif kereta, seperti Trainline, karena kita akan dikenakan booking fee. Nah, bagaimana cara mengecek penawaran harga tiket kereta termurah? Trainline menyediakan fasilitas pencarian harga terbaik melalui halaman: https://www.thetrainline.com/farefinder/. Setelah mengecek harga, kita bisa langsung menuju website perusahaan kereta untuk melakukan pemesanan tiket. Tiket termurah biasanya didapat dengan membeli advance ticket yang berarti kita hanya boleh bepergian dengan kereta yang tercantum di tiket. Apabila menginginkan fleksibilitas yang lebih tinggi, membeli tiket off peak atau super off peak juga dapat dipertimbangkan. Namun, harus diingat bahwa fleksibilitas yang semakin tinggi berarti harga yang semakin mahal juga. Apabila Anda harus pergi secara tiba-tiba, Anda juga bisa membeli tiket langsung di stasiun, tentunya dengan tarif yang juga lebih mahal.

Kereta antarkota di UK biasanya tersedia dalam kondisi yang baik, atau bahkan sangat baik. Kereta-kereta dilengkapi oleh kamar mandi, area untuk disabled people, beberapa menawarkan makanan dan minuman, dan ada juga yang menyediakan kit permainan anak agar anak tidak bosan selama berada di perjalanan. Sama halnya dengan bus, kereta pun menyediakan electronic plug sehingga kita bisa men-charge baterai alat-alat elektronik selama perjalanan. Berapa lama durasi perjalanan? Tentunya berbeda tergantung jarak dan kereta. Misalnya, kereta London Midlands dari Birmingham ke London biasanya memiliki durasi perjalanan sekitar 2 jam 15 menit. Kereta ini banyak berhenti di stasiun-stasiun kecil sepanjang perjalanan. Namun, apabila kita memilih untuk naik kereta Virgin Train, maka perjalanan yang sama akan ditempuh selama 1 jam 15 menit karena perusahaan ini menyediakan kereta cepat yang hanya berhenti di 1-2 stasiun di antara Birmingham dan London. Lagi-lagi, beda durasi juga berarti beda harga. Cermat-cermat lah dalam memilih!

 

Beribadah di UK

Ibadah merupakan salah satu hal pokok untuk kita dalam rangka pemenuhan kebutuhan spiritual. Bagi umat muslim, tempat ibadah atau tempat sholat tentunya menjadi concern tersendiri ya, apalagi di negara yang muslimnya tergolong minoritas. Akan tetapi, seiring semakin banyaknya warga yang memeluk agama Islam di UK dan meningkatnya pendatang yang juga beragama Islam, menemukan tempat ibadah atau masjid bukan menjadi hal yang sulit. Cara termudah untuk menemukan tempat sholat adalah dengan menuju universitas. Hampir semua universitas memiliki mushola atau setidaknya prayer room, sehingga bagi anda yang ingin sholat dan belum menemukan masjid terdekat, mengunjungi universitas mungkin bisa menjadi alternatif. Selain itu, terdapat banyak masjid tersebar di kota-kota besar di UK, akan tetapi agak sulit untuk menemukan masjid di kota kecil terutama yang tidak banyak penduduk asing (non-UK) bermukim di situ. Datangi saja area pemukiman komunitas umat Islam, maka biasanya tidak jauh dari situ terdapat masjid. Meskipun ada yang memiliki kubah dan menara, bentuk masjid di UK kebanyakan berbeda dengan di Indonesia, karena seringkali tempat ibadah tersebut memakai bangunan yang kemudian dialih fungsikan menjadi masjid, sehingga tidak semua masjid memiliki penampakan layaknya masjid-masjid di negara berpenduduk mayoritas muslim yang biasanya lengkap dengan kubah, menara, ornamen-ornamen khas Islam. Sebelum mengunjungi masjid tersebut, penting juga jika memungkinkan untuk mencari tahu tentang detil masjid tersebut apakah jam buka masjidnya hanya pada saat waktu sholat saja ataukah buka sepanjang hari untuk umum. Selain itu, perlu juga ditanyakan apakah masjid tersebut menyediakan ruangan sholat untuk wanita, ataukah hanya bagi pria. Oh ya! Beberapa masjid juga tidak menyediakan tempat wudhu sehingga biasakanlah untuk berwudhu sebelum bepergian.

Hal yang juga perlu diperhatikan saat beribadah adalah mengenai waktu ibadah. Sebagai Muslim, kami wajib untuk solat lima waktu. Berbeda dengan keadaan di Indonesia yang waktu solatnya tidak jauh berbeda sepanjang tahun, UK adalah negara yang terletak pada zona subtropis sehingga jatuhnya malam dan siang pun silih berganti sepanjang tahun. Keadaan ini membuat waktu solat terus berubah-ubah. Pada musim dingin, Muslim di UK baru solat subuh pada pukul 07.00 (karena matahari pun belum muncul di waktu tersebut) dan solat magrib pada pukul 15.00. Hari sangat pendek sehingga waktu solat pun jaraknya sangat dekat. Namun, pada musim panas seperti saat ini, waktu subuh adalah pukul 03.00 dan magrib jatuh pada pukul 21.30. Ini adalah perhitungan waktu solat di daerah Birmingham, sekitar bagian tengah dari wilayah UK. Semakin ke utara, semakin ekstrem pula perbedaan waktu terbit dan terbenamnya matahari. Oleh karena itu, kita tidak bisa lagi berpatokan pada jam. Biasanya, orang-orang Muslim di UK sudah memiliki aplikasi pengingat waktu solat atau jadwal solat dari masjid terdekat yang ditempel di rumah masing-masing.

