Home Away from Home: Pendidikan (Primary School)

Pembahasan minggu ini merupakan postingan lanjutan untuk seri pendidikan anak di Inggris yang akan lebih rinci menjelaskan tentang reception dan primary school. Untuk anda yang membawa serta anak dengan rentang usia 4-11 tahun, maka rasanya perlu untuk mencermati hal-hal terkait dengan jenjang pendidikan dasar ini. Tulisan ini, lagi-lagi, kami sampaikan dengan dasar pencarian dokumen-dokumen terkait pendidikan SD dari pemerintah UK (https://www.gov.uk/government/uploads/system/uploads/attachment_data/file/210969/NC_framework_document_-_FINAL.pdf) dan Birmingham City Council (http://www.birmingham.gov.uk/online-admissions) serta hasil wawancara kami dengan Mbak Lutvi Suroya, seorang warga Indonesia yang tinggal di Birmingham yang memiliki 3 orang anak yang bersekolah di jenjang sekolah dasar. Berikut ini penjelasan kami.

 

Pendahuluan

Sekolah dasar, atau primary school, dimulai dari jenjang kelas Reception hingga Year 6. Reception class mungkin semacam TK B apabila disandingkan dengan sistem pendidikan dasar di Indonesia. Kelas ini berfungsi sebagai kelas transisi antara TK (Nursery) dan SD (Year 1). Ada beberapa sekolah yang menamai fase mulai dari Reception hingga Year 2 sebagai ‘Infant School’. Setelah itu, siswa kelas 3-6 berada pada tahap ‘Junior School’. Nah, perpindahan dari Infant School ke Junior School pun membutuhkan proses ulang pendaftaran sekolah. Ya, jadi anggap saja tahap SD ini dibagi menjadi 2.

 

Mendaftarkan Anak ke Sekolah Dasar

Beberapa state primary school biasanya juga mempunyai nursery dan reception dalam satu manajemen, meskipun terkadang ada pula yang letak bangunannya terpisah. Dalam hal ini, jika putra-putri anda sudah bersekolah di nursery dan ingin melanjutkan di jenjang primary school yang sama, maka anak tidak bisa otomatis masuk dan diakui status kesiswaannya, melainkan tetap harus melakukan pendaftaran ulang dan mengikuti tahapan screening untuk level reception yang ada. Sistem pendaftaran pun menganut siapa cepat dia dapat, alias kuota yang tersedia tetap terbatas dan bergantung kepada siapa yang terlebih dahulu mendaftar. Memang ada kecenderungan adanya prioritas bagi calon murid yang berasal dari nursery yang sama, akan tetapi anda tetap tidak boleh terlalu pede ya, karena kemungkinan tidak diterima juga tetap ada. Apabila anda datang ke Inggris pada tengah-tengah tahun ajaran baru, anda tetap bisa datang ke sekolah dan mencoba mendaftar. Setelah mendaftar, dan apabila diterima, maka pihak sekolah akan memberitahukan via telepon. Beberapa sekolah juga akan mengeset jadwal home visit untuk mengetahui kebenaran keberadaan tinggal anak dengan keluarga, melihat keseharian anak, serta membicarakan tentang peraturan sekolah dan makanan.

Sebaiknya mendaftar sekolah sejak dari Indonesia atau setelah sampai di Inggris? Nah, sebenarnya urusan sekolah anak ini juga tidak terlalu ribet kok ya, asalkan anda sudah mencari informasi sebelumnya. Jadi, saran kami sih, sebaiknya datang dan sampai dulu disini, kemudian setelah mendapat rumah tinggal baru mendaftar sekolah. Dengan begitu, selain anda dan anak bisa sedikit beradaptasi dengan suasana dan lingkungan sekitar, kemungkinan mendapatkan sekolah yang lebih dekat dengan lokasi rumah juga lebih besar. Meskipun demikian, jika anda tetap ingin mendaftar sejak sebelum sampai di Inggris, tidak mengapa. Namun, anda harus siap dengan risiko kehilangan kursi karena sekolah pasti akan mendahulukan calon murid yang mendaftar dan sudah berdomisili di lokasi terdekat.

