Ada Langit di Atas Langit

10499096_310567115790904_1532127187_n

Dua artikel berturut-turut dan judulnya berhubungan dengan langit. Tenang, tenang… isinya beda kok! Berbeda dengan artikel sebelumnya yang membahas tentang langit biru, kali ini ingin membahas sebuah fenomena yang sepertinya kok sering saya lihat akhir-akhir ini. Maklum, I am a people observer. Kegiatan people-watching bagi saya terasa menyenangkan! Hehehe…

As an intro, ada yang sudah baca artikel ini: https://brightside.me/article/why-generation-y-is-unhappy-11105/? Saya sudah, dan saya suka. Saya suka dengan sudut pandang si penulis yang tidak lagi-lagi membahas karakter generasi Y saja – tetapi mencoba mengelaborasi dengan pengalaman nyata para anggota generasi Y. Intinya sih, ada sesuatu yang menyebabkan si generasi Y ini tidak bahagia: kepercayaan bahwa dunia seindah surga dan bahwa mereka (kita) pantas untuk mendapatkan si surga ini. Intinya yaa… perasaan ke-aku-an yang sungguh besar sehingga menganggap diri sendiri spesial.

Padahal, selalu ada langit di atas langit. Naaah… yang perlu disadari adalah langit di atas langit ini tidak hanya dalam arti positif loh, tapi juga dalam arti negatif. Misalnya nih, ada si X yang punya pengalaman bertahun-tahun, pintar, dan latar belakang pendidikannya baik. Dia merasa sebagai orang yang paling ekspert di bidangnya. Hal ini membuat dia merasa lalu harus di “servis” saat diminta berbagi ilmu atau merasa harus mendapatkan gaji super besar saat diminta bekerja di suatu perusahaan. Betul kah? Yhaaa… ada langit di atas langit, Pak! Dalam lingkungannya, mungkin ia yang paling hebat. Tapi, sudahkah mencoba untuk lihat keluar? Sudahkan mencoba untuk bertemu orang-orang baru di lingkungan baru? Mungkin – mungkin yaa – di luar sana ada orang yang jauh lebih hebat daripada si X.

Sebaliknya, ada langit di atas langit bisa juga terjadi dalam arti negatif. Pernah punya teman yang sepertinya hidupnya selalu susah (suka mengeluh maksudnyaa…)? Seberapa parah sih keluhannya dan korelasinya dengan realita? “Duh, males banget bawa anak kecil naik angkot panas-panas. Coba ya kalau ada motor kan lebih enak.” Buk, ada loh orang yang anaknya lebih dari dua dan memilih untuk jalan kaki kemana-mana karena ingin menabung agar anaknya bisa masuk sekolah yang bagus (walaupun ya, harusnya sih sekolah bagus harus bisa diakses oleh semua orang). Atau mungkin juga, ada orang lain yang kemana-mana harus naik sepeda karena harus berhemat uang yang pas-pasan.

Self-centered. Sifat ini seharusnya sudah bisa diminimalisir pada masa anak-anak awal, sekitar usia 3-6 tahun. Tapi memang, manusia pada dasarnya adalah mahluk yang self-centered. Setelah dilatih dan melihat orang lain, barulah kita semua belajar untuk tidak hanya memikirkan diri sendiri, tetapi juga orang lain. Selain itu, kalau seperti yang dijelaskan oleh artikel yang saya sebutkan di atas, sosialisasi dari orang tua dan orang-orang di sekitar juga merupakan pembentuk karakter generasi Y yang utama. Isi sosialisasi inilah yang membuat para generasi Y (termasuk saya juga, mungkin) merasa paling spesial pake telor. Hasilnya, terpupuk lagi deh, sifat self-centered yang seharusnya sudah bisa diminimalisir.

Jujur, saya suka risih. Tidak terlalu suka dengan orang-orang yang tidak menyadari bahwa ada langit di atas langit. Tapi, gajah di pelupuk mata seringnya tidak terlihat. Mudah-mudahan tulisan ini menjadi pengingat bagi diri saya sendiri bahwa masih ada orang-orang yang lebih lebih hebat dari saya – dalam hal perjuangan (atau mungkin penderitaan), talenta, keahlian, dan lain-lain. Semoga tidak ada orang yang risih dengan saya karena hal ini. Semoga, semogaaa ya Allah, saya dijauhkan dari sifat “merasa yang paling …” supaya bisa lebih banyak belajar dan memperbaiki diri dan supaya bisa lebih banyak lagi bersyukur.
Laa hawla wa laa quwwata illa billah…

 

Photo Source: https://www.instagram.com/ryantoanugroho/?hl=en

Advertisement

No Blue Sky for You No More

Beberapa minggu kembali tinggal di Jakarta (baca: Bekasi), salah satu hal yang sangat saya rindukan dari Birmingham adalah langit biru.

Kata orang, warna biru langit di setiap daerah itu berbeda. Well, mungkin. Saya adalah salah satu penggemar kegiatan mengamati langit. Kalau berdasarkan pengamatan saya, memang sih, warna langit setiap tempat memiliki “pesona”nya sendiri. Favorit saya? Birunya langit Liverpool di musim panas, birunya langit York saat musim semi, semburat jingga saat matahari terbit di Borobudur, dan… yang paling dahsyat menurut saya adalah warna warni langit saat matahari tenggelam di Sumbawa Barat. Magical!

Pink Sky

Nah tapi, setelah beberapa minggu di Jakarta-Bekasi, ternyata kok langitnya abu-abu? Yhaa… disamping akhir-akhir ini sering mendung, sepertinya, berdasarkan pengamatan subjektif saya, polusi di ibu kota tampaknya semakin parah, ya? I don’t mind with non-blue sky. Saya suka hawa-hawa mendung gloomy yang kalau di UK sana sedang sangat dominan karena sudah autumn saat ini. Di Jakarta pun, hawa mendung bagi saya membawa perasaan menenangkan.

Masalahnya, meskipun sama-sama abu-abu, langit tertutup polusi tuh nggak ada indah-indahnya. Malah sumpek dan bikin pengen kabur ke UK lagi #eh. Bahkan saking tebalnya, asap polusi sampai terlihat seperti kabut. Sedih!

Biangnya ya apalagi selain asap kendaraan bermotor? Saya salah satunya. Iya, saya mengaku bersalah jadi salah satu kontributor polusi di Jakarta. Cuy, moda transportasi itu kebutuhan primer warga dunia – terlebih bagi masyarakat penglaju seperti saya yang jarak tempuh setiap hari bisa lebih dari 20 km. Jarak tersebut tentu tidak bisa (tidak efektif) bila dipaksa ditempuh dengan cara berjalan kaki. So, what should I do?

Setidaknya, saya berusaha (superduper sekuat tenaga karena terbiasa dimanja dengan kendaraan pribadi) untuk meminimalisir penggunaan mobil pribadi sendiri. Kalau bisa, carpool (lebih populer dikenal dengan tebeng menebeng) lebih baik. Disamping kondisi lalu lintas Jakarta yang makin lama makin parah dan membuat malas menyetir sendiri, naik kendaraan umum atau ber-carpool bisa jadi alternatif yang lebih hemat.

Well, semoga saya bisa dengan istiqomah menjalankan sharing kendaraan ini, setidaknya dengan suami dan orang-orang terdekat) dan semakin banyak juga orang-orang yang berusaha dan punya solusi untuk mengurangi polusi Jakarta sehingga langit biru pun tampak kembali di kota tercinta ini. Ya, supaya there’s no more no blue sky for you no more.

University 101: Everything is Data (4)

Apa yang muncul dalam pikiran kita pada saat mendengar kata ‘data’? Ada yang mengasosiasikannya dengan pekerjaan, soal, ujian, penelitian, dan lain-lain. Namun, sebenarnya apa sih yang dimaksud dengan data, dan mengapa data merupakan suatu hal yang penting untuk dibahas dalam hubungannya dengan universitas – baik pada jenjang S1, S2, maupun S3? Menurut Merriam-Webster Dictionary, data adalah fakta atau informasi yang digunakan untuk analisis dan penghitungan sebagai dasar dari penalaran, diskusi, dan argumen. Berdasarkan definisi ini, dapat disimpulkan bahwa data bisa memiliki berbagai macam bentuk. Fakta atau informasi yang digunakan sebagai data bisa merupakan angka, bentuk, narasi, atau hal-hal yang dapat diamati.

Tentunya, data dalam bidang disiplin ilmu pun berbeda. Ya, mungkin saja teman-teman yang mendalami bidang informatika lebih banyak berhubungan dengan data yang bersifat numerikal. Di sisi lain, teman-teman yang berkuliah di bidang ilmu sosial, seperti antropologi, lebih banyak berhubungan dengan data yang bersifat naratif. Eits, tapi jangan bahagia dulu saat merasa akan atau sedang belajar cabang ilmu sosial yang biasanya minim data numerikal. Berbagai penghitungan statistik, grafik, dan data berupa angka juga merupakan hal dasar yang harus dikuasai oleh semua orang di semua cabang ilmu. Sulit? Nggak, kok. Justru hal ini merupakan salah satu basic skills yang perlu dikuasai untuk bisa survive tidak hanya dalam pendidikan, tetapi juga pekerjaan di masa depan dan dalam kehidupan sehari-hari.