Jadi, adaptasi ibadah hanya diperlukan oleh umat Muslim, kah? Berdasarkan hasil pengamatan dan ngobrol-ngobrol kami, ternyata adaptasi pun harus dilakukan oleh orang-orang beragama non Muslim dari Indonesia. UK adalah negara yang mayoritas penduduknya beragama Kristiani, meskipun tidak semuanya merupakan practicing Christian. Yah, semacam kalau di Indonesia mereka-mereka yang hanya numpang agama di KTP. Namun, ada banyak aliran agama Kristen di UK. Bagi umat Kristen dari Indonesia, kadang-kadang agak sulit menemukan tempat ibadah dengan aliran yang sama dengan yang dianut di Indonesia. Beberapa teman sempat ‘nyasar’ gereja, sebelum akhirnya menemukan gereja yang tepat. Berbeda halnya dengan penganut agama Hindu dan Budha yang termasuk agama yang diakui di Indonesia. Jumlah penganut kedua agama tersebut terbilang sedikit di UK dan agak sulit ditemukan. Biasanya, akhirnya orang-orang Indonesia beragama Hindu dan Budha akan berkumpul sesama orang Indonesia untuk beribadah.

Perbedaan aliran ini juga cukup terasa dalam kelompok agama Islam. Di UK, penganut agama Islam kebanyakan berasal dari India, Timur Tengah, Afrika, dan negara-negara Asia Tenggara. Tentunya ini juga mengakibatkan adanya perbedaan cara ibadah dan pendapat mengenai masalah-masalah tertentu. Bukan perbedaan mendasar, tentunya, tapi perlu juga diketahui supaya tidak kaget pada saat beribadah bersama mereka. Misalnya, Izza sebagai orang Indonesia selalu diajarkan untuk solat dengan tidak menggunakan alas kaki. Saat ia berkuliah dan harus solat di dalam ruangan kelas, ia pun melepas sepatu dan solat. Namun, ia cukup terkejut saat seorang temannya yang berasal dari Arab Saudi solat dengan tetap memakai sepatunya. Setelah ditanyakan dan dicek kembali kepada ahli agama, ternyata hal tersebut boleh dilakukan. Pengalaman lain adalah ketika kami melihat orang sholat dengan tidak menyilangkan kedua tangannya di depan dada, padahal di Indonesia kita belajar sholat dengan menyilangkan tangan di depan dada setelah takbiratul ikram. Memang tidak lazim bagi orang Indonesia, tetapi tidak salah. Ya, berbeda belum tentu salah satunya salah, kan? Hal-hal seperti ini mungkin akan cukup sering ditemui saat berada di UK karena banyaknya aliran, perbedaan mahzab, dan lain-lain.

 
Sekian bagi-bagi pengalaman kami mengenai kehidupan sehari-hari di UK. Semoga bisa memberikan gambaran bagi Anda yang berencana untuk datang kesini. Ada pertanyaan? Hehe… Silahkan berikan komentar di blog kami, yaa… Kami akan dengan senang membantu Anda. Nantikan juga tulisan kami minggu depan mengenai budaya lokal di UK.

 

Belajar dari Keberagaman (1)

Sudah lama sebenarnya ingin menulis ini, tapi entah kenapa selalu tertunda. Tema ini bagi saya sangat menggelitik. Sesuatu yang mungkin tidak kita sadari saat tinggal di tempat yang homogen, tetapi sangat terasa saat berada di lingkungan yang sangat multikultural. Keberagaman alias diversity. Kata yang akhir-akhir ini seringkali di dengar, entah karena zaman yang sudah mengglobal, semakin tipisnya jarak antarbudaya, atau karena paham-paham pluralisme. Meskipun baru populer, bukan berarti keberagaman baru saja terjadi. Oh no! Sejak zaman dahulu pun, manusia sudah tersebar di seluruh muka bumi, berbeda-beda.

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْناكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثى وَجَعَلْناكُمْ شُعُوباً وَقَبائِلَ لِتَعارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”. (Qs. al-Hujurat: 13)

Yak! Di Al Quran pun ada loh, ayat yang membahas mengenai keberagaman. Berarti, ini adalah suatu hal yang niscaya, hal yang pasti adanya dan manusia perlu belajar darinya.

