Ada Banyak Orang Baik di Dunia

Kata banyak orang bijak, merantau bisa meningkatkan kapasitas seseorang. Yah, namanya juga merantau jauh dari keluarga dan teman-teman, seseorang pasti sedikit banyak belajar tentang kemandirian, keberanian, dan… mungkin (semoga) belajar mengenal dirinya sendiri dengan lebih baik. Belajar-belajar tersebut mungkin saya dapatkan penuh ketika pergi seorang diri untuk menuntut ilmu beberapa tahun yang lalu. Kali ini, ceritanya tentu berbeda.

Setahun yang lalu, saya merantau untuk mendampingi suami melanjutkan studi-nya. Dengan peran yang berbeda, saya banting setir menjadi ibu rumah tangga. Saya belajar mengurus “rumah”, menjadi kreatif (terutama dalam hal masak-memasak), dan bersosialisasi dengan teman-teman senasib sepenanggungan – para dependent. Namun, kali ini saya tidak akan membahas mengenai belajar-belajar saya yang itu. Justru, hal yang paling berkesan bagi saya adalah bahwa selama merantau ini, saya menemukan ada banyak orang baik di dunia.

Ada banyak orang baik di dunia. Saya sering mendengar kalimat ini dari seorang teman saya, Jayaning Hartami, yang selalu berusaha untuk menanamkan keyakinan pada anak-anaknya bahwa dunia ini masih diisi oleh orang-orang yang baik, yang suka menolong. Faith in humanity lah, istilah kerennya. BUT, that is actually true. Perjalanan saya selama setahun ini membuktikan bahwa masih banyak orang-orang ikhlas, empatik, baik hati, dan tidak sombong yang ada di sekitar kita.

Mulai dari yang simpel saja. Merantau tentunya tidak lepas dari mencari jalan. Di lingkungan baru, kita biasanya masih harus bergantung pada peta (atau Google Maps – hari gini nggak tau GMaps, mau jadi apa?) atau bantuan petunjuk arah dari orang lain. Saat saya dan suami sempat pergi ke Barcelona untuk berlibur, wajah kebingungan kami membuat seorang kakek akhirnya menyapa – dengan bahasa Spanyol yang kami tidak mengerti – dan berisyarat apakah kami butuh arah ke tujuan wisata tertentu. Lalu, dengan bahasa Tarzan pun ia berusaha menjelaskan. Kami pun mengikuti sarannya dan akhirnya sampai di tempat yang kami tuju. Bagi saya, itu bentuk sederhana dari kepedulian. Lihat dan berusaha membantu. Simpel, dan pastinya si kakek tidak minta imbalan, tidak minta dibilang baik, tidak juga “sok baik”.

Orang baik berikutnya adalah pak supir Uber yang pagi tadi mengantarkan kami ke bandara. Si supir datang, membantu memasukkan bagasi kami yang super berat ke dalam bagasi mobil, dan ketika kami turun, ia pun membantu menurunkan bagasi kami. Believe me, ini adalah hal yang super-duper jarang ditemui di UK. Budaya individualis dan kehati-hatian agar tidak menyinggung orang lain mungkin adalah alasan mengapa bahkan orang yang tampak kesulitan pun jarang-jarang dibantu. Kebanyakan masyarakat lokal sangat sopan sehingga mereka tidak ingin “asal” bantu tanpa diminta. Yah, mungkin saja kan, orang tersebut tersinggung karena dikira dianggap “helpless”. Anyway, saat masuk bandara, mobil harus membayar 1 poundsterling sebagai biaya masuk dan parkir 10  menit (hiyakkkk mahal yaaa 10 menit aja 1 pounds). Saya yang belum pernah menggunakan servis Uber ke bandara pun bertanya apakah saya harus mengganti biaya parkir tersebut. Si supir lalu menjawab bahwa biayanya sudah include di dalam ongkos. Wiiw, jujur yah. Padahal kalau dia mau pun, dia bisa bilang bahwa saya harus membayar parkir padahal uangnya dikantongi oleh si supir.

Pun juga para waitress di restoran yang selalu mengecek dietary requirements kami (karena jilbab saya menunjukkan bahwa kami harus makan makanan halal), kasir di supermarket yang kadang-kadang random dan mengajak bercakap-cakap, atau mungkin sekedar orang bertemu di jalan yang tanpa disangka-sangka membuat hari saya lebih berwarna cerah. Semua saya temukan saat merantau ini.