Hmmmm… ini berarti kita tidak bisa ‘kabur’ dari urusan data mendata pada saat memutuskan untuk masuk ke pendidikan tinggi. Segala sesuatu yang kita pelajari dan kita ungkapkan harus berdasarkan data. Orang-orang yang dulunya takut melihat soal dan data harus memberanikan diri menghadapi dan menggunakan data. Atau mungkin, persepsi kita bisa dibalik sehingga lebih nyaman dalam memandang data. Anggap saja, semua hal yang kita ketahui – bahkan dari kecil sekali – bisa dianggap sebagai data. Segala pengetahuan yang kita miliki dan simpan di dalam otak juga merupakan bentuk data apabila kita gunakan untuk melakukan analisa, penghitungan, atau perencanaan.

Tidak lepasnya kehidupan kita dari data mengharuskan kita untuk merasa nyaman bekerja dengan data. Keluwesan kita dalam bermain-main dengan data sangat dibutuhkan, terutama pada saat kita berada dalam lingkungan akademis. Memang sih, pada saat masa awal perkuliahan, biasanya ada mata kuliah yang memang dikhususkan untuk membantu para mahasiswa untuk membiasakan diri dengan data. Namun, apa salahnya kita tahu lebih dulu mengenai hal-hal yang bisa dilakukan terhadap data.

 

  • Putting it into context

 

Data tanpa konteks tidak memiliki arti. Tidak percaya? Ini contohnya: sebagian besar anak mengalami obesitas. Ada yang salah? Secara bentuk, kalimat tersebut benar. Namun, informasi tersebut tidak memiliki konteks. Anak dimana? Batasan yang disebut sebagai anak, berusia berapa? Selain kelengkapan informasi tersebut, kita juga perlu mengetahui konteks data secara lebih luas. Misalnya, ketika kita sudah mengetahui bahwa informasi tersebut berlaku pada anak-anak yang tinggal di Amerika Serikat, maka kita juga perlu mengetahui informasi yang relevan dengannya. Sebagai contoh, konsumsi makanan dengan gula buatan sangat tinggi di Amerika Serikat. Contoh ini merupakan informasi yang tambahan yang juga bisa menjadi data. Kedua data tersebut saling melengkapi dan bisa digunakan bersamaan, memberikan konteks pada satu sama lain. Bagaimana dengan data numerikal? Data numerikal juga membutuhkan konteks. Misalnya, 10% warga Jakarta merasa bahagia. Seberapa banyak 10% warga Jakarta? Tentu harus dikalikan dengan total jumlah warga Jakarta. Arti 10% ini tentu berbeda apabila disandingkan dengan 10% warga Pontianak. Putting it into context. Angka 10% yang tampak kecil menjadi jumlah warga yang puluhan ribu apabila dimasukkan ke dalam konteks kota besar.

 

  • Interpret it

 

Setelah melihat data dalam konteks yang benar, barulah kita dapat melakukan interpretasi data. Lagi-lagi, data bisa diinterpretasi apabila kita mengerti konteks dan arti dari informasi tersebut. Proses interpretasi data harus dilakukan sebelum data kemudian diolah lagi atau dianalisis lebih lanjut.

 

  • Critically analyse it

 

Nah, bagian yang cukup krusial dan unik dalam penggunaan data di tingkat universitas adalah analisis kritis. Pada aktivitas ini, kita bisa mempertanyakan informasi yang kita dapat dari data tersebut – baik mengenai ke-valid-an data tersebut, cara pengumpulan datanya, apakah data tersebut relevan dengan konteksnya, dan lain-lain. Bagi saya sendiri, proses ini adalah proses ‘mempertanyakan kebenaran data’. Butuh panduan bertanya? Yuk mampir ke https://theadventureofizzao.com/2016/06/17/university-101-the-art-of-asking-questions-1/. Data yang telah dianalisis secara kritis sehingga kita mengetahui kelemahannya dapat kemudian digunakan dalam proses-proses pengolahan data berikutnya.

 

  • Convert it

 

Aktivitas konversi data merupakan aktivitas lanjutan dan tambahan dari pengolahan data. Apabila tidak dibutuhkan, proses ini bisa di-skip. Pada umumnya, data dikonversi apabila bentuk lain dibutuhkan untuk proses pengolahan data lanjutan.

 

  • Present it

 

Data juga harus dipresentasikan atau disajikan. Nah, penyajian data tentu tergantung pada bentuk data. Pemilihan cara penyajian data juga harus memperhatikan kenyamanan pembaca. Kita menyajikan data dengan tujuan membuat pembaca mengerti, kan? Oleh karena itu, kita harus menyeleksi cara terbaik untuk mencapai tujuan kita. Data-data numerik biasanya kemudian disajikan dalam grafik sehingga lebih mudah dipahami. Data narasi disusun dengan kalimat yang efektif sehingga pembaca dengan mudah mencerna informasi yang diberikan.

 

Lalu, apa sih tujuan menggunakan data dan melakukan hal-hal di atas terhadap data? Tujuannya adalah untuk mendukung argumen yang kita miliki. Lagi-lagi, dalam konteks akademis pendidikan tinggi, mahasiswa banyak diminta untuk berargumen dan mengungkapkan pendapat. Tentu saja, pendapatnya orang berpendidikan beda yaa, dengan argumen warung kopi. Argumen dalam konteks akademik harus didukung oleh data yang valid dan dapat dipertanggungjawabkan. Nah, hal ini lah yang membuat data memiliki posisi yang penting dalam kehidupan akademis.

Practice makes it perfect. Sama seperti keterampilan yang lain, keterampilan mengolah, mengumpulkan, dan menganalisis data perlu dilatih sehingga kita lancar dalam menggunakannya. Mari mulai berlatih bermain-main dengan data!

 

Photo source: http://www.biznetsoftware.com/wp-content/uploads/2015/01/bigdata.jpg

 

Ada Banyak Orang Baik di Dunia

Kata banyak orang bijak, merantau bisa meningkatkan kapasitas seseorang. Yah, namanya juga merantau jauh dari keluarga dan teman-teman, seseorang pasti sedikit banyak belajar tentang kemandirian, keberanian, dan… mungkin (semoga) belajar mengenal dirinya sendiri dengan lebih baik. Belajar-belajar tersebut mungkin saya dapatkan penuh ketika pergi seorang diri untuk menuntut ilmu beberapa tahun yang lalu. Kali ini, ceritanya tentu berbeda.

Setahun yang lalu, saya merantau untuk mendampingi suami melanjutkan studi-nya. Dengan peran yang berbeda, saya banting setir menjadi ibu rumah tangga. Saya belajar mengurus “rumah”, menjadi kreatif (terutama dalam hal masak-memasak), dan bersosialisasi dengan teman-teman senasib sepenanggungan – para dependent. Namun, kali ini saya tidak akan membahas mengenai belajar-belajar saya yang itu. Justru, hal yang paling berkesan bagi saya adalah bahwa selama merantau ini, saya menemukan ada banyak orang baik di dunia.

Ada banyak orang baik di dunia. Saya sering mendengar kalimat ini dari seorang teman saya, Jayaning Hartami, yang selalu berusaha untuk menanamkan keyakinan pada anak-anaknya bahwa dunia ini masih diisi oleh orang-orang yang baik, yang suka menolong. Faith in humanity lah, istilah kerennya. BUT, that is actually true. Perjalanan saya selama setahun ini membuktikan bahwa masih banyak orang-orang ikhlas, empatik, baik hati, dan tidak sombong yang ada di sekitar kita.

Mulai dari yang simpel saja. Merantau tentunya tidak lepas dari mencari jalan. Di lingkungan baru, kita biasanya masih harus bergantung pada peta (atau Google Maps – hari gini nggak tau GMaps, mau jadi apa?) atau bantuan petunjuk arah dari orang lain. Saat saya dan suami sempat pergi ke Barcelona untuk berlibur, wajah kebingungan kami membuat seorang kakek akhirnya menyapa – dengan bahasa Spanyol yang kami tidak mengerti – dan berisyarat apakah kami butuh arah ke tujuan wisata tertentu. Lalu, dengan bahasa Tarzan pun ia berusaha menjelaskan. Kami pun mengikuti sarannya dan akhirnya sampai di tempat yang kami tuju. Bagi saya, itu bentuk sederhana dari kepedulian. Lihat dan berusaha membantu. Simpel, dan pastinya si kakek tidak minta imbalan, tidak minta dibilang baik, tidak juga “sok baik”.

Orang baik berikutnya adalah pak supir Uber yang pagi tadi mengantarkan kami ke bandara. Si supir datang, membantu memasukkan bagasi kami yang super berat ke dalam bagasi mobil, dan ketika kami turun, ia pun membantu menurunkan bagasi kami. Believe me, ini adalah hal yang super-duper jarang ditemui di UK. Budaya individualis dan kehati-hatian agar tidak menyinggung orang lain mungkin adalah alasan mengapa bahkan orang yang tampak kesulitan pun jarang-jarang dibantu. Kebanyakan masyarakat lokal sangat sopan sehingga mereka tidak ingin “asal” bantu tanpa diminta. Yah, mungkin saja kan, orang tersebut tersinggung karena dikira dianggap “helpless”. Anyway, saat masuk bandara, mobil harus membayar 1 poundsterling sebagai biaya masuk dan parkir 10  menit (hiyakkkk mahal yaaa 10 menit aja 1 pounds). Saya yang belum pernah menggunakan servis Uber ke bandara pun bertanya apakah saya harus mengganti biaya parkir tersebut. Si supir lalu menjawab bahwa biayanya sudah include di dalam ongkos. Wiiw, jujur yah. Padahal kalau dia mau pun, dia bisa bilang bahwa saya harus membayar parkir padahal uangnya dikantongi oleh si supir.