Ngapain sih Za, bahas ini? Pertama, saya ter-trigger oleh percakapan-percakapan kecil dengan seorang anak mengenai dirinya yang berbeda dengan teman-temannya. Maklum saja, saya dan banyak orang Indonesia lain yang tinggal di UK ini kan menjadi anak rantau, diaspora, yang tentu berbeda dengan orang-orang asli UK. Namun, yang berbeda bukan hanya kami. UK adalah negara multikultural. Ada banyak sekali ras, agama, budaya, dan warna kulit yang beragam. Jadi, di negara ini, keberagaman adalah suatu hal yang kasat mata. Berbeda tentunya dengan kondisi di Indonesia yang orang-orangnya pun secara fisik tidak jauh berbeda. Istilahnya, di UK kami terpapar keberagaman eksplisit, sedangkan di Indonesia kita terpapar keberagaman implisit. Ya, kan? Secara fisik mirip bukan berarti tidak berbeda.

Lalu, beberapa waktu terakhir ini saat sudah memasuki bulan Ramadan, si anak kecil ini berkomentar ‘ih, kan nggak boleh ya makan siang hari waktu Ramadan. Orang lain kan ada yang puasa? Nanti yang makan ditangkap’. Jiahaha…. Namanya juga anak-anak, kan? Konsep saling menghormati, otoritas moral, dan perbedaan masih jadi suatu hal yang sangat vague. Saya jadi ingat teori mengenai perkembangan moral-nya Kohlberg yang mengatakan bahwa anak-anak (dan banyak juga orang dewasa yang tidak berkembang penalaran moralnya) masih berada di tahap membedakan benar dan salah karena ada otoritas dan peraturan. Segalanya diterjemahkan secara literal sehingga tidak ada proses berpikir lebih dalam. Jadi, wajar toh si anak berkomentar seperti itu? Penalaran sederhana dan berdasarkan pengamatan. Lah? Memangnya di UK ada aturan orang yang makan siang saat orang lain puasa harus ditangkap? No. Mungkin si anak belajar dari perkataan orang dewasa lain? Mungkin juga ia belajar dari pengamatan bahwa di Indonesia, makan dengan terang-terangan pada saat siang hari di bulan Ramadan adalah hal yang tabu dan perlu mendapatkan semacam ‘punishment’. Terbukti kan, tindakan penutupan warung makan secara paksa berakar dari penalaran pendek macam anak-anak, merupakan bentuk ‘punishment’, dan menurut saya, bentuk nyata dari kurangnya kesadaran akan keberagaman. Bahayanya, masyarakat luas, bahkan anak-anak, lalu belajar dari perilaku mereka dan menginternalisasi penalaran pendek.

Saya sangat bersyukur mendapatkan kesempatan untuk hidup di sebuah negara dengan kultur yang berbeda dengan Indonesia. Saya juga bersyukur bisa merasakan hidup di lingkungan multicultural, dimana saya adalah minoritas. Yah, kita tidak akan selamanya jadi kaum mayoritas, kan? Apa rasanya, Za? Rasanya… saya jadi selalu diingatkan untuk terus menerus menyadari adanya keberagaman dan perbedaan dan untuk terus menerus berusahan untuk menghargai orang lain dan bertoleransi. Yang berbeda belum tentu buruk, yang berbeda belum tentu salah. Slogan ‘Don’t judge a book by its cover’ jadi ucapan yang tidak hanya ucapan, tapi berusaha untuk dipraktikkan.

Terbayang nggak, kalau di negeri minoritas Muslim ini orang-orang yang makan di siang hari saat bulan Ramadan ditangkap? Bisa-bisa perekonomian mati dan tinggal segelintir orang yang masuk sekolah, kantor, dan tempat-tempat publik lainnya. Lalu, apakah jadinya terbalik, justru umat Islam yang harus bertoleransi terhadap orang-orang yang tidak berpuasa? Well, toh orang-orang non Muslim disini yang mengetahui bahwa kita berpuasa pun menghargai kok. Setidaknya dengan mengucap ‘Ramadan Kareem’ atau dengan meminta maaf saat harus makan di hadapan kita.

Bagi saya, toleransi adalah two-way interaction. Kalau dulu di Indonesia yang mayoritas penduduknya adalah umat Islam dan berasal dari ras Melayu, maka bukan berarti hanya yang minoritas yang harus bertoleransi pada yang mayoritas. Saat yang minoritas bertoleransi dengan tidak makan di area umum, maka yang mayoritas pun harus bertoleransi dengan memahami bahwa ada orang yang tidak berpuasa dan harus makan. Ya, nggak? Sama juga seperti saya di sini. Ketika saya bertoleransi dengan mereka yang tidak berpuasa dan harus melihat di depan mata orang-orang tersebut makan dan minum, mereka pun bertoleransi dengan menghargai keputusan saya untuk berpuasa. It goes around.

Mungkin kita semua harus lebih banyak lagi terpapar keberagaman sehingga bisa belajar lebih banyak lagi tentang toleransi. Suatu hal yang saat diukur, mungkin tidak ada titik tertingginya juga. Oleh karena itu, kita, terutama saya, harus lebih banyak lagi berefleksi, menghayati, mengalami, dan mengamati sehingga bisa menjadi orang yang lebih bijak dalam menghadapi perbedaan.

Selamat berpuasa, selamat tidak berpuasa, selamat berlatih bertoleransi.

