Academic Writing 101: Part 1

Beberapa kali saya mendapat pertanyaan bagaimana cara agar mendapatkan nilai distinction di esai yang dikumpulkan untuk tugas akhir suatu mata kuliah di perkuliahan pascasarjana di Inggris. Jelas, saya bukan ahlinya dalam hal ini. Banyak orang yang memiliki kredibilitas lebih untuk berbicara mengenai hal ini, bukan saya yang mendapatkan nilai distinction saja bisa dihitung dengan jari. Namun, saya ingin berbagi (disamping cape juga ya, menjawab pertanyaan yang sama berkali-kali) mengenai bagaimana menulis sebuah esai dengan standar academic writing yang baik. Untuk membuat tulisan ini, saya merujuk pada pengalaman saya, sebuah materi kuliah yang diberikan oleh Dr. Natalia Vershinina dari Birmingham Business School, kuliah online mengenai academic writing skills, dan berbagai websiteuniversitas terkemuka di Britania Raya (tautan dari website tersebut akan saya lampirkan kemudian). Berbagai sumber tersebut akan saya elaborasi untuk memberikan sedikit penjelasan mengenaiacademic writing. Tentunya, kalau Anda ingin penjelasan yang lebih terpercaya dan reliabel, silahkan datang ke academic support service yang pasti ada di setiap universitas. Mereka akan memberikan penjelasan dan arahan yang sangat membantu untuk meningkatkan keterampilan menulis akademis.

Pertama-tama, apa sih bedanya academic writing dan menulis biasa? Tentunya perbedaan paling mendasar adalah dalam hal tujuan penulisan. Namanya saja academic writing, tentu saja tujuan dari tulisan tersebut adalah untuk membahas suatu isu dari sudut pandang akademis. Lalu, ada banyak hal yang menjadi konsekuensi dari academic writing, seperti bahasa yang harus formal, logika berpikir yang harus jelas, dan tulisan yang menggunakan referensi yang baik. Etika penulisan dan etika ilmiah lain juga perlu diperhatikan, tentunya sesuai dengan bidang ilmu masing-masing.

Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam academic writing. Saya akan membagi hal-hal tersebut ke dalam enam kategori. Ini adalah kategori saya pribadi, hasil dari elaborasi saya terhadap berbagai sumber yang telah disebutkan. Kategori-kategori tersebut adalah dasar academic writing, critical thinking, menulis argument dalam academic writing, fokus penulisan, konsultasi pada ahli, dan latihan menulis.

Dasar Academic Writing

Apabila Anda pernah mengikuti kelas persiapan IELTS, tentunya Anda pasti pernah mendengar mengenai dasar academic writing. Terdapat tiga bagian dari academic writing, yaitu content, organization, dan language – isi, struktur, dan bahasa. Untuk membuat sebuah tulisan yang baik, secara umum, ketiga hal tersebut harus dipenuhi. Bagi saya, ketiga hal tersebut tidak hanya harus ada di dalamacademic writing, tetapi dalam semua bentuk tulisan.

1.      Isi

Isi dari tulisan adalah nyawa. Menurut saya, ini adalah hal yang menentukan keberhasilan tulisan. Isi dari sebuah esai akademis harus bisa menjawab pertanyaan atau permasalahan yang menjadi fokus dari tulisan tersebut. Tentunya, pertanyaan atau permasalahan tersebut tertuang di judul esai yang ditulis. Isi sebuah tulisan akademis biasanya terdiri dari teori, ide, bukti, dan contoh-contoh yang relevan dengan topik yang diangkat. Tulisan dengan isi yang tidak relevan tidak akan mendapatkan nilai yang baik, meskipun memiliki struktur yang baik dan ditulis dengan bahasa yang sempurna.

2.      Struktur

Struktur esai mencerminkan logika berpikir si penulis. Walaupun isi dari esai tersebut sangat baik, apabila tidak didukung dengan struktur yang jelas dan tepat, tentu orang yang membaca akan sulit mengerti tulisan tersebut. Secara umum, struktur dari sebuah esai akademis terdiri dari pendahuluan, isi, dan kesimpulan. Seluruh bagian tulisan harus terkait satu sama lain sehingga pembaca dapat mengerti alur berpikir si penulis. Berkesinambungan, bahasa sederhananya.