Pun juga para waitress di restoran yang selalu mengecek dietary requirements kami (karena jilbab saya menunjukkan bahwa kami harus makan makanan halal), kasir di supermarket yang kadang-kadang random dan mengajak bercakap-cakap, atau mungkin sekedar orang bertemu di jalan yang tanpa disangka-sangka membuat hari saya lebih berwarna cerah. Semua saya temukan saat merantau ini.

Kalau disebutkan satu per satu, tentu tidak cukup berpuluh-puluh halaman untuk mendeskripsikan orang-orang baik di dunia. Namun, satu kelompok orang baik yang sangat berkesan dan berarti bagi saya sepanjang kehidupan saya di Birmingham adalah para warga Indonesia yang tinggal di Birmingham. Yah, namanya juga merantau, pasti mencari orang-orang yang bisa mengobati rindu pada tanah air. Alhamdulillah, di Birmingham ada banyaak sekali orang Indonesia dan, menurut saya, semuanya super baik. Eh, ini bukan berarti bahwa teman-teman di kota lain tidak baik atau kurang baik dibandingkan teman-teman di Birmingham, ya. Namun, saking banyaknya orang baik di sana, ada multiplier effect dong ya…

Rasanya tidak akan habis-habis kalau saya berterima kasih pada semua warga Indonesia di Birmingham. Mulai dari sebelum berangkat hingga detik-detik terakhir kami akan pulang ke Indonesia, bantuan yang saya dan suami terima tidak ada putusnya. Baiknya para warga ini tidak hanya ke saya. Baiknya ke semua orang. Belum pernah saya menemukan ada satu komunitas yang kalau ada salah satu anggotanya sakit, semua orang lalu berduyun-duyun menjenguk, membantu menyediakan kebutuhan dasar bagi keluarganya, atau bahkan jadi “tukang urut dadakan”. Pinjam meminjam uang dari satu orang ke orang lain, pinjam meminjam alat masak, sampai pinjam meminjam bumbu makanan – semua ada! This is actually my first experience having a community that good, that cohesive, that kind. Pengalaman berada dalam sekumpulan orang-orang baik ini yang membuat kembali pulang ke tanah air menjadi berat sekali.

Melihat ada banyak orang baik di dunia membuat saya belajar. Belajar seperti mereka. Belajar berempati, belajar berkontribusi, dan belajar ikhlas. Semua yang saya sebut tadi, semua aksi kebaikan tadi, tidak dibayar, loh. Semua for free. Saya lalu belajar – dari Mbak Binar dan Mbak Dini – tentang bagaimana memperlakukan tamu. Iya, saudara saya yang numpang tinggal for free pun dapat makan pagi gratis! Saya belajar bahwa kita harus berlomba-lomba dalam kebaikan. Saat ada teman yang sakit, sampai berebutan memilih jadwal masak untuk memenuhi kebutuhan si teman. Saya belajar bahwa there shouldn’t be any strings attached dalam berbuat baik. Jangan harap imbalan, nanti imbalan pun akan datang dengan sendirinya. Ibu-ibu Selly Oak Moms baik sekali memberikan saya kesempatan untuk berbagi ilmu plus dapat bonus hadiah-hadiah yang super sweet.

Ada banyak orang baik di dunia. Saat ini, saya terus berusaha untuk menjadi salah satunya. Yah, setelah menerima begitu banyak kebaikan, bukankah sudah selayaknya kita pun menjadi baik dan ikut menebar kebaikan-kebaikan? Bukan, bukan untuk dibilang “angel” atau supaya menjadi orang terfavorit. Salah kah kalau berbuat baik just for the sake of it? Atau hanya karena dulu ada orang yang juga membantu saya seperti itu sehingga saya pun harus berkontribusi yang sama. Selamat menebar kebaikan.

 

Photo Source: http://eforevent.pl/wp-content/uploads/2014/12/helping-hands.png

 

Naik Kereta Keliling UK

photo-edited

Photo: Taken during a train ride from York to Edinburgh

Agak malu rasanya, kok malah lebih banyak khatam mengunjungi kota-kota di UK daripada di Indonesia. Bagi saya, mengunjungi kota-kota yang bukan tempat berdomisili di Indonesia kok ya susah banget, dari segi waktu maupun biaya. Namun, mengunjungi kota-kota di UK rasanya tinggal cuss aja (ya tapi ini lebay sih, masih ada juga pertimbangan waktu dan biaya). Mungkin beberapa alasannya adalah karena ‘kepepet’ mode-on (tinggal di UK hanya sebentar saja dan belum tentu bisa balik lagi) dan karena negara ini cuiiiilik banget kalau dibandingkan dengan Indonesia. Iya kaaan… si Indonesia raya negara kecintaan kita memang luasnya sungguh besar, bahkan lintangnya mencakup 3 zona waktu. Lhaa UK? Dari ujung ke ujung naik kereta, mungkin hanya memakan waktu maksimal setengah hari (dengan kereta cepat, tentunya).

Kedua alasan tersebut membuat biaya perjalanan dan mode transportasi untuk berjalan-jalan jadi berbeda. Kalau di Indonesia moda transportasi yang sangat sering digunakan adalah pesawat karena cepat dan (cenderung) bisa lebih murah, maka moda transportasi ini justru tidak pernah saya cicipi saat berjalan-jalan di dalam UK (exclude Northern Ireland, yang saya sendiri malah belum pernah). Berkebalikan dengan di Indonesia yang sepertinya bagi saya kereta api adalah moda transportasi yang ada di urutan paling bawah (eh, tapi katanya sekarang kereta api di Indonesia sudah ciamik yaa?), naik kereta menjadi hal favorit saya saat bepergian di dalam UK. Kereta adalah pilihan utama saat berusaha untuk memenuhi checklist kota yang harus dikunjungi ke UK. Sebenarnya, ada banyak cara lain untuk berkeliling UK, seperti naik mobil, bus, atau pesawat. Namun, bagi saya, naik kereta has its own charm!

Pertama, value for money. Yah, walaupun harga tiket kereta di UK adalah salah satu yang termahal di dunia (apabila dihitung per mile), value for money-nya cukup baik. Bagi saya, naik kereta ke salah satu kota rasanya lebih murah dibandingkan dengan menyewa mobil (plus asuransinya) dan mengisi bensin. Belum lagi dihitung lelahnya membaca peta dan menyetir – saya langsung angkat tangan. Memang sih, ada daerah-daerah tertentu yang agak sulit terjangkau oleh kereta sehingga mobil mutlak dibutuhkan. Namun, sebagian besar area di UK sangat terjangkau oleh kereta. Ke-murah-an kereta bisa ditambah lagi apabila kita memiliki railcard. Berbagai jenis railcard yang ditawarkan bisa memfasilitasi diskon (up to 30%). Situs pencarian tiket murah transportasi pun sangat-sangat membantu sehingga kita bisa memilih perjalanan kereta yang sesuai dengan budget dan jadwal kita.

Kedua, seperti yang telah sedikit disinggung, naik kereta di UK sangat nyaman. Fasilitas toilet yang cukup modern tersedia di kereta, pun pada beberapa provider, ada kantin sehingga kita bisa membeli makanan dan minuman. Electrical plug juga tersedia di sebagian besar kereta. Rasanya, kereta terminim fasilitas yang pernah saya naiki adalah Northern Rail yang keretanya sudah tua (tidak semua kereta Northern Rail begini) dan London Midlands. Hahaha… Tentunya, kompensasi dari minimnya fasilitas adalah harga yang lebih murah. Kenyamanan lain yang bagi saya invaluable adalah kita dapat dengan mudah datang ke stasiun, duduk manis di kereta, dan sampai di kota tujuan tanpa harus pusing memikirkan rute. Energi pun dapat tersimpan untuk dihabiskan saat meng-explore kota tujuan wisata.

Ketiga, the scenic route. Okeh, sebenarnya ini adalah alasan utama saya. Entah kenapa, hampir seluruh perjalanan kereta di UK kok ya dilengkapi dengan suguhan pemandangan yang luar biasa indah di sepanjang perjalanan. Lagi-lagi, yang ter-tidak indah adalah perjalanan dari Birmingham ke London. Sisanya? Wonderful Journey! Membandingkan pemandangan saat bepergian di dalam UK dan saat naik kereta antar-kota di Spanyol, jauuuuhhh banget level keindahan pemandangannya. Mungkin, the scenery can only be defeated by the route in Switzerland and Southern Germany. Yah, kalau di Swiss sih nggak usah ditanya lagi, ya. Mungkin indahnya nggak ada yang ngalahin. Rute favorit saya sampai sekarang adalah perjalanan dari York menuju Edinburgh melalui pantai timur Inggris yang melewati Newcastle dan Durham. Super bagus! Saya bisa melihat pantai, tebing-tebing putih, kota-kota kecil, jembatan yang menyeberangi muara, dan kapal-kapal. Ditambah dengan bonus langit biru dan awan putih? Unbelievable. Masih ada banyak lagi tipe-tipe pemandangan yang bisa dinikmati, tentunya sesuai dengan daerah yang dilewati oleh kereta. Pokoknya, tidak bosan-bosan melihat keluar jendela.