AdventureNotes #25: Liverpool

Liverpool is blue. I don’t know why but the two times I visited Liverpool, I was welcomed with great weather and the blue sky. Therefore, I associate Liverpool with blue. I don’t know a city with bluer sky than Liverpool. I just love it. In this article, I will share my experience visiting the city. It is such an interesting city so that I want to visit it again and again.

Going to Liverpool is quite easy. The city is accessible by train or bus. As it is a popular city, the train station is big and there are a lot of services from and to Liverpool. We can also go by bus as Megabus provides service to and from Liverpool to many cities around the UK. The last time I went to Liverpool from Birmingham and the journey takes around 2 hours and 30 minutes. It was quite a pleasant journey. I arrived in Liverpool at around 9 so I could take my time to reach my destination.

In my opinion, Liverpool is not too big. At least the city center and the location of most attractions are within the walking distance. Therefore, I chose to just walk around the city. Well, at least the last time I visited. The furthest distance was covered in around 25 minutes. Not too bad, right? The first time I visited the city, I opted for the Hop On Hop Off bus. There are many tourist bus providers in Liverpool and it is quite an efficient way to explore the city in limited time. However, these two options may not be good enough for you if you want to visit the football stadiums. Anfield is located a little bit out of town so that you have to take the city bus to visit the place.

Liverpool is home of The Beatles. This legendary band was founded in Liverpool and all of the members are Liverpool boys. It is rather difficult to separate the fame of this city from The Beatles. For those who are hardcore fans, visiting this city is a must, along with entering The Beatles Museum. To enter the museum, we have to pay around GBP 30 admission fee. It is expensive, indeed. I would not recommend it if you don’t really like The Beatles or not interested in getting to know the band. However, for the fans, it is a worth visit. You can read stories of The Beatles, soaking at the atmosphere of the band, seeing the replica of the Tavern Pub where they first had they performance, etc. I must say that the museum is not boring at all and very attractive. Ah! And don’t forget to take a picture with the life-size The Beatles statues just in front of the Pier Head.

Keep calm, Liverpool is not just for The Beatles fans. It is also a city for football fans. There are two quite famous football teams in Liverpool, which are Liverpool FC and Everton. If you are a football maniac, visiting the stadiums of those clubs can be heaven. Similar to many football stadiums in the UK, the place is open for visitors and you can take a tour for some amount of money. I didn’t visit the stadium as I was not too interested in it and my husband is not a Liverpool fans. For you who want to know the stadium but is on a limited budget, you can always take a picture outside the stadium as there are also many players pictures and statues outside.

Still not too interesting? For me, Liverpool is a city with many museums that all are very interesting. One day is not enough to visit one museum in Liverpool. However, as I only went for a day trip, I had to cram two museums into one day. The museums I visited were Liverpool Museum and Maritime Museum. There is one other museum, which is World Museum. My favorite? Liverpool Museum, off course. The museum is not themed, but it is about Liverpool. I just love how everything is explained clearly and attractively. I felt like a child, there. I played around, read stories, experimented with things, and such. There are also two movies being played daily, one about The Beatles and one about football. There is also a repeated short movie about the movie industry in Liverpool. How nice! I really didn’t want to go out of that museum. My friend who lives in Liverpool said that it took him three days to finish the museum. I guarantee that you won’t be bored here and the image of traditional museum will vanish!

I also managed to visit Liverpool Maritime Museum. It mostly tells us stories about Lusitania and Titanic although there are also stories about warships. It is quite interesting to know the history of warships and megaships. On the top floor of the museum, there is a slavery museum. I forget the exact name for this museum. For me, this is even more interesting than the Maritime Museum. Haha. It tells stories about slavery, how it was and how it is now. Indeed, there are many forms of slavery and there is still implicit slavery all over the world. It is such an inspiring exhibition.

There is also a newly opened exhibition at the basement of the Maritime Museum building, which is about customs. As its name, the exhibition is about tax and customs and how illegal goods are transported from one place to another. It also highlights the danger of imitation goods to the economy and our health and daily functions. Interestingly, there is even an exhibition of imitation goods, such as shoes, bags, and electronics. I bet many Indonesian people’s goods deserve to be there. LOL.

Those museums are located very close to each other in the areas called Pier Head and Albert Dock. There is also Tate Liverpool gallery in Albert Dock. It is such a touristy area, an interesting one. I really like the ambience in Albert Dock, such a unique and beautiful place. Nearby, just across the road from Albert Dock, there is a shopping district. There is one unique shopping place called Liverpool One. It is like an outdoor shopping center. If you like to shop, it may be a good idea to visit this place and wander around the shops.

For me? I’d rather go to other attractions, such as Liverpool Cathedral and Metropolitan Cathedral. I love to stroll on the small alleys with unique shops and cafes. What a lovely city! You can certainly visit the cafes and the independent shops. They are one of a kind. I was also determined to eat fish and chips there as cities nearest to the sea always have the best seafood. Indeed, the fish and chips is sooooo delicious! The best one I’ve ever had in the UK, I must say.

Liverpool has it all. Good place, good attractions, good people, and good food. Do visit the city and experience it by yourself.