Kalau disebutkan satu per satu, tentu tidak cukup berpuluh-puluh halaman untuk mendeskripsikan orang-orang baik di dunia. Namun, satu kelompok orang baik yang sangat berkesan dan berarti bagi saya sepanjang kehidupan saya di Birmingham adalah para warga Indonesia yang tinggal di Birmingham. Yah, namanya juga merantau, pasti mencari orang-orang yang bisa mengobati rindu pada tanah air. Alhamdulillah, di Birmingham ada banyaak sekali orang Indonesia dan, menurut saya, semuanya super baik. Eh, ini bukan berarti bahwa teman-teman di kota lain tidak baik atau kurang baik dibandingkan teman-teman di Birmingham, ya. Namun, saking banyaknya orang baik di sana, ada multiplier effect dong ya…

Rasanya tidak akan habis-habis kalau saya berterima kasih pada semua warga Indonesia di Birmingham. Mulai dari sebelum berangkat hingga detik-detik terakhir kami akan pulang ke Indonesia, bantuan yang saya dan suami terima tidak ada putusnya. Baiknya para warga ini tidak hanya ke saya. Baiknya ke semua orang. Belum pernah saya menemukan ada satu komunitas yang kalau ada salah satu anggotanya sakit, semua orang lalu berduyun-duyun menjenguk, membantu menyediakan kebutuhan dasar bagi keluarganya, atau bahkan jadi “tukang urut dadakan”. Pinjam meminjam uang dari satu orang ke orang lain, pinjam meminjam alat masak, sampai pinjam meminjam bumbu makanan – semua ada! This is actually my first experience having a community that good, that cohesive, that kind. Pengalaman berada dalam sekumpulan orang-orang baik ini yang membuat kembali pulang ke tanah air menjadi berat sekali.

Melihat ada banyak orang baik di dunia membuat saya belajar. Belajar seperti mereka. Belajar berempati, belajar berkontribusi, dan belajar ikhlas. Semua yang saya sebut tadi, semua aksi kebaikan tadi, tidak dibayar, loh. Semua for free. Saya lalu belajar – dari Mbak Binar dan Mbak Dini – tentang bagaimana memperlakukan tamu. Iya, saudara saya yang numpang tinggal for free pun dapat makan pagi gratis! Saya belajar bahwa kita harus berlomba-lomba dalam kebaikan. Saat ada teman yang sakit, sampai berebutan memilih jadwal masak untuk memenuhi kebutuhan si teman. Saya belajar bahwa there shouldn’t be any strings attached dalam berbuat baik. Jangan harap imbalan, nanti imbalan pun akan datang dengan sendirinya. Ibu-ibu Selly Oak Moms baik sekali memberikan saya kesempatan untuk berbagi ilmu plus dapat bonus hadiah-hadiah yang super sweet.

Ada banyak orang baik di dunia. Saat ini, saya terus berusaha untuk menjadi salah satunya. Yah, setelah menerima begitu banyak kebaikan, bukankah sudah selayaknya kita pun menjadi baik dan ikut menebar kebaikan-kebaikan? Bukan, bukan untuk dibilang “angel” atau supaya menjadi orang terfavorit. Salah kah kalau berbuat baik just for the sake of it? Atau hanya karena dulu ada orang yang juga membantu saya seperti itu sehingga saya pun harus berkontribusi yang sama. Selamat menebar kebaikan.

 

Photo Source: http://eforevent.pl/wp-content/uploads/2014/12/helping-hands.png

 

Naik Kereta Keliling UK

photo-edited

Photo: Taken during a train ride from York to Edinburgh

Agak malu rasanya, kok malah lebih banyak khatam mengunjungi kota-kota di UK daripada di Indonesia. Bagi saya, mengunjungi kota-kota yang bukan tempat berdomisili di Indonesia kok ya susah banget, dari segi waktu maupun biaya. Namun, mengunjungi kota-kota di UK rasanya tinggal cuss aja (ya tapi ini lebay sih, masih ada juga pertimbangan waktu dan biaya). Mungkin beberapa alasannya adalah karena ‘kepepet’ mode-on (tinggal di UK hanya sebentar saja dan belum tentu bisa balik lagi) dan karena negara ini cuiiiilik banget kalau dibandingkan dengan Indonesia. Iya kaaan… si Indonesia raya negara kecintaan kita memang luasnya sungguh besar, bahkan lintangnya mencakup 3 zona waktu. Lhaa UK? Dari ujung ke ujung naik kereta, mungkin hanya memakan waktu maksimal setengah hari (dengan kereta cepat, tentunya).

Kedua alasan tersebut membuat biaya perjalanan dan mode transportasi untuk berjalan-jalan jadi berbeda. Kalau di Indonesia moda transportasi yang sangat sering digunakan adalah pesawat karena cepat dan (cenderung) bisa lebih murah, maka moda transportasi ini justru tidak pernah saya cicipi saat berjalan-jalan di dalam UK (exclude Northern Ireland, yang saya sendiri malah belum pernah). Berkebalikan dengan di Indonesia yang sepertinya bagi saya kereta api adalah moda transportasi yang ada di urutan paling bawah (eh, tapi katanya sekarang kereta api di Indonesia sudah ciamik yaa?), naik kereta menjadi hal favorit saya saat bepergian di dalam UK. Kereta adalah pilihan utama saat berusaha untuk memenuhi checklist kota yang harus dikunjungi ke UK. Sebenarnya, ada banyak cara lain untuk berkeliling UK, seperti naik mobil, bus, atau pesawat. Namun, bagi saya, naik kereta has its own charm!