The downside…. Hmmm.. apa ya? Apa kurangnya moda transportasi kereta di UK. Selama yang saya alami, mungkin downside-nya adalah kita jadi tidak bisa fleksibel dalam merancang itinerary karena terpatok oleh jadwal kereta. Ini pun bisa disiasati karena biasanya, ada beberapa kali perjalanan menuju satu kota di dalam satu hari (kebanyakan untuk kota-kota besar). Selain itu, seperti yang juga telah disebutkan di atas, ada beberapa daerah yang agak sulit diakses dengan kereta – bisa karena daerah tersebut terpencil sekali. Nah, biasanya sih, untuk daerah-daerah ini, kita harus berganti kereta beberapa kali untuk sampai di tempat tujuan. Terakhir, berhubungan dengan aksesibilitas, tentunya harga tiket kereta ke tempat-tempat yang sulit dijangkau juga lebih mahal. Saya beruntung karena saat ini tinggal di Birmingham yang merupakan transportation hub bagi kereta. Hal ini menyebabkan harga tiket kereta ke dan dari Birmingham cenderung lebih murah. Dulu, saat masih tinggal di Hull, harga tiket kereta jauuuh lebih mahal. Lagi-lagi, hal ini bisa disiasati dengan membeli tiket dari jauh hari (harga tiket go-show super mahal) sehingga kita bisa mendapatkan best deal.
Intinya, I truly recommend you to try using train to travel around UK. Semoga bisa menjadi pengalaman tak terlupakan! Selamat naik kereta keliling UK.

Home Away from Home: Komunitas Indonesia di UK

Menetap di negeri orang, baik itu dalam jangka waktu yang lama atau sebentar, tetap saja kerinduan akan kampung halaman melanda. Homesick, itu pasti untuk para perantau. Jangankan yang di negeri orang, meninggalkan rumah untuk bersekolah ke luar kota saja seringkali membuat kita kangen dengan rumah dan keluarga, ya kan? Hehehe..

Bersyukurnya, hampir sama seperti negara-negara lain, di UK pun banyak komunitas orang Indonesia yang bisa menjadi tempat kita berkumpul, bertukar cerita, bersama berbagi nasib sebagai perantau dan setidaknya bisa mengurangi rasa kangen terhadap kampung halaman. Adanya masyarakat Indonesia di sekitar tempat tinggal kita lah yang membuat perantauan ini menjadi home away from home. Dalam tulisan kali ini kami akan membahas tentang keberadaan komunitas orang Indonesia yang ada di Inggris, khususnya kota Birmingham

Perkumpulan Pelajar Indonesia (PPI)

Hampir di setiap negara dimana terdapat orang Indonesia yang menetap dan bersekolah di sana, maka biasanya ada pula organisasi yang mewadahi yaitu PPI. Biasanya, PPI ini akan digawangi oleh sejumlah pelajar Indonesia dalam me-manage nya. Para pengurus PPI biasanya akan memiliki program kerja yang dalam pengerjaannya akan melibatkan partisipasi warga Indonesia baik pelajar, maupun non-pelajar. PPI yang ada di tiap kota akan menginduk pada PPI di satu negara, lalu PPI yang lebih besar misal tingkat benua, bahkan dunia. Berbagai kegiatan seperti day trip ke luar kota, seminar kecil, sampai perayaan hari nasional Indonesia seperti hari kemerdekaan yang dimeriahkan dengan lomba tujuh belasan pun diadakan. Selain itu, juga ada lomba fotografi bagi dewasa dan menggambar untuk anak-anak. Apabila ada tokoh negara yang datang berkunjung ke salah satu kota untuk meninjau masyarakat Indonesia yang ada, maka biasanya PPI inilah yang akan melakukan koordinasi untuk menyambut dan mengorganisir pertemuan atau dialog bersama antara tamu dari Indonesia tersebut dengan warga Indonesia.

Mudah sekali cara untuk mendeteksi keberadaan PPI. Sebagian besar (atau bahkan semua) PPI memiliki jaringan di media sosial, khususnya Facebook. Selain itu, masing-masing PPI juga mungkin memiliki website sendiri. Kita tinggal meng-add friend PPI kota tempat tujuan dan memantau berita yang ada di Facebook. Biasanya, hampir seluruh kegiatan pelajar dan non-pelajar Indonesia yang ada di kota tersebut akan diinformasikan melalui halaman Facebook PPI.

Sayangnya, PPI hanya bisa berdiri apabila jumlah pelajar Indonesia di kota tersebut lebih dari sama dengan 12 orang. Nah loh? Bagaimana jika tidak ada PPI di kota tersebut? Mudah saja,. carilah PPI yang terdekat dengan kota tujuan Anda. Melalui komunikasi dengan PPI kota sebelah, Anda mungkin akan mendapatkan informasi mengenai warga yang tinggal di kota tujuan Anda. Tenang, biasanya setidaknya ada 2 atau 3 orang Indonesia di kota tujuan, kok! Selain itu, pastinya Anda tetap masih bisa bergabung dalam acara dengan teman-teman di PPI kota terdekat.

Perkumpulan Agama

Salah satu hal yang juga dapat meredakan kerinduan pada kampung halaman adalah forum-forum perkumpulan agama. Biasanya, ada dua perkumpulan agama masyarakat Indonesia, yaitu pengajian bagi muslim dan forum nasrani. Namun, apabila Anda beragama selain dari kedua agama tersebut, bisa saja Anda bertemu dengan rekan-rekan seagama dan membuat forum sendiri. Nah, ini bukan berarti kita lalu tidak bergaul dan bergabung dengan masyarakat internasional seagama yang ada di kota tempat tinggal, ya. Adanya perkumpulan agama khusus bagi masyarakat Indonesia sifatnya adalah untuk memfasilitasi silaturahmi dan sebagai wadah mencari ilmu agama dengan lebih mudah. Hihi iya, pastinya perlu agak “mikir” ya kalau mendengarkan ceramah dalam bahasa non Indonesia. Dengan adanya perkumpulan sesama orang Indonesia, tentu akan lebih mudah bagi kita untuk berbagi ilmu dan komunikasi tentang pengetahuan agama dalam bahasa sendiri.

Di beberapa kota, perkumpulan agama ini pun dilengkapi dengan acara khusus bagi anak-anak. Misalnya, di Birmingham dan Manchester (juga di beberapa kota lain) ada madrasah bagi anak yang diadakan seminggu sekali. Selain itu, ada juga acara-acara lain yang sifatnya tambahan dari kegiatan kajian agama, seperti field trip, outing, atau sekedar family gathering. Pilihan untuk mengikuti perkumpulan agama tentunya bisa jadi prioritas bagi Anda yang ingin berkumpul dengan sesama warga Indonesia sekaligus menambah wawasan agama.

Namun, jangan heran jangan bingung kalau perayaan keagamaan (misalnya Idul Fitri, Idul Adha, dan Natal) akhirnya pun diramaikan oleh teman-teman yang tidak seagama. Bantu membantu dalam hal penyediaan makanan, memasak, bahkan juga tenaga bagian perlengkapan dan acara pada saat hari H pun dilakukan oleh seluruh elemen warga Indonesia. Jadi, mungkin tradisi ini agak berbeda dengan apa yang terjadi di Indonesia. Nah, untuk memfasilitasi semua masyarakat, biasanya menu makanan di perayaan hari besar keagamaan pun akhirnya dibuat 100% halal.

Perkumpulan Masyarakat Lain

Nah, namanya juga kumpul-kumpul. Bebas saja kan, mau kumpul dengan agenda apa? Karena seluruh kegiatan masyarakat Indonesia ini berbasis inisiatif sendiri, jadi lumrah saja apabila ada kegiatan-kegiatan lain yang diadakan di luar kedua organisasi tersebut. Misalnya, di Birmingham ada perkumpulan dependant yang sering mengadakan kegiatan sharing ilmu melalui cooking class dan english club. Selain itu, ada juga kegiatan piknik bersama serta playdate anak-anak. Intinya, semua berdasarkan inisiatif masing-masing dan dilakukan berdasarkan aspirasi masyarakat.

Memiliki “keluarga” setanah air di negara yang jauh dari Indonesia merupakan kebahagiaan tersendiri. Mungkin saja, karena sesama rantau, justru ikatan kekerabatan yang ada terasa semakin erat. Dengan memiliki hubungan yang baik dengan masyarakat Indonesia, banyak manfaat yang bisa didapat. Utamanya, kita bisa saling tolong-menolong. Sakit, musibah, dan kesulitan bisa “ditanggung” bersama, meskipun mungkin teman-teman hanya bisa menjadi tempat curhat atau menyumbang saran. Intinya sih, selama berada di negara yang jauh ini, merekalah saudara terdekat kita. Selain itu, perlu diingat juga bahwa kemeriahan dan kebermanfaatan perkumpulan masyarakat Indonesia akan sangat tergantung pada masyarakat sendiri yang menjadi inisiator, sekaligus peserta dari kegiatan tersebut.
Artikel ini adalah tulisan terakhir kami di seri Home Away from Home. Kami berharap rangkaian seri ini telah (dan dapat) berguna bagi teman-teman yang membaca. Terima kasih telah membaca seri kami dan terima kasih juga kepada para kontributor kami yang telah membantu memberikan informasi untuk penulisan artikel-artikel Home Away from Home. Selamat mempersiapkan diri untuk merantau ke UK, dan bagi Anda yang akan ke Birmingham, sampai bertemu (insyaAllah kalau kami belum pulang)!