Home Away from Home: Daily Life (1)

Setelah berbagai hal yang cukup ‘ribet’ dan terdengar ‘serius’ kami jelaskan di artikel-artikel sebelumnya, sekarang kami akan berbagi pengalaman mengenai kehidupan sehari-hari di UK. Topik ini akan kami bagi menjadi dua artikel karena pembahasannya yang cukup panjang (atau memang kami yang terlalu excited berbagi pengalaman?). Di bagian pertama ini, kami akan membahas dunia belanja-perbelanjaan (maklum ya, dependant memang tugasnya tidak jauh-jauh dari belanja) dan tentang makanan halal bagi Muslim di UK. Dalam artikel ini, belanja yang  kami bahas adalah khusus untuk barang-barang kebutuhan sehari-hari yaa.. Sedangkan belanja barang lain, seperti baju, tas, kosmetik, dan lain-lain, akan tergantung selera dan budget masing-masing.

 

Belanja kebutuhan sehari-hari

Berbelanja di UK rasanya tidak jauh berbeda dengan di Indonesia. Apalagi, sekarang tekah banyak supermarket di Indonesia yang juga menjual barang-barang impor sehingga kita tidak asing lagi dengan barang-barang ber-label asing. Seperti halnya di Indonesia, terdapat banyak sekali jenis supermarket yang menawarkan barang dan harga sesuai dengan target market mereka, mulai dari yang harganya mahal hingga murah. Bagi yang pernah tinggal di Jakarta, mungkin tahu bedanya berbelanja di Foodhall dan di Tiptop – beda barang yang ditawarkan dan juga beda (jauh) harganya, ya.

Untuk kelas harga menengah ke atas, ada dua jenis supermarket yang cukup populer di UK, yaitu Waitrose dan Sainsbury. Kedua supermarket ini menawarkan produk-produk prime dan groceries yang fresh dan berkualitas sangat baik. Intinya, ada harga ada barang. Sainsburry ini termasuk supermarket yang gerainya menggurita ke hampir seluruh pelosok UK, mulai dari toserba lengkap dengan warehouse dan mini cafe nya hingga Sainsburry local yang hanya berupa minimarket. Signifikan kah perbedaan harga yang ditawarkan oleh kedua supermarket ini? Tidak juga. Kira-kira perbedaan harga maksimalnya adalah 1 GBP (jangan dikonversi ke rupiah yaa, di sini jumlah tersebut adalah perbedaan harga yang masih bisa ditoleransi). Kalau harganya agak mahal, lalu adakah yang belanja di Sainsbury atau Waitrose? Ya tentu saja ada. Mengingat kualitas barang yang sangat baik dan kadang-kadang ada promosi atau diskon, banyak juga warga Indonesia yang berbelanja di Sainsbury dan Waitrose. Bahkan, Sainsbury berani memberikan garansi uang kembali atau menurunkan harga barangnya apabila pembeli dapat membuktikan bahwa kualitas barangnya sama dengan yang ditawarkan oleh supermarket lain dengan harga lebih murah. Wah, ternyata berbelanja kebutuhan sehari-hari di kedua supermarket di atas cukup menguras dompet.

Mau alternatif yang lebih murah? Ada ASDA dan Tesco. Kedua brand ini menawarkan harga tengah untuk barang-barang yang mereka jual. Selain itu, keduanya adalah jenis supermarket PALUGADA (apa lu mau, gue ada). Yak! Mulai dari mie sedap sampai seragam sekolah dan laptop pun dijual di ASDA dan Tesco (online atau di Tesco dan ASDA Extra). Untuk Tesco, ia pun memiliki varian dari toko yang sangat besar (Tesco Extra) hingga ke minimarket semacam Alfamart (Tesco Express). Kedua merek supermarket ini sangat populer di UK dan sangat mudah mendapatkan barang-barang kebutuhan sehari-hari disana.

Oh ya, untuk keempat supermarket yang telah disebutkan diatas, ada juga promosi harian yang ditawarkan. Setiap sore atau malam hari, mereka me-reduce harga produk makanan segar, seperti sayur, buah, dan daging. Mengapa? Karena produk-produk tersebut sudah hampir ada di batas kadaluarsa. Apa? Produk itu ada kadaluarsanya? Ya, hal ini memang tidak lazim di Indonesia. Wong sudah lama saja masih dipakai memasak, yang penting belum busuk. Hahaha… Namun, hal ini tidak diterapkan di UK. Regulasi mengenai makanan cukup ketat. Oleh karena itu, sayuran, daging, dan buah-buahan pun memiliki masa kadaluarsa, dimana biasanya tercetak tanggal kadaluarsa di tiap label atau kemasannya. Adanya barang reduce ini kadang-kadang cukup membantu karena kita dapat membeli kebutuhan sehari-hari dengan harga yang lebih murah.