Pertama, value for money. Yah, walaupun harga tiket kereta di UK adalah salah satu yang termahal di dunia (apabila dihitung per mile), value for money-nya cukup baik. Bagi saya, naik kereta ke salah satu kota rasanya lebih murah dibandingkan dengan menyewa mobil (plus asuransinya) dan mengisi bensin. Belum lagi dihitung lelahnya membaca peta dan menyetir – saya langsung angkat tangan. Memang sih, ada daerah-daerah tertentu yang agak sulit terjangkau oleh kereta sehingga mobil mutlak dibutuhkan. Namun, sebagian besar area di UK sangat terjangkau oleh kereta. Ke-murah-an kereta bisa ditambah lagi apabila kita memiliki railcard. Berbagai jenis railcard yang ditawarkan bisa memfasilitasi diskon (up to 30%). Situs pencarian tiket murah transportasi pun sangat-sangat membantu sehingga kita bisa memilih perjalanan kereta yang sesuai dengan budget dan jadwal kita.

Kedua, seperti yang telah sedikit disinggung, naik kereta di UK sangat nyaman. Fasilitas toilet yang cukup modern tersedia di kereta, pun pada beberapa provider, ada kantin sehingga kita bisa membeli makanan dan minuman. Electrical plug juga tersedia di sebagian besar kereta. Rasanya, kereta terminim fasilitas yang pernah saya naiki adalah Northern Rail yang keretanya sudah tua (tidak semua kereta Northern Rail begini) dan London Midlands. Hahaha… Tentunya, kompensasi dari minimnya fasilitas adalah harga yang lebih murah. Kenyamanan lain yang bagi saya invaluable adalah kita dapat dengan mudah datang ke stasiun, duduk manis di kereta, dan sampai di kota tujuan tanpa harus pusing memikirkan rute. Energi pun dapat tersimpan untuk dihabiskan saat meng-explore kota tujuan wisata.

Ketiga, the scenic route. Okeh, sebenarnya ini adalah alasan utama saya. Entah kenapa, hampir seluruh perjalanan kereta di UK kok ya dilengkapi dengan suguhan pemandangan yang luar biasa indah di sepanjang perjalanan. Lagi-lagi, yang ter-tidak indah adalah perjalanan dari Birmingham ke London. Sisanya? Wonderful Journey! Membandingkan pemandangan saat bepergian di dalam UK dan saat naik kereta antar-kota di Spanyol, jauuuuhhh banget level keindahan pemandangannya. Mungkin, the scenery can only be defeated by the route in Switzerland and Southern Germany. Yah, kalau di Swiss sih nggak usah ditanya lagi, ya. Mungkin indahnya nggak ada yang ngalahin. Rute favorit saya sampai sekarang adalah perjalanan dari York menuju Edinburgh melalui pantai timur Inggris yang melewati Newcastle dan Durham. Super bagus! Saya bisa melihat pantai, tebing-tebing putih, kota-kota kecil, jembatan yang menyeberangi muara, dan kapal-kapal. Ditambah dengan bonus langit biru dan awan putih? Unbelievable. Masih ada banyak lagi tipe-tipe pemandangan yang bisa dinikmati, tentunya sesuai dengan daerah yang dilewati oleh kereta. Pokoknya, tidak bosan-bosan melihat keluar jendela.

The downside…. Hmmm.. apa ya? Apa kurangnya moda transportasi kereta di UK. Selama yang saya alami, mungkin downside-nya adalah kita jadi tidak bisa fleksibel dalam merancang itinerary karena terpatok oleh jadwal kereta. Ini pun bisa disiasati karena biasanya, ada beberapa kali perjalanan menuju satu kota di dalam satu hari (kebanyakan untuk kota-kota besar). Selain itu, seperti yang juga telah disebutkan di atas, ada beberapa daerah yang agak sulit diakses dengan kereta – bisa karena daerah tersebut terpencil sekali. Nah, biasanya sih, untuk daerah-daerah ini, kita harus berganti kereta beberapa kali untuk sampai di tempat tujuan. Terakhir, berhubungan dengan aksesibilitas, tentunya harga tiket kereta ke tempat-tempat yang sulit dijangkau juga lebih mahal. Saya beruntung karena saat ini tinggal di Birmingham yang merupakan transportation hub bagi kereta. Hal ini menyebabkan harga tiket kereta ke dan dari Birmingham cenderung lebih murah. Dulu, saat masih tinggal di Hull, harga tiket kereta jauuuh lebih mahal. Lagi-lagi, hal ini bisa disiasati dengan membeli tiket dari jauh hari (harga tiket go-show super mahal) sehingga kita bisa mendapatkan best deal.
Intinya, I truly recommend you to try using train to travel around UK. Semoga bisa menjadi pengalaman tak terlupakan! Selamat naik kereta keliling UK.