Cara Cepat Belajar Bahasa Inggris

Seringkali saya mendapatkan pertanyaan mengenai cara cepat untuk bisa berbahasa Inggris dengan lancar. Sebenarnya, tulisan ini terinspirasi dari sebuah pertanyaan yang baru-baru ini saya dapatkan: Bagaimana cara menghafal dan mendapatkan banyak kosa kata dengan cepat?

Jujur, saya bingung. Maklum saja, saya merasa tidak sadar belajar bahasa Inggris. Saya merasa, bisa saja dengan sendirinya. Ditanya pertanyaan seperti itu membuat saya berpikir. Baca kamus? Ya, saya pernah melakukannya. Mungking saking tidak ada kerjaan, waktu SMP saya pernah membaca kamus setiap hari. Bodoh sih sebenarnya karena membaca kata dan arti tanpa menempatkannya pada suatu konteks justru menimbulkan kebingungan. Lalu jawaban saya berikutnya adalah membiasakan diri dengan berbagai materi berbahasa Inggris, seperti buku, koran, program di TV, dan radio. Berbagai media tersebut memang bisa digunakan untuk membantu belajar bahasa Inggris. Lagi-lagi, hingga sekarang saya melakukannya. Bahkan ekstrimnya, dulu saya benar-benar tidak mau menonton film berbahasa Inggris dengan terjemahan. Selalu saya matikan sehingga saya ‘dipaksa’ untuk mengerti apa yang dibicarakan orang-orang di film itu. Tidak puas dengan jawaban tersebut, ada lagi cara lain yaitu dengan menghafalkan kosa kata secara tematik. Ini yang paling mudah karena struktur pengetahuan kita, kalau menurut Piaget, seperti peta yang menghubungkan suatu konsep dengan konsep lain. Saya langsung teringat kamus bahasa Inggris pertama saya yang memang bentuknya tematik. Saya teringat juga guru bahasa Jerman saya pernah memaksa seluruh muridnya untuk me-label barang-barang di sekitar kami dengan kosa kata bahasa Jerman sehingga kami selalu ingat – ini berlaku ketika belajar tentang barang-barang sehari-hari, ya.

Dari seluruh tips di atas, sepertinya satu benang merah bisa ditarik. Belajar bahasa membutuhkan latihan karena bahasa bukan hanya pengetahuan, tetapi juga keterampilan. Keterampilan bahasa, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, berarti “ kecakapan seseorang untuk memakai bahasa dalam menulis, membaca, menyimak, atau berbicara”. Kata kerja di dalam definisi tersebut adalah ‘memakai’. Jadi, bagaimana cara belajar bahasa Inggris? Ya dipakai! As simple as that! Masalahnya…. banyak masalahnya. Tidak tahu mau menggunakan dimana, malu belum lancar, tidak tahu kosa kata yang tepat, dan lain-lain. Sayangnya, alasan tersebut tidak akan berlaku kalau dipaksa, kan? Mau tidak mau, suka tidak suka.

Bicara mengenai paksa memaksa, saya ingin berbagi pengalaman saya yang dipaksa belajar bahasa Inggris. Tidak dari SMP, tidak dari SMA, saya dipaksa berbahasa Inggris sejak sebelum masuk TK. Mungkin ada yang lalu berkomentar, kejam ya orang tua saya? Dulu, saat malas-malasnya belajar bahasa Inggris, tentu saya menganggap orang tua saya kejam. Sekarang? Saya merasakan sekali besar manfaat dari keterpaksaan saya berbahasa Inggris itu. Sekarang, kalau mendapat pertanyaan “Jadi, Za, berapa lama kamu belajar bahasa Inggris?”, jawaban saya adalah “My whole lifetime”.