Golongan supermarket ketiga adalah supermarket kelas ‘mahasiswa’. Mengapa namanya begitu? Karena harganya pun pas dengan kantong mahasiswa. Contoh supermarket kelas ini adalah ALDI dan LIDL. Kedua supermarket ini menawarkan barang yang sedikit lebih terbatas, tetapi dengan harga yang sangat murah. Biasanya, para mahasiswa (termasuk keluarganya seperti kami-kami ini) banyak berbelanja kebutuhan sehari-hari disini. In the name of pengiritan, memang berbelanja di supermarket ini merupakan cara jitu untuk menekan pengeluaran. Apalagi, untuk mahasiswa yang membawa serta keluarga ikut tinggal di sini, selisih harga yang tadinya tidak material akan terasa cukup signifikan bila dikalikan jumlah anggota keluarga, hehehe..Tetapi lagi-lagi, prinsip ada harga ada barang pun berlaku. Jangan harapkan barangnya dalam kondisi prime atau rasanya sangat enak, kualitasnya pun tidak sebagus di supermarket yang sudah dibahas terdahulu. Selain itu, memasuki musim panas, sayuran yang dijual pun kadang-kadang sudah hampir tidak bisa dimasak atau sudah dalam kondisi harus segera dimasak. Ya, semua ada trade off nya. Khusus untuk LIDL, supermarket ini juga menawarkan fresh bakery yang super enak! Jadi, jangan lewatkan mencoba fresh bakery disini, dijamin ketagihan (malah promosi).

Selain supermarket-supermarket yang telah disebutkan, ada juga berbagai jenis toko yang menjual barang-barang kebutuhan dengan harga miring. Misanya, Poundland (serba 1 pound), Home Bargain, dan B&M Bargain. Toko-toko tersebut hanya sedikit menjual makanan segar, tetapi lebih banyak makanan kaleng atau kering, snack, barang kebutuhan sehari-hari, seperti sabun, sampo, alat masak, kebutuhan untuk bersih-bersih, dan barang-barang kebutuhan taktis lainnya, mirip toko kelontong di Indonesia mungkin ya, hehe. Ada juga toko-toko spesialis makanan beku, seperti Heron Foods, Iceland, dan Farmfoods. Biasanya, harga makanan beku di toko-toko spesialis ini lebih murah. Nah, khusus untuk toko-toko yang disebutkan di paragraf ini, sepertinya mengecek dan membandingkan harga sangat diperlukan karena walaupun banyak barang yang ditawarkan dengan harga murah, ada juga yang ternyata harganya lebih mahal daripada di supermarket biasa.

Jadi, di UK hanya bisa belanja di supermarket? Nggak ada pasar tradisional? Tenang saja, di beberapa kota, masih ada pasar tradisional kok, ada yang bentuknya di luar ruangan atau di dalam ruangan. Ada juga toko-toko kecil yang memang langsung menjual hasil kebun sendiri. Di Birmingham misalnya, ada outdoor market dan indoor market yang menjual sayuran, buah, dan daging segar. Harganya pun sangat bersaing dengan supermarket lho. Bahkan, di outdoor market kita bisa membeli sayur dan buah seharga 1 GBP saja untuk 1 bowl penuh. Rasanya seperti di surga! Eits, mau lebih murah lagi? Jangan lewatkan datang ke indoor dan outdoor market di atas jam 5 sore saat toko nya hampir tutup ya, karena hampir semua barang didiskon. Hanya dengan uang 1 GBP, kita bisa mendapatkan dua hingga tiga bowl sayur dan buah. Tawaran yang sangat menarik, kan?

Harga sayur dan buah di pasar tradisional murah. Lalu bagaimana dengan harga bahan pangan pokok seperti beras, minyak, dan telur? Sepanjang pengamatan dan pengalaman kami, harga makanan di UK cukup stabil. Kalau tidak salah, kenaikan harga bahan makanan terakhir terjadi di tahun 2013. Itu pun tidak terlalu signifikan (sekitar 5-10 pence) dan hanya berlaku pada produk tertentu. Harga beras dan minyak stabil dari tahun 2012, yaitu di 40 pence per kilo untuk beras dan 85-90 pence per 1.5 liter untuk minyak. Harga tersebut adalah harga ‘kantong mahasiswa’ di ALDI dan LIDL. Untuk mengetahui harga kebutuhan pokok secara lebih detail, silahkan cek ke website masing-masing.

 

Toko Khas Asia

Ketika kebutuhan makanan sehari-hari sudah tersedia secara luas di UK, bagi orang-orang Indonesia semacam kami ini, rasanya kok tidak puas ya, makan ala barat setiap hari. Tetap saja, banyak orang Indonesia mencari bahan makanan yang familier dan ketika dimasak cocok di lidah. Banyak supermarket di UK memiliki Asian section. Disana, kita bisa mendapatkan bumbu khas Asia dan bahkan bumbu jadi (keluaran Malaysia atau Thailand). Namun, biasanya range produk yang ditawarkan masih terbatas. Lalu? Apakah harus kirim dari Indonesia? Tenang, di Inggris ada sangat banyak toko yang menawarkan produk khas Asia. Biasanya, toko-toko ini didominasi oleh produk Cina dan India/Pakistan. Oleh karena itu, kami biasa menyebutnya ‘toko Cina’ dan ‘toko India’. Salah satu toko Cina yang sangat besar dan ada di berbagai kota adalah Wing Yip. Apa saja barang-barang yang dapat dibeli di toko khas Asia? Banyak sekali! Tempe, tahu, berbagai jenis mie, buah kaleng, bumbu khas asia, gula aren (mirip gula jawa tapi warnanya tidak coklat gelap), bumbu dapur beku, berbagai jenis seafood beku, sambal dan kecap ABC, hingga cemilan-cemilan mulai dari yang tradisional sampai yang kemasan pabrikan semacam Hello Panda. Orang-orang Indonesia biasanya agak kalap kalau belanja disini. Rasanya seperti kembali ke negara sendiri. Hahaha. Di beberapa tempat pun ada yang menjual durian hingga ikan teri. Selain itu, ada juga toko Afrika dimana kita bisa membeli ikan asin, plantaine (pisang kepok), dan singkong. See? Hidup di UK tidak menderita kok! Asal mau usaha, ada saja toko yang menawarkan barang kebutuhan kita.