Bagian pendahuluan sebaiknya berisi mengenai pengenalan topik yang dibahas di esai dan alur penulisan esai tersebut. Bagi saya, pendahuluan harus dibuat dengan menarik dan harus menggunakan bahasa yang sederhana sehingga pembaca tidak mundur teratur. Siapa yang suka dihadapkan dengan tulisan yang dari awal saja sudah membuat pusing kepala?

Kemudian, bagian isi merupakan diskusi penulis mengenai topik yang diangkat. Bagian ini harus pelan-pelan mengarahkan pembaca kepada jawaban dari masalah atau argument penulis terhadap isu tertentu. Biasanya, bagian ini adalah bagian yang paling susah, sekaligus paling mudah. Mengapa? Susah karena menyusun diskusi dari berbagai teori dan hasil penelitian hingga menjadi suatu bagian yang mengalir dengan baik dan mudah dimengerti bukanlah hal yang sederhana. Mudah, karena di bagian ini, penulis tidak perlu sering-sering memutar otak untuk menyampaikan argumen pribadi. Kunci di bagian ini adalah kemampuan elaborasi dan kemampuan untuk melakukan paraphrase.

Akhir dari sebuah esai akademis adalah kesimpulan. Setelah pusing-pusing merangkai bagian diskusi, kesimpulan ini biasanya tidak lebih dari satu atau dua kalimat. Cape-cape menulis 2000 kata hanya sekalimat lah jadinya. Kesimpulan adalah jawaban dari pertanyaan yang dibahas di dalam esai tersebut. Kesimpulan juga bisa merupakan argumen si penulis mengenai suatu topik. Tentunya, kesimpulan didapatkan dengan mempertimbangkan berbagai hal yang sebelumnya didiskusikan di bagian isi esai. Pengalaman saya, seringkali orang-orang susah untuk move on dari pembahasan sehingga di kesimpulan pun, masih ada sedikit-sedikit pembahasan colongan. Hal ini sebaiknya dihindari karena kesimpulan harusnya menutup esai, bukannya membuka diskusi kembali. Selain kesimpulan, pada bagian akhir esai, Anda juga bisa menambahkan sedikit saran terhadap topik yang dibahas.

Saya selalu melihat struktur sebuah esai seperti cermin (well, at least di bayangan saya ini seperti cerita cermin cekung-cembung pada saat SMP). Bagian pendahuluan menceritakan suatu topik secara fokus, lalu melebar untuk eksplorasi berbagai teori dan hasil penelitian mengenai topik tersebut. Lalu, menuju akhir dari esai, fokus kembali menyempit untuk menarik kesimpulan dari diskusi. Akhirnya adalah suatu titik, titik fokus dari cermin (atau lensa atau apalah itu, saya tidak jago fisika). Mudah-mudahan penjelasan ini bisa Anda mengerti, despite perumpamaan saya yang abstrak.

3.      Bahasa

Aspek ini adalah yang biasanya paling ditakuti oleh international students. Iya lah, secara bahasa Inggris bukan bahasa utama yang digunakan sehari-hari. Mungkin, esai-esai saat pascasarjana ini adalah percobaan pertama menulis dalam bahasa Inggris formal. Masalahnya, concern yang paling besar ini, justru kontributor paling kecil dalam nilai. Ya, tentunya bahasa yang tidak bisa dimengerti akan membuat esai Anda gagal karena si penilai tidak mampu mencerna apa yang Anda sampaikan. Tapi, ketika bahasa Anda cukup bisa dimengerti, salah-salah sedikit di bagian grammar masih bisa ditoleransi (wah, ini tapi bahaya ya, terhadap kelangsungan bisnis proofreading saya). Aspek bahasa tidak hanya mencakup grammar, tapi juga kosa kata yang Anda gunakan. Keluasan dan ketepatan kosa kata yang digunakan akan menjadi nilai lebih. Kebanyakan proofreader berperan penting di aspek ini, meskipun ada juga lembaga proofreader professional yang menyediakan layanan yang lebih komprehensif untuk memberikan masukan mengenai aspek-aspek lain dari esai akademis Anda – dengan biaya yang lebih, tentunya.

Tulisan yang memperhatikan ketiga aspek diatas adalah tulisan yang baik. Saya jamin, Anda tidak akan tidak lulus. Tapi, kita tidak hanya mencari lulus, kan? Kita mencari distinction! (Iya, bermimpi setinggi langit itu wajib supaya kalau gagal, jatuhnya di merit, ya kan?). Nah, kategori-kategori selanjutnya lah yang menentukan seberapa baik nilai kelulusan Anda.

~ stay tuned

Jan 22, 2016

Advertisement

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s