Sejarah belajar bahasa Inggris saya dimulai ketika orang tua saya menggabungkan saya dengan sebuah kelompok kecil anak-anak seusia saya, sekitar 3-4 tahun, yang bersama-sama bermain sambil belajar. Saat itu, guru bahasa Inggris saya ‘bule’ tulen yang berasal dari Australia. Kami akan datang di sore hari setiap seminggu sekali ke rumahnya. Saya ingat, Beth namanya. Disana, kami melakukan banyak kegiatan, seperti mewarnai, menggambar, dan mainan-mainan anak kecil lainnya. Lalu bahasa Inggris-nya dimana? Anak sekecil kami, yang bahasa Indonesia pun masih minim sekali, lalu harus mengerti dan berkomunikasi dengan Beth yang bahasa Inggrisnya pun Australian sekali. Tentu saja saat itu saya…. tidak mengerti sama sekali! Walaupun tidak mengerti dan sulit berkomunikasi, saya ingat bahwa saya suka sekali datang ke rumah Beth. Berhasil kah saya berbahasa Inggris? Oh, tentu tidak! Sedih ya? Hehe.. Tapi, waktu itu manalah saya mengerti tentang malu kalau tidak bisa karena anak kecil memang banyak tidak bisanya. Saya ambil saya positif-nya, senang-senangnya. Orang tua saya pun tidak pernah memaksa saya untuk menggunakan bahasa Inggris (pada saat itu).

Masuk SD, saya pun beralih ke lembaga kursus bahasa Inggris yang lebih ‘proper’ dengan guru-gurunative speaker, atau ‘bule’ asli. Dengan kemampuan yang sedikit lebih karena sudah terbiasa mendengar kata-kata berbahasa Inggris, masuklah saya ke level 2 untuk anak-anak. Hingga awal kelas 6 SD, saya tidak pernah berhenti kursus bahasa Inggris. Saya berhenti ketika kelasnya sudah habis alias mentok. Saya sudah masuk di kelas anak-anak, hingga remaja, hingga kelas dewasa – ya, di usia saya yang masih SD saat itu. Pintar dong, saya? Hahaha lagi-lagi jawabannya tentu tidak. Beberapa kali ujian bahasa Inggris saya mendapat nilai ‘Poor’. Tidak mengerti struktur bahasa atau yang biasa dikenal sebagai ‘grammar’, itulah masalah saya. Membaca,  mendengar, dan berbicara, semua saya bisa. Mengisi pilihan ‘grammar’? 0 lah nilai saya. Memalukan juga kalau diingat-ingat.

Tidak hanya di tempat kursus, saya pun harus berbahasa Inggris di rumah. Ya, setidaknya pada saat makan malam. Saya ingat, orang tua saya memberlakukan aturan bahwa kami semua hanya boleh berbahasa Inggris saat makan malam. Mau tidak mau, ini harus kami lakukan. Dengan bahasa Inggris yang minim, tidak apa-apa! Yang penting mencoba. Pembiasaan ini, saya rasakan sekali manfaatnya saat ini. Jangan pernah menyepelekan kondisi apapun karena kita bisa berlatih bahasa Inggris dimanapun dan dengan cara apapun. Selain itu, saya juga mulai membaca buku berbahasa Inggris pada saat SD. Buku berbahasa Inggris pertama yang saya baca adalah Harry Potter. Ngerti, Za? Not at first. Saya berhenti di bab pertama dan beralih ke buku bahasa Indonesianya. Setelah itu, saya coba baca lagi buku yang berbahasa Inggris sampai selesai.

Selain orang tua saya, saya ingat dulu sekali waktu saya belum masuk sekolah, saya sering diajak oleh nenek saya pada saat ia kursus bahasa Inggris bersama ibu-ibu Dharmawanita. Saya sih tidak ingat apa yang dibicarakan dan dipelajari saat itu karena saya masih terlalu kecil. Tapi saya ingat, ketika saya mulai mengerti bahasa Inggris, nenek saya sering menggunakan bahasa tersebut untuk berbicara dengan saya mengenai hal-hal yang ‘rahasia’. Maksudnya, hal-hal yang tidak boleh diketahui adik-adik sepupu saya. Dulu saya sering menginap di rumah nenek saya bersama dengan adik dan adik-adik sepupu saya. Saat ingin berbicara mengenai hal yang ‘rahasia’, nenek saya menggunakan bahasa Inggris. Senang rasanya saat itu karena dianggap dewasa oleh nenek saya. Haha.