Bagaimana jika tidak ada toko khas Asia di kota Anda? Dengan kemajuan teknologi dan banyaknya diaspora Indonesia di UK, ada fasilitas online shop barang khas Indonesia. Sejauh ini, ada dua toko online yang cukup populer di kalangan masyarakat Indonesia, yaitu toko IndoPro dan Toko Gordon. Kedua toko ini memiliki akun di Facebook sehingga cukup mudah untuk diakses oleh siapa saja. Khusus untuk kedua toko ini, barangnya pun sangat khas Indonesia. Namun, kadang kita harus berebut memesan karena setiap barang tersedia hanya dalam jumlah terbatas. Ketika barang datang, secepat mungkin harus memesan. Selanjutnya, barang pesanan Anda akan dikirimkan melalui pos. Saran kami, karena biaya pengiriman cukup besar, lebih baik jika Anda memesan bersama teman-teman yang tinggal di kota yang sama. Dengan begitu, biaya pengiriman dapat ditanggung bersama sehingga lebih hemat.

Bicara mengenai harga, produk-produk khas Asia ini memang harganya lebih mahal. Jarang sekali ada satu barang yang harganya kurang dari 1 GBP (kecuali Indomie). Cukup menguras dompet juga kalau sering-sering berbelanja disini. Kalau harga produk beku dan kemasan mahal, maka harga produk segar, seperti sayur dan buah bisa dikategorikan sangat mahal. Suka sayur kangkung? Sayuran ini adalah barang mewah di UK. Bayangkan saja, dua ikat kangkung harganya lebih mahal dari satu ekor ayam. Atau anda kangen dengan sawi putih? Harga satu bonggol sawi putih pun setara dengan tiga kilogram beras yang biasa kami beli. Yak, penggemar kangkung, sawi putih dan sayuran khas asia mulai menangis (dompetnya). Sekali-kali bolehlah beli untuk mengobati kangen, hehehe..Intinya, bijaklah dalam berbelanja di toko Asia. Jangan sampai budget Anda kendor karena membeli barang-barang disini. Sebenarnya ada alternatif lain jika anda ingin lebih berhemat, misalnya dengan menanam sendiri sayur-sayur dan bumbu dapur, yaitu dengan cara menyisakan batang dan akarnya kemudian menumbuhkannya di media air dan atau tanah. Beberapa yang pernah kami temui dan berhasil ditumbuhkan kembali adalah kecambah, daun bawang (spring onion), kangkung, daun mint, dan daun seledri. Dengan begitu, anda dapat menghemat pengeluaran dan memiliki stok sayuran segar sewaktu-waktu dibutuhkan.

 

Makanan Halal

Kebutuhan makanan halal merupakan kebutuhan pokok bagi masyarakat beragama Islam, karenanya sangat penting untuk menentukan kehalalan makanan. Memasak sendiri adalah cara paling tepat untuk menjamin kehalalan makanan kita, karena kita dapat memastikan mulai dari bahan, cara olah, alat masak, dan alat makan yang tidak tercampur dengan zat yang tidak halal. Lalu banyak orang bertanya, susah nggak sih, mencari bahan makanan halal di UK? Tidak! Hampir di setiap kota, bahkan di beberapa cabang supermarket besar seperti ASDA dan Tesco, ada toko atau bagian yang menjual daging dan makanan beku halal. Jadi, kita tidak perlu puasa makan sosis, nugget, dan makanan olahan lain saat tinggal di UK. Banyak sekali produsen makanan beku halal di UK. Toko daging halal pun ada banyak sekali. Biasanya, toko-toko ini berada di pusat kota atau di area pemukiman muslim. Cari saja masjid, biasanya di sekitarnya ada toko barang-barang halal. Dengan banyaknya muslim di UK, maka  keberadaan toko bahan makanan halal pun tidaklah sulit untuk ditemukan. Indeed, kurma pun bukan makanan aneh disini. Murah pula harganya!