Seperti yang telah disebutkan di atas, untuk mendaftarkan anak ke sekolah tertentu, Anda bisa langsung datang ke sekolah tersebut dan berbicara dengan pihak sekolah. Namun, beberapa tahun belakangan ini, pendaftaran sekolah sudah bisa dilakukan secara online. Hal ini tentu memudahkan orang tua karena tidak perlu mendatangi satu per satu sekolah tujuan (in case anak tidak diterima di sekolah tujuan utama). Melalui sistem online, anak akan langsung dirujuk ke sekolah terdekat dengan rumah dan apabila kuota sekolah tersebut telah penuh, secara otomatis anak akan dipindahkan ke sekolah lain yang terdekat dengan lokasi rumah.

Dokumen apa saja yang diperlukan pada saat mendaftarkan anak ke sekolah? Sederhana. Tidak seperti sistem pendaftaran sekolah di Indonesia yang mengharuskan orang tua menyiapkan belasan dokumen serta menyiapkan anak untuk ikut tes, di Inggris, mendaftarkan anak ke sekolah hanya membutuhkan akte kelahiran anak serta bukti yang menunjukkan alamat tempat tinggal. Akte kelahiran digunakan untuk mengetahui usia anak, yang berkaitan dengan jenjang kelas anak, sedangkan bukti tempat tinggal digunakan untuk mengetahui apakah benar anak tersebut mendaftar di sekolah yang memang dialokasikan untuk daerah tempat tinggal tersebut. Selain itu, orang tua juga diminta untuk mengisi formulir pendaftaran dari internet apabila mendaftar online atau dari sekolah langsung apabila langsung mendaftar ke sekolah. Ingat, tidak ada pungutan biaya sepanjang proses pendaftaran ini, ya.

 

Perlengkapan Sekolah

Awal masuk sekolah bagi anak identik dengan berbelanja perlengkapan sekolah, seperti buku, tas, sepatu, dan lain-lain. Di inggris, perlengkapan yang diperlukan diantaranya adalah seragam sekolah. Seragam sekolah, selain melalui online shopping, tersedia juga di toko-toko yang umum seperti ASDA, Tesco, dan sesekali di ALDI dengan harga standar. Selain itu, seragam sekolah dapat juga dibeli di departemen store menengah ke atas seperti di Mark & Spencer, debenhams, dan BHS, tentunya dengan harga yang lebih mahal. Selain itu, siswa sekolah di Inggris juga dianjurkan untuk memakai sepatu hitam yang juga bisa diperoleh di supermarket tersebut di atas. Namun, ada juga perlengkapan sekolah yang harus dibeli di sekolah karena ada badge atau logo sekolah sebagai penanda identitas. Barang-barang tersebut adalah tas sekolah, dan jumper atau cardigan. Cukup sudah acara beli-beli perlengkapan sekolah di Inggris. Bagaimana dengan buku?

Peralatan belajar seperti alat tulis dan buku pelajaran sepenuhnya difasilitasi gratis dari sekolah, dimana siswa akan dipinjami buku ajar sesuai dengan materi yang diajarkan selama di sekolah. Pada akhir kelas, peralatan tersebut akan disimpan di sekolah pada rak yang ditentukan sesuai dengan nama mereka, lalu siswa hanya akan membawa pulang buku untuk homework dan latihan saja. Buku pelajaran yang free ini khusus untuk buku ajar wajib saja. Artinya, jika orang tua merasa perlu untuk mencarikan buku tambahan di luar buku materi utama, maka dipersilahkan untuk membelinya secara bebas di toko buku. Selain buku pelajaran, para siswa akan diberikan pinjaman buku sebagai bahan bacaan selama di rumah, dimana setiap minggunya buku cerita ini akan dikembalikan untuk memperoleh buku yang lain, dan anak-anak bebas memilih judul buku sesuai keinginan mereka. Dengan begitu, diharapkan minat baca anak akan meningkat dan wawasannya bertambah karena mereka dapat membaca beragam judul buku secara kontinyu.

Sama halnya seperti kelompok nursery, siswa primary school juga diwajibkan membawa bekal makanan (meal) untuk makan siang bersama di sekolah. Sebenarnya sekolah menawarkan paket meal gratis untuk year 1-2 saja, sedangkan untuk year 3 dan seterusnya orangtua harus membayar sekitar GBP 11-15 untuk penyediaan makan selama satu minggu. Menu yang disediakan sebenarnya tidak mengandung olahan daging, akan tetapi untuk murid yang muslim, anda bisa menanyakan apakah disediakan opsi menu halal atau vegetarian. Namun, jika tetap kurang yakin dengan kehalalannya dan