Intinya, selama bersekolah hingga SMA, saya tidak pernah diperbolehkan berhenti kursus bahasa Inggris. Orang tua saya tidak terlalu peduli dengan hasil ujian bahasa Inggris saya atau berapa kali saya absen kelas bahasa Inggris. Mereka hanya ingin saya kursus agar terus-menerus melatih kemampuan saya berbahasa Inggris. Lucunya, saat SMP saya baru menyadari bahwa nilai bahasa Inggris saya di sekolah cukup bagus, tetapi saya tidak pernah bisa menjelaskan mengapa saya memilih jawaban tertentu untuk pertanyaan tertentu. Saya tidak tahu alasan saya memilih jawaban yang benar. Saya selalu bilang, “Pakai perasaan saja”. Tentunya, semakin lama saya tidak bisa selalu mengandalkan perasaan karena banyak bahasa Inggris yang saya gunakan merupakan bahasa tidak formal. Di SMA, saya ingat sekali saat satu kelas saya diharuskan menulis 12 jenis tenses dalam bahasa Inggris beserta dengan contohnya. Saat itu lah saya baru mengerti mengenai logika struktur dalam bahasa Inggris. Bahasa Inggris menjadi semakin mudah dimengerti, sekarang tidak hanya dalam hal membaca, mendengarkan, dan berbicara, tetapi juga dalam hal struktur bahasa.

Di perkuliahan, sebagian besar buku yang digunakan berbahasa Inggris. Hal ini membantu saya untuk selalu berlatih menggunakan bahasa Inggris. Selain itu, saya juga mulai menerapkan kemampuan bahasa Inggris saya dalam mengajar. Saya mengajar bahasa Inggris untuk siswa SD, SMP, SMA, kuliah. Niat saya hanya satu, membantu. Tidak berarti saya lebih pintar dari orang-orang yang saya ajar, saya mungkin lebih banyak berlatih. Hingga saat ini, saya masih menggunakan bahasa Inggris dalam kehidupan saya sehari-hari. Bahkan, kalau diingat-ingat lagi, saya mendapatkan semua pekerjaan saya karena keterampilan saya berbahasa Inggris. Lucu, ya? Tidak pernah kuliah jurusan sastra Inggris atauTeaching English as Foreign  Language tapi kok jadi guru bahasa Inggris?

Lalu, bagaimana cara cepat berbahasa Inggris? Tidak ada. Keterampilan bahasa membutuhkan latihan. Menjadi lancar menguasai bahasa tertentu membutuhkan waktu, banyak untuk beberapa orang dan sedikit untuk orang-orang lain. Saya tidak belajar bahasa secara instan. Saya belajar dengan perjuangan. Selamat berlatih berbahasa Inggris!

*Tulisan ini dibuat hanya untuk berbagi pengalaman dan tidak menunjukkan bahwa bahasa Inggris lebih penting dari bahasa lain, ya. Saya masih berbahasa Indonesia dan masih belajar bahasa-bahasa lainnya juga. 🙂

Jan 12, 2016

6 thoughts on “Cara Cepat Belajar Bahasa Inggris

  1. Wow.. kerja keras yang luar biasa. Sangat menginspirasi. Keren banget ceritanya. Bukti belajar bahasa itu memang tidak instants. hehe.

    Ini http://www.britishenglishclass.com/ yang saya tau lembaga yang memfasilitasi kursus bahasa Inggris online dengan guru2 berkualitas.

    Ada reviewnya di http://www.emakgaoel.com/2016/04/kursus-bahasa-inggris-online-lewat.html?m=1

    Guru2nya enggak semuanya adalah lulusan sastra Inggris tp siapa aja yang punya passion mengajar bahasa Inggris. Rasanya pingin klo ada orang yang belajar seperti Anda bisa ngajar. Pasti seru.

    Like

  2. kereenn masnya,,,,,bagus banget makasie sharenya. saya juga baru BENAR – BENAR memulainya setahun belakanan ini dan usia saya sudah kepala tiga hehehe. tidak kursus apapun,,hanya mencari beberapa native speakers dan berlatih berbicara setiap hari dengan mereka online.sangat bermanfaat dan sudah lumayan menurut saya sie,,

    Like

  3. saya lagi buka-buka artikel “bagaimana cara mengajarkan bahasa inggris pada anak usia dini” dan akhirnya sampai kesini… tulisannya bagus mba za… sangat menginspirasi saya sebagai orang tua untuk mengajarkan pada anak… sukses mba zaa….

    Like

Leave a comment