Untuk apa sih kita belajar? Tiba-tiba kepikiran pertanyaan ini karena pada awal-awal tahun ajaran baru ini, saya cukup banyak bertemu dengan orang tua murid dan para murid dengan berbagai cerita mereka. Ada yang khawatir mendapatkan nilai jelek, ada yang khawatir tidak diterima di perguruan tinggi, ada lagi yang mempertanyakan untuk apa mereka belajar dan bersekolah.
Saat berdiskusi dengan seseorang, ada satu pernyataan yang saya ungkapkan… lalu saya revisi… lalu saya pertanyakan. Saya bilang “Yah, belajar kan bukan untuk nilai…”. Sebagai pendidik dan konselor yang berkata seperti itu, langsung dong saya diprotes oleh orang tua murid. Langsung pula saya revisi “Maksudnya, nilai itu tetap dikejar, tetapi kalau memang siswa memiliki ketertarikan, belajar seharusnya jadi menyenangkan tanpa harus ‘didorong’ oleh motivasi mendapatkan nilai bagus’. Yah, begitulah kira-kira. Tapi nih, saya jadi berpikir dan bertanya lagi. Belajar untuk apa?
Mohon maaf lahir batin kalau apa yang saya pahami dan yakini berbeda dengan pemahaman banyak netijen, hehe. Bagi saya, belajar ya untuk belajar. Mendapatkan pengetahuan dan informasi, mendapatkan kesempatan untuk melakukan refleksi, mendapatkan kesempatan untuk berpikir. Cukupkah hal-hal tersebut menjadi motivasi yang membuat kita belajar? Bagi saya, pengalaman belajar itu lah yang harus bermakna dan menjadi inti dari belajar – bukan lalu mendapat nilai berapa. Kalau semua diukur dengan nilai, kapan mau jadi pembelajar sepanjang hayat?
Saya juga percaya bahwa menempuh pendidikan dan belajar bukanlah persiapan untuk hidup. It is life itself. Ya masa ketika kita belajar, kehidupan kita di-freeze, gitu? No, right? Makanya, belajar bisa dilakukan dimana saja. Institusi, organisasi, atau situasi hanyalah alat belajar. Esensi dari belajar sendiri menjadi proses yang dijalani dan dimaknai secara sangat individual. Banyak juga kok, orang-orang yang bersekolah dan berpendidikan tinggi, tetapi pada prosesnya tidak belajar. Hal ini juga yang membuat saya percaya bahwa belajar tidak terbatas ruang dan waktu.
Yah, intinya, belajar itu proses yang dimaknai sendiri oleh individu yang kemudian membuat si individu tersebut berubah. Berubahnya bisa dalam hal kognitif, afektif, perilaku, apa saja. Hasil berupa sesuatu yang terukur ini tentunya akan mengikuti proses yang dilakukan. Pastinya, hasil tersebut juga dipengaruhi oleh hal-hal lain seperti stimulus yang diterima, bagaimana individu memproses informasi, dan lain-lain. Namun, bagi saya, belajar dilakukan bukan melulu karena hasil yang harus atau akan diperoleh. Toh, ilmu dan pengalaman pasti akan ada manfaatnya. Bagi saya, belajar ya untuk belajar.