IzzaAlif

Photo Source: Koleksi pribadi (dan Kak Sondang); Facebook PPI-MIB; http://www.ppimib.org/komunitas/kegiatan-istri-mahasiswa/

 

Home Away from Home: Kesehatan (2)

Setelah minggu lalu kita membahas tentang pelayanan kesehatan secara umum yang ada di UK, kini saatnya melanjutkan pembahasan tentang topik yang sama tetapi lebih detil pada benefit yang diperoleh untuk anak-anak dan ibu hamil. Dua golongan ini boleh dikata mendapat perlakuan istimewa di sini, dan tentu saja kebanyakan bisa didapat secara gratis. Sehingga, meskipun nilai tukar poundsterling lebih mahal dibanding rupiah, Anda yang membawa anak-anak dan atau sedang hamil tidak perlu pusing memikirkan biaya kesehatan di sini.

 

Pelayanan Kesehatan Anak

Orang tua tentunya menginginkan yang terbaik untuk anaknya termasuk urusan kesehatan. Tidak jauh berbeda dengan di Indonesia, di UK pun terdapat pemberian vaksin secara berkala dan terjadwal, hanya bedanya adalah semuanya gratis kalau anda mengambil pelayanan vaksin tersebut melalui NHS. Setelah anda tiba di UK dan mendaftar ke GP, tentunya mereka akan memiliki data tentang keluarga termasuk anak anda. Dari data yang mereka punya, biasanya nanti pihak GP ini akan mengirimkan surat pemberitahuan secara berkala apabila mereka akan mengadakan pelayanan kesehatan berkala semisal vaksinasi sesuai usia dan riwayat kesehatan anak. Usahakan untuk datang dan mendapatkan vaksin tersebut untuk putra-putri anda sesuai jadwal yang diberikan GP. Bagaimana jika anda sekeluarga sedang bepergian atau ada urusan sehingga tidak bisa datang ke appointment tersebut? Tenang dulu, coba anda bicarakan dengan dokter atau petugas kesehatan di GP, dan tanyakan apakah ada kemungkinan untuk meng-arrange pemberian vaksin di waktu yang lain, atau mungkin di GP yang berbeda.

Selain layanan kesehatan yang general, melalui NHS, anak-anak juga bisa memperoleh pelayanan kesehatan gigi secara cuma-cuma. Anda bisa menemukan tempat dokter gigi terdekat dengan lokasi tempat tinggal anda melalui link berikut:  http://www.nhs.uk/Service-Search/Dentist/LocationSearch/3

Selain GP, terkadang sekolah juga bekerjasama dengan GP atau rumah sakit untuk dapat mengadakan imunisasi atau vaksinasi gratis. Tentunya, prosedur yang digunakan sama dengan prosedur yang dilakukan di Indonesia. Orang tua akan diberikan surat dan formulir yang menyatakan boleh atau tidaknya anak diberikan treatment tertentu. Begitu juga dengan perawatan gigi yang terkadang didatangkan juga ke sekolah.

Berbeda dengan di Indonesia, anak di UK tidak dibiasakan untuk minum obat. Jadi, bersiaplah para orang tua yang sering mengandalkan antibiotik bagi anak. Disini, memberikan paracetamol bagi anak adalah hal yang paling “mantap” bisa diberikan oleh dokter. Dokter hanya mau memberikan antibiotik apabila kondisi anak sudah sangat parah. Oleh karena itu, mungkin membawa obat-obatan yang biasa dikonsumsi anak bisa dipertimbangkan karena pemberian obat di UK sangat langka.

Anak-anak juga mendapatkan fasilitas khusus yang berhubungan dengan kesehatan mata. Apabila anak mengalami gangguan penglihatan, ia dapat berobat ke dokter secara gratis dan bisa menebus “resep” kacamata secara gratis. Selain itu, ia juga mendapatkan fasilitas gratis penggantian kacamata setiap 6 bulan sekali. Hihi… enak yaa… Mungkin hal ini bisa dimanfaatkan untuk menimbun kacamata sebelum pulang. Eits, tapi ingat yaa, fasilitas ini hanya berlaku bagi anak-anak.

 

Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil

Sama halnya dengan anak-anak yang memerlukan prioritas pengawasan dan penanganan untuk tumbuh kembangnya, ibu hamil juga mendapatkan hak pelayanan istimewa di Inggris. Mulai dari awal pemeriksaan kehamilan, penanganan rutin selama kehamilan, sampai pada saat melahirkan dan pasca kelahiran si bayi. Oh ya! Perawatan gigi bagi ibu hamil pun ikutan gratis loh! Paramedis di sini memberikan pelayanan yang dikategorikan kelas dunia khususnya kepada calon ibu.
Untuk wanita yang mungkin baru saja hamil saat berada di UK, maka langkah pertama yang harus dilakukan adalah datang ke GP unit maternity untuk mendapatkan dan membuat janji dengan bidan (midwife) yang akan memandu atau memberikan pelayanan selama kehamilan hingga melahirkan. Pada pertemuan pertama biasanya midwife akan mencatat data diri anda, dan memberikan informasi dasar tentang kehamilan dan nomor-nomor penting yang bisa dihubungi dalam kondisi urgent, selain itu juga mereka akan memberitahukan timeline selama 9 bulan yang meliputi jadwal pemeriksaan dan kontrol rutin dengan midwife, tes darah dan pemeriksaan lain bila diperlukan, juga kapan anda bisa melakukan USG. Lebih lanjut bidan juga akan menanyakan kembali lebih detail tentang riwayat kesehatan dan kebiasaan sehari-hari ibu hamil, serta memberikan family questionnaire yang harus diisi, sehingga hal ini dimaksudkan agar dapat membantu pihak medis untuk mengidentifikasi lebih dini apakah anda temasuk dalam kehamilan berisiko. Biasanya, sebelum pulang mereka akan memberikan brosur-brosur, CD, ataupun mini book yang menambah informasi tentang kehamilan dan bacaan seputar persiapan menjadi ibu. Oh iya, karena di sini bukan negara berpenduduk mayoritas Islam, jadi tidak ada salahnya bagi anda yang muslim untuk menanyakan terlebih dahulu apakah zat yang diberikan saat vaksinasi berbahan halal atau bisakah dipakai untuk vegetarian. Manfaatkan pertemuan dengan midwife ini semaksimal mungkin ya, anda bisa bertanya sebanyak-banyaknya tentang apapun yang ingin anda ketahui, karena memang pada dasarnya mereka di assign untuk membantu dan menjadi pendamping selama kehamilan dan proses melahirkan. Usahakan untuk selalu bisa hadir sesuai jadwal yang sudah disepakati di awal, karena untuk reschedule berarti menunda pertemuan dan membutuhkan waktu sekitar 2-3 minggu lebih lama.

Di UK, pertemuan dengan midwife ini biasanya dilakukan di tempat medical practice terdekat dengan rumah untuk konsultasi dan cek rutin, dan beberapa kali di rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan khusus semisal down syndrome test atau USG. Jadi, disini peran midwife mostly untuk tempat konsultasi seputar kandungan, pemeriksaan rutin termasuk tes urin, cek tekanan darah dan detak jantung bayi. Sedangkan apabila ditemukan tanda-tanda kelainan atau ketidakberesan terhadap janin, maka GP akan merujuk ke rumah sakit untuk dapat dilakukan tindakan yang diperlukan. Ibu hamil biasanya akan memperoleh jatah USG gratis sebanyak satu kali selama kehamilan, yaitu di kisaran usia kandungan 10-14 minggu. Selanjutnya apabila ditemukan kondisi yang kurang baik pada janin, atau misalnya karena si ibu hamil mempunyai riwayat kehamilan yang bermasalah, maka akan diberikan scan USG yang kedua. Tetapi untuk memperoleh scan tambahan ini, anda tidak dapat meminta langsung kepada rumah sakit melainkan harus dengan rujukan terlebih dulu dari maternity unit atau GP terdekat.

Fasilitas lain yang juga bisa didapatkan adalah kelas seperti breastfeeding workshop, dimana para calon ibu diberikan berbagai informasi tentang pentingnya ASI dan persiapan menyusui. Ada juga antenatal class yang memberikan berbagai informasi serba-serbi kehamilan dan terutama tentang proses kelahiran yang akan dijalani. Di sini, ibu hamil diberikan kebebasan untuk memilih ingin melahirkan dengan metode apa, misalnya normal, caesar, waterbirth; jadi dalam kelas tersebut juga dijelaskan plus minus melahirkan dengan masing-masing metode tersebut, misalnya tentang kapan sebaiknya calon ibu mulai datang ke rumah sakit, persiapan apa saja yang harus dilakukan sebelum melahirkan, tindakan apa saja yang akan dilakukan paramedis untuk masing-masing metode, sampai kepada jenis suntikan dan anestesi apa saja yang akan mereka berikan dan juga yang dapat dipilih oleh si calon ibu termasuk efek sampingnya. Selain itu, dijelaskan pula tentang opsi melahirkan secara caesar dan bagaimana tindakan yang akan dilakukan para medis saat operasi caesar tersebut termasuk mengajak para peserta workshop melihat ruang operasinya. Antenatal class ini dianjurkan untuk dapat diikuti tidak hanya oleh calon ibu saja, tetapi juga suami, agar memahami tentang apa yang nantinya dapat dilakukan dan dipersiapkan untuk membantu istri menjelang persalinan. Perawatan atau pelayanan kesehatan gigi juga bisa diperoleh secara gratis selama kehamilan hingga setahun pasca melahirkan. Menarik, bukan? Hehe.

Setelah proses melahirkan, pihak rumah sakit akan membuatkan akte kelahiran yang bisa diproses dalam waktu cukup singkat (sekitar 30 menit saja), akan tetapi ‘sadisnya’, si ibu hamil akan segera diminta untuk meninggalkan rumah sakit hanya 6 jam setelah melahirkan. Hah? Beneran seperti itu?? Jangan kaget ya, hal ini memang sudah menjadi standar pada proses kelahiran di UK, kecuali jika ada masalah kesehatan pada si ibu dan bayi yang menjadi alasan yang cukup untuk tetap menginap di rumah sakit. Jika akhirnya anda sebagai ibu baru menginap di rumah sakit, harus rela berbagi kamar dengan pasien lain yang jumlahnya bisa sampai 12 orang dalam satu ruangan. Apabila menginginkan kamar pribadi maka jadinya pelayanan ini tidak lagi gratis, hehe. Pasca melahirkan, ibu tidak perlu kawatir karena midwife atau petugas kesehatan akan berkunjung ke rumah beberapa kali selama sekitar 10 hari pertama untuk memeriksa kondisi kesehatan ibu dan bayi, bahkan dapat diperpanjang sesuai kondisi bayi. Selanjutnya, petugas kesehatan akan rutin melakukan visit hingga bayi berusia 6 bulan, dan biasanya akan terus berlanjut hingga anak berusia 5 tahun menyesuaikan keperluan dan kondisi si anak.

 

Nah, sepertinya kami cukupkan sampai di sini ya pembahasan tentang pelayanan kesehatan di UK. Setidaknya anda jadi lebih tahu dan bisa mempersiapkan diri menghadapi situasi yang berlaku di sini. Utamanya, karena sudah paham bahwa para medis di sini sangat pelit dengan obat-obatan, sehingga memang kami sangat menyarankan agar anda jangan lupa untuk membawa obat sendiri yang sudah biasa dipakai dan cocok bagi keluarga. Meskipun begitu, percayalah bahwa seminim-minimnya tindakan kesehatan yang di berikan, dokter maupun tenaga medis di sini pastinya melakukan hal tersebut untuk kebaikan pasien juga kok. Jangan lupa untuk selalu melaksanakan pola hidup sehat, ya!

Seri Home Away from Home is coming to the end. Minggu depan adalah artikel terakhir dari seri tulisan ini. Jangan kelewatan ya!

 

Photo source: http://www.nhs.uk/Conditions/vaccinations/PublishingImages/when-to-get-child-vaccinated_364x200_104822596.jpg

Home Away from Home: Kesehatan (1)

Anda tentunya sudah paham dengan sistem pelayanan BPJS di Indonesia, kan? Bagaimana menurut anda? Pusing? Jangan pusing dulu karena kami akan menjelaskan sistem pelayanan kesehatan semacam BPJS yang berlaku di UK. Selayaknya welfare countries lainnya, banyak sekali fasilitas umum di UK yang bersifat gratis, seperti pendidikan dan kesehatan. Namun, sejak beberapa tahun lalu, ke-gratis-an di bidang kesehatan itu hanya berlaku bagi warga negara UK. Hal ini mungkin akhirnya diberlakukan sebagai akibat dari banyaknya imigran yang masuk ke UK setiap tahunnya. Apa dampaknya terhadap kita yang akan bersama keluarga menetap di UK? Kita harus membayar fee yang disebut dengan IHS (Immigration Health Surcharge) pada saat apply visa. Biaya IHS ini sebenarnya adalah biaya asuransi kesehatan. Jadi, setelah membayar IHS, seluruh fasilitas kesehatan, kecuali obat resep dokter, bersifat gratis untuk kita. Apa yang tidak gratis? Dokter gigi dan kesehatan mata. Ya, perawatan gigi di UK dianggap sebagai ‘kosmetik’ sehingga tidak bersifat gratis bagi orang dewasa. Sedangkan kesehatan mata pun dianggap sebagai sesuatu yang seharusnya dapat dipelihara sendiri oleh masing-masing orang. Jadi, kedua fasilitas ini sifatnya berbayar. Namun untuk anak-anak, fasilitas kesehatan gigi dan mata masih gratis, kok.

Sistem pelayanan kesehatan di UK disebut NHS, singkatan dari National Health Service. Nah, pelayanan kesehatan ini tersedia mulai dari tingkat paling kecil, semacam puskesmas di Indonesia, hingga rumah sakit besar. Untuk bisa secara legal menerima pelayanan kesehatan, hal yang pertama perlu kita lakukan di minggu-minggu awal ketibaan kita di UK adalah mendaftarkan diri di General Practitioner, atau yang umumnya disebut GP, dan kita pilih yang lokasinya terdekat dari tempat tinggal kita. Prosedur ini harus dilakukan agar kita dapat menikmati seluruh fasilitas kesehatan yang ada. Iya lah, sudah bayar IHS mahal-mahal, masa kita mau menyia-nyiakannya? Apa saja yang harus dipersiapkan ketika kita akan mendaftarkan diri di GP? Kita membutuhkan BRP dan bukti alamat tempat tinggal. Ingat ya, GP tidak akan menerima pendaftaran kita apabila ada GP lain yang letaknya lebih dekat dari tempat tinggal kita. Biasanya, beberapa minggu setelah kita mendaftarkan diri di GP, kita akan menerima surat dari NHS yang berisi promosi beberapa layanan kesehatan yang sesuai dengan kondisi kita. Misalnya, ada tawaran pemeriksaan gula darah bagi Anda yang menderita diabetes atau tawaran screening kanker serviks bagi wanita. Tertarik? Silahkan saja langsung daftar ke GP Anda untuk mendapatkan fasilitas tersebut. Semuanya gratis.

Nah, bagaimana kalau kita, atau anggota keluarga kita, sakit? Agak berbeda dengan prosedur di Indonesia dimana kita bisa dengan mudah menemukan praktik dokter di rumah atau langsung ke klinik dan rumah sakit, pelayanan kesehatan di UK sifatnya berjenjang. Jadi, pertama kita harus memeriksakan diri ke puskesmas dulu (tingkat paling kecil). Kemudian jika ternyata puskesmas ini tidak bisa melayani, baru kita akan dirujuk ke rumah sakit terdekat, dan seterusnya. Langkah awal yang harus Anda lakukan ketika hendak berobat ke GP adalah mendaftarkan diri, baik melalui internet (kalau GP nya memiliki website sendiri) atau telepon. Kita tidak bisa langsung datang ke GP dan bertemu dengan dokter. Oh, no, no. Di sini, semua harus melalui perjanjian terlebih dahulu. Setelah mendapatkan jadwal, Anda datang ke GP pada jadwal yang ditentukan untuk bertemu dengan dokter. Alhamdulillah kalau Anda bisa pulang tanpa harus menebus obat. Namun, kalau ternyata harus menebus obat, maka Anda harus datang ke apotek terdekat (GP tidak menyatu dengan apotek) dan membayar GBP 8.40 untuk satu macam obat. Tenang (atau mungkin tidak tenang), dokter-dokter di UK sangat pelit dalam memberikan obat. Anak sudah muntah-muntah dan badan panas? Mereka hanya akan menyarankan untuk banyak minum air dan istirahat. Titik. No medicine for you. Cerita menarik tentang berobat di Inggris bisa Anda lihat juga di blog teman kami, Mbak Ari Kristiana:

http://arikristiana.blogspot.co.uk/2014/05/betapa-pelitnya-dokter-di-inggris.html.

Bagi kita yang terbiasa dengan obat-obat generik di Indonesia, harga menebus obat resep dokter yang GBP 8.40 itu mahal sekali ya. Yak, memang betul. Harga obat yang bebas beredar di pasaran tentunya lebih murah dari itu. Namun, kalau sakitnya sudah parah, mau tidak mau harus bergantung pada si obat mahal rujukan dokter. Harga tersebut berlaku bagi semua kalangan, kecuali anak berusia di bawah 16 tahun, lansia berusia lebih dari 60 tahun, anak usia 16-18 yang bersekolah, ibu hamil, dan ibu yang baru melahirkan kurang dari 12 bulan. Berbahagialah apabila Anda ada di dalam golongan tersebut. Jika tidak?

Ada beberapa cara untuk meminta keringanan biaya penebusan obat ini. Di UK, keringanan biaya kesehatan sering disebut sebagai HC (Health Certificate). Apa yang harus dilakukan untuk mendapatkan HC? Pertama, kita harus meminta form HC 1 dari GP tempat kita terdaftar, meminta NHS mengirimkan form ke alamat rumah kita (https://apps.nhsbsa.nhs.uk/LISWebAppStaticData/begin.do), atau dengan mencetak formulir sendiri (http://www.nhsbsa.nhs.uk/HealthCosts/1128.aspx). Form HC 1 berisi semacam kuesioner tentang tempat tinggal, kondisi kehidupan, kondisi keuangan, serta income yang kita miliki. Setelah form selesai diisi, kita harus mengirimkan form tersebut beserta bukti keuangan berupa print-out tabungan di rekening atas nama kita ke alamat yang sudah tercetak di amplop atau alamat yang dicantumkan di website (free of charge). Then, we have to wait. Tunggu hingga pihak NHS memberikan jawaban apakah kita berhak mendapatkan HC 2 atau HC 3, atau malah bisa jadi tidak mendapatkan keringanan sama sekali.

Apa bedanya HC 2 dan HC 3? Perbedaan yang mendasar adalah pada besar keringanan biaya yang diberikan. Pemegang HC 2 berhak mendapatkan full coverage yang berarti Anda tidak usah membayar apa pun, sedangkan pemegang HC 3 berhak mendapatkan partial coverage. Untuk lebih jelasnya, silahkan buka link berikut ini: http://www.nhs.uk/healthcosts/documents/dh_4138953%5B1%5D.pdf/ atau http://www.nhsbsa.nhs.uk/HealthCosts/Documents/DentalServices/PECS_booklet_web.pdf.

Nah, penjelasan di atas merupakan proses-proses yang dapat dilakukan pada saat kita sedang sakit, tapi berbeda untuk kondisi emergency. Bagaimana jika ada kejadian yang mengharuskan Anda atau anggota keluarga menerima intervensi medis dalam keadaan darurat? Ada 3 cara yang bisa Anda lakukan, tergantung dari kondisi yang dialami. Apabila pasien (si orang sakit) masih bisa berjalan dan sadar, ada akses keluar rumah, dan masih di dalam range jam kerja, maka Anda disarankan untuk membawa pasien ke GP Walk-In. GP Walk-In adalah praktek GP tanpa perjanjian. Jadi, Anda bisa langsung ke tempat tersebut untuk berobat. Namun, GP Walk-In tidak semuanya buka 24 jam. Pelayanan kesehatan yang buka 24 jam adalah A&E di rumah sakit. Oleh karena itu, apabila kejadian darurat terjadi pada malam hari, atau di jam-jam yang ‘tidak normal’, maka Anda disarankan untuk segera datang ke A&E rumah sakit terdekat. Namun, bagaimana kalau si pasien tidak sadar, tidak bisa berjalan dan berdiri, dan tidak ada akses untuk keluar rumah? Anda bisa menelepon ambulans. Layanan ambulans di UK dapat diakses dengan menelepon 999. Siap-siap ditanya berbagai hal ya, ketika menelepon ambulans ini.

Beberapa hal yang ditanyakan pada saat berbicara dengan operator 999 misalnya adalah kondisi pasien, sejarah kondisi kesehatan pasien, dan alamat rumah. Setelah itu, paramedis akan datang untuk memeriksa pasien. Selama paramedis berada di jalan menuju lokasi rumah pasien, tidak jarang juga lho mereka akan tetap melakukan komunikasi dan tanya jawab untuk memantau kondisi pasien dan memandu anda atau pasien untuk melakukan penanganan awal. Nah, jangan PD dulu bahwa setelah didatangi paramedis lalu pasien akan dibawa ke rumah sakit. Kadang-kadang, kalau menurut paramedis si pasien berada pada stage yang tidak terlalu gawat, Anda diminta untuk datang ke A&E sendiri atau untuk beristirahat di rumah setelah diberikan obat oleh mereka. Waduuh… ya, hal ini memang mereka lakukan karena biaya ambulans cukup mahal dan diprioritaskan untuk membantu orang-orang yang kondisinya sudah benar-benar gawat. Oleh karena itu, tenaga medis pun kadang tidak langsung datang dengan ambulans. Apabila memang kondisi pasien sangat gawat, barulah ambulans dengan ukuran lebih besar dengan peralatan lebih komplit dipanggil untuk membawa pasien ke rumah sakit.

Detil kondisi-kondisi yang dianggap emergency dan beberapa hal terkait prosedur penanganannya dapat anda lihat  pada link berikut: (http://www.nhs.uk/NHSEngland/AboutNHSservices/Emergencyandurgentcareservices/Pages/responding-to-emergencies-FAQ.aspx).

Bagaimana kondisi setelah pasien sampai di rumah sakit? Pada kondisi sakit yang bukan merupakan akibat kecelakaan, jika sedang ada kamar kosong, tentunya pasien  akan di tempatkan di kamar tersebut, dan biasanya pasien dengan kondisi emergency akan lebih diprioritaskan dalam hal ini. Selanjutnya, paramedis dan dokter akan memeriksa dan melakukan observasi terhadap kondisi pasien. Dalam tahap awal, serangkaian tes darah dilakukan dan apabila  perlu cairan infus diberikan pada masa tunggu hasil lab keluar. Apabila kondisi pasien belum membaik, tetapi dalam hasil lab tidak ditemukan penyakit serius, seringkali dokter menganjurkan pasien untuk segera pulang dan istirahat di rumah, bahkan pulang pada saat tengah malam sekalipun. Dokter di sini tidak akan gampang menyatakan dan memberikan diagnosa atas suatu penyakit tertentu kepada pasien.  Biasanya mereka hanya memberikan resep antibiotik saja, dan dipesan untuk datang kembali kontrol apabila obat telah habis tetapi kondisi belum juga membaik. Mungkin di awal Anda akan terheran-heran melihat ketika gejala penyakit yang muncul dan dirasakan nampaknya serius, tetapi ternyata bentuk tindakan yang dilakukan oleh pihak medis sangat sederhana. Wah, beda jauh ya dengan di Indonesia..Nah, pengalaman seperti inilah yang sering dialami oleh pasien, terutama orang Indonesia (karena kami mendengar banyak cerita serupa dari teman-teman Indonesia yang juga tinggal di sini). Mungkin rasanya ada kekurangpuasan atas tindakan dan penanganan yang dilakukan ya, bercampur dengan kekhawatiran jika sang dokter salah mendiagnosa, karena mungkin di Indonesia, kita terbiasa dengan beberapa jenis obat yang langsung diresepkan dokter. Tetapi ya memang begitulah situasi di UK, dokter menganggap bahwa semua penyakit akar masalahnya adalah diri manusia sendiri, dan oleh karenanya antibodi pasien sendirilah yang akan menyembuhkan, tentunya dibarengi dengan banyak istirahat dan pola makan yang benar. Hal semacam ini tampaknya diamini juga oleh warga UK. Dan jika dipikir kembali, memang ada benarnya juga kan? Tidak membiasakan mengkonsumsi obat-obatan demi kesehatan kita, agar organ tubuh juga tidak manja. Sejalanlah dengan prinsip mencegah lebih baik daripada mengobati. 

Wah, sebenarnya masih banyak cerita-cerita mengenai pengalaman menjajal fasilitas kesehatan di UK. Namun, sebagai awalan, sepertinya informasi di atas sudah cukup. Apa pendapat anda? Baguskah? Lebih nyaman daripada BPJS di Indonesia? Hmmmm… silahkan Anda coba sendiri ya.. Hehehe… Artikel kami berikutnya masih akan membahas mengenai pelayanan kesehatan di UK. Nantikan minggu depan, ya!

 

Photo Source: http://buddyloans-blog.s3-eu-central-1.amazonaws.com/app/uploads/2015/02/nhs-scheme2.jpg

University 101: Plagiarism

Artikel ini adalah urutan ketiga dari rangkaian seri University 101. Setelah sebelumnya membahas mengenai the art of asking question dan independent learning, kali ini saya akan membahas mengenai plagiarism. Familier dengan istilah ini?

Menurut Merriam-Webster Dictionary, plagiarism adalah “the act of using another person’s words or ideas without giving credit to that person : the act of plagiarizing something” (http://www.merriam-webster.com/dictionary/plagiarism). Oxford Dictionary kemudian menambahkan keterangan bahwa kata ini berasal dari kata Latin, plagiarius, yang berarti penculik. Yah, intinya adalah mengambil sesuatu yang bukan miliknya, lalu mengaku bahwa hal tersebut adalah miliknya. Gampangnya, copy-paste.

Di dalam online course yang saya ikuti, ada sebuah contoh yang menurut saya ‘ngena’ sekali dalam menggambarkan plagiarism. Bayangkan apabila suatu hari kita mengenakan baju dengan gaya tertentu, lalu besok-besoknya banyak orang yang meniru kita dan mengenakan baju yang sama dengan model yang sama. Ya, semacam trend anak muda, lah… How would you feel? Senang, bangga karena bisa jadi trendsetter? Mungkin lebih positif lah ya. Atau bisa juga kesal karena ditiru? Ih, nggak punya kepribadian amat sih ini orang-orang kok niru gue? Ini contohnya baju, sesuatu yang kita beli di toko. Yes we own it, but we don’t own the design for that clothes – kecuali kalau bajunya purely design dan bikin sendiri yaa..