Selain daging-dagingan yang cukup jelas batasan halal-haram nya, kita harus cukup teliti dalam membeli barang tertentu untuk memastikan kehalalan suatu produk. Otoritas di UK cukup tegas dalam hal ini. Secara umum, kehalalan produk dan bahan makanan khususnya produk daging di UK dapat dilihat dari ada atau tidaknya sertifikat halal dari HFA (Halal Food Authority) dan HMC (Halal Monitoring Committee UK). Dengan adanya dua badan tersebut, warga muslim di UK dimudahkan untuk mencari tahu tentang halal tidaknya produk bahan makanan yang mereka konsumsi. Ada beberapa produk yang sudah mendaftarkan kehalalan produk sehingga tertera label halal di kemasannya. Meskipun begitu, masih banyak juga produk yang harus ditentukan kehalalannya dengan membaca keterangan bahan yang terkandung dalam produk tersebut. Salah satu indikasi yang mungkin dapat di jadikan guidance adalah apabila pada makanan kemasan tercantum ‘suitable for vegetarian’. MInimal, kita menjadi tahu bahwa produk tersebut terbebas dari kandungan bahan-bahan yang berasal dari hewan. Pengecekan bahwa makanan tidak mengandung alkohol dan zat aditifpun perlu dilakukan. Menjadi muslim di UK memang mengajarkan kami untuk lebih teliti dan berhati-hati, juga untuk semakin aware tentang kehalalan makanan.

Masih juga merasa kesulitan? Anda bisa dengan mudah mengecek apakah suatu produk halal dengan bertanya langsung pada penjaga toko atau kepada produsen barang tersebut. Mereka akan dengan senang hati membantu Anda. Sebagian besar masyarakat UK sudah memahami peraturan halal/haram bagi umat Islam sehingga Anda tidak akan disangka sebagai ‘alien’ ketika bertanya mengenai hal ini.

Selain berbelanja bahan makanan untuk dimasak sendiri, ada kalanya kita mungkin sedang  capek atau dilanda kebosanan, lalu muncul keinginan untuk makan di luar rumah bersama keluarga. Nah, kalau sudah begini kitapun harus memilih restoran yang halal, bukan? Untuk menemukan restoran halal di Inggris memang tidak selalu mudah, tetapi juga bukan hal yang sulit. Hampir sama seperti toko bahan makanan, jika anda ingin mencari rumah makan halal, maka datangilah area dimana komunitas muslim tinggal, maka biasanya dengan mudah anda dapat menemukannya. Selain itu, terkadang di lingkungan sekitar kampus dan pemukiman mahasiswa, banyak juga terdapat gerai makanan halal ini. Contohnya di Birmingham, banyak sekali tempat makan halal yang berlokasi di sekitar universitas dan pemukiman mahasiswa. Di Manchester, ada sebuah area yang dijuluki ‘Curry Lane’ saking banyaknya restoran India dan timur tengah disana. Karena kebanyakan penjualnya adalah warga timur tengah, maka jenis makanan yang dijualpun adalah seputar nasi biryani dan kebab. Bicara harga, anda perlu menyiapkan GBP 3-5 untuk seporsi makan, tergantung varian dan topping yang anda inginkan. Meskipun mayoritas rumah makan tersebut menempelkan logo halal, jangan kaget jika ada juga restoran yang menjual kebab tetapi tidak memiliki logo halal di gerai nya. Nah, kalau sudah seperti ini, penilaian halal-haram kembali kepada keyakinan diri masing-masing ya, hehe.

Jika anda bosan dengan menu makanan arab dan timur tengah, ada juga beberapa restoran cepat saji di UK yang menyediakan menu halal, KFC dan SUBWAY adalah contonya. Kedua restoran ini, merupakan franchise restoran cepat saji yang juga cukup familier di sini. Ada gerai KFC dan SUBWAY yang menyediakan menu halal di restorannya. Untuk KFC halal, mereka mengklaim bahwa semua makanan yang dijual adalah halal dan merekapun biasanya telah mengantongi HFA halal certificate. Sementara SUBWAY halal, ada yang semua makanannya halal, tetapi ada pula yang partially halal, dimana mereka menyediakan beberapa pilihan menu halal disamping menu non-halalnya. Wah? Kalau setengah menunya non-halal, berarti tetap tidak halal dong, karena ada kemungkinan kontaminasi? Well, peraturan mengenai pengolahan dan penyajian makanan di UK cukup ketat sehingga kontaminasi bahan makanan pun diperhatikan. Biasanya, restoran-restoran yang sudah mendapatkan label halal ini pun memiliki standar baik dari segi pengolahan maupun penyajiannya ke customer, sehingga makanan halal tidak akan tercampur dan terkontaminasi oleh makanan non-halal.

 

Meskipun kita tinggal di UK yang setiap pengeluarannya menggunakan pound sterling, tetapi jika kita tahu dimana harus belanja, bisa banget kok menghemat jatah bulanan. Tinggal di negara yang muslimnya minoritas pun, sebaiknya tidak dijadikan alasan untuk tidak memastikan kehalalan makanan yang kita konsumsi. Dengan tetap mencari informasi, berhati-hati dan selektif, maka mencari makanan halal tidaklah sesulit yang kita kira. Semoga cerita kami di atas dapat menjadi sedikit panduan berbelanja khususnya groceries dan daily stuff di Inggris ya.

Minggu depan, kita masih akan membahas seputar kehidupan sehari-hari di UK. Stay tuned!