Gimana kalau kasusnya contek mencontek? Pernah dong yaa (eh apa saya doang nih) yang se-enggak-nya nyalin PR teman. Atau mungkin mencontek pada saat ujian? Kalau jadi orang yang dicontek, apa rasanya? Ah, cuma jawab pertanyaan doang, nggak pake mikir gue.. (iye, pinter amat emang ini contohnya, PR ga pake mikir). Atau mungkin lebih ke arah solidaritas? Kasian lah, masa dia nggak lulus ujian nanti kalau nggak dibantuin? Hmmm… tapi kalau si PR dan ujian ini kamu persiapkan dengan berdarah-darah dan penuh cucuran air mata, gimana? Rela hasil kerjamu ini disalin oleh orang lain?

Saya sih… nggak. Enak aja… istilahnya, you take credit of what is not yours, but mine. I need the credit. At least if you want to use it, give me the credit. Iya lah. Itu kan kita yang bikin, kenapa harus dia yang dapat pujian atau pengakuan? Inilah alasan mengapa ada aturan yang sangat, sangat ketat mengenai plagiarism di jenjang universitas, atau lebih luasnya, di kalangan akademisi. Mengapa? Untuk menghargai jerih payah orang yang mengungkapkan ide, konsep, dan teori tersebut. Jadi, walaupun kita menggunakan ide-ide milik orang lain, kita mengakui bahwa itu bukan ide kita sendiri.

Plagiarism nggak boleh, lalu bagaimana cara kita menghindarinya? Seperti yang telah saya jelaskan, menggunakan ide orang lain dalam karya tulis kita boleh kok, asalkan kita memberikan credit terhadap orang tersebut. Caranya? Referencing. Kita memasukkan nama si orang tersebut setelah ide orang tersebut dicantumkan. Metode untuk mencantumkan ide pun ada beberapa macam. Jadi, bisa saja kita tidak hanya menyalin plek-plek apa yang orang tersebut katakan, atau yang biasa disebut sebagai quoting, tetapi juga mengambil intisari ide dan menuliskannya dengan bahasa kita sendiri, atau yang biasa disebut sebagai paraphrasing. Keduanya, tentunya, diakhiri dengan mencantumkan sumber yang kita rujuk. Kemudian, pada akhir tulisan, kita membuat daftar pustaka yang berisi daftar sumber yang kita jadikan rujukan.

Penulisan daftar pustaka sendiri pun ada banyak cara. Style penulisan daftar pustaka biasanya akan bergantung pada cabang ilmu kita. Misalnya, jurusan-jurusan social science menggunakan style Harvard, jurusan science dan psikologi menggunakan APA, dan jurusan literatur menggunakan MLE. Namun, ini bukan patokan pasti. Kita harus mengecek apakah di jurusan kita ada standar tertentu untuk penulisan reference.

Isu plagiarism ini bukan hal yang main-main loh di tingkat universitas. Pelanggaran terhadap hal ini (atau apabila kita terbukti plagiat) adalah pemutusan hak belajar, alias DO, apabila terbukti bahwa plagiarism dilakukan 100%. Intinya, 100% mencontek karya orang lain means you are out of the university. Bagaimana kalau tidak 100%? Adanya kecanggihan teknologi membuat banyak software yang bisa digunakan untuk mengecek plagiarism dan hasilnya pun biasanya cukup akurat, menunjukkan persentase bagian yang merupakan plagiarism. Nah, memang tidak mungkin juga ada hasil karya yang 100% asli. Oleh karena itu, batas yang diberikan oleh universitas berkisar antara 15-20%. Di atas itu? Biasanya, kita akan dipanggil dan semacam ‘disidang’ oleh komite kampus yang mengurusi bagian ini. Setelah itu, tugas tersebut akan di-nullify, yang berarti bahwa kita tidak lulus mata kuliah tersebut atau harus mengulang tugas tersebut. Intinya, semua tergantung keputusan si komite kampus ini.

Mengingat pentingnya masalah plagiarism ini, kita harus berhati-hati. Sebagai bagian dari komunitas akademisi, kita bisa mulai membiasakan diri dengan tidak mencontek, menghargai hasil karya orang lain, dan memberikan credit kepada orang yang hasil karyanya kita ambil. Baiklaah… Masih ada tiga artikel lagi untuk seri ini, tunggu lanjutannya yaa..

Photo source: http://www.plagiarismchecker.net/img/plagiarism-stolen-ideas.jpg

 

Tentang Mata (dan Otak

Ya, beberapa minggu ini saya ‘libur’ menulis karena sedang menghabiskan waktu bersama keluarga untuk berlibur. Jalan-jalan. Agak unik juga liburan kali ini karena biasanya saya hanya off 1 minggu. Sekarang, sudah hampir 3 minggu saya banyak kesana kemari, mulai dari pergi berwisata dengan suami hingga menemani orang tua menjelajah kota-kota di UK. Tulisan ini adalah refleksi saya selama berjalan-jalan. Bukan review jalan-jalan yaaa.. Silahkan cek edisi AdventureNotes berikutnya untuk tahu cerita jalan-jalan saya.

Ini cerita tentang mata. Mata yang membantu saya melihat segala sesuatu. Yang saat saya jalan-jalan kemarin telah dimanjakan. Liburan kali ini saya gunakan untuk pergi ke Spanyol. Negara di Eropa Barat yang juga terkenal karena ada sekelumit sejarah Islam-nya. Dulu, bahkan sebelum menikah, saya dan suami sama-sama punya mimpi ingin mengunjungi tiga kota dengan sejarah dan peninggalan Islam di Spanyol, yaitu Cordoba, Granada, dan Sevilla. Alhamdulillah kami diberikan kesempatan untuk mewujudkan mimpi kami. Selama 10 hari kami berkeliling kota-kota tersebut (ditambah Barcelona dan Malaga). Setelah itu, orang tua saya datang mengunjungi, membuat saya (dan kadang-kadang suami) harus mengantar mereka berkeliling. Kami mengunjungi beberapa kota di sekitar Birmingham, Bath, daerah Costwold, dan Liverpool. Setiap kota memiliki cerita sendiri. Setiap kota pun memiliki keunikan. Namun, ada satu kata yang bisa menggambarkan semua: INDAH.

Karena saya dan suami memang suka fotografi, setiap pengalaman perjalanan kami pun berusaha kami abadikan melalui foto, dan kadang-kadang video. Kami berusaha untuk ‘membawa’ sesuatu dari tempat yang pernah kami kunjungi, sesuatu yang tidak perlu bayar mahal untuk membawanya. Seperti slogan yang dulu sering saya dengar, “kill nothing but time, leave nothing but footprint, and take nothing but picture”. Jadi, satu-satunya yang harus saya dan suami bela-belain untuk lakukan adalah foto-foto sampai lelah dan ngantuk-ngantuk. Kami berusaha untuk merekam semua hal yang indah-indah tadi.

TAPI, what is captured by the eyes can’t be captured by camera. Rasanya meskipun beratus-ratus kali foto, masih tidak bisa merepresentasikan apa yang dilihat mata. Jadi mengingat-ingat lagi, dan juga membayangkan apa yang dulu saya pelajari di kuliah Psikologi Kognitif dan Psikologi Faal. How complicated it is for our eyes and our brain to process those light signals to produce images and to make us understand what we see. Amazing. Segitu canggihnya organ-organ tubuh kita bekerja sampai bisa menikmati keindahan yang amat sangat. Dan semua itu, yang ingin saya ingat-ingat itu, tidak bisa tertangkap oleh mesin buatan manusia yang katanya merupakan alat yang punya kemampuan seperti mata kita. Nyatanya, kamera memang bisa menangkap, tetapi tidak bisa mem-preserve keindahan seperti aslinya. Yak, meskipun katanya kamera itu bagus banget, meskipun harganya mahal banget, atau meskipun fotonya sudah diedit segitunya.

Dan kemudian, diingatkan lagi untuk bersyukur. Satu hal kecil, kemampuan melihat, tapi tidak bisa tergantikan oleh apa pun. Saya merasa seringkali menyepelekan apa-apa yang biasa. Bisa melihat? Ya biasa. Wong dari lahir saya Alhamdulillah dikaruniai kemampuan melihat. Tapi, seringkali saya lupa bahwa apa yang saya bisa harus disyukuri. Ya toh, nggak perlu belajar untuk bisa melihat yang indah-indah. Allah langsung berikan tanpa saya harus minta-minta. Nikmat melihat baru satu. Masih sungguh banyak lagi nikmat-nikmat yang Allah berikan bagi saya, bagi kita sebagai manusia, yang sering sekali lupa saya syukuri.

Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan? Jalan-jalan setitik ini mengingatkan bahwa banyak tempat indah di dunia. Namun, yang lebih penting, juga mengingatkan saya bahwa saya perlu lebih-lebih banyak bersyukur lagi.

 

Photo Source:

http://i0.wp.com/santri.net/wp-content/uploads/2016/01/ar-rahman.jpg?resize=500%2C200

http://www.sciencephoto.com/image/308503/530wm/P4200486-Human_vision-SPL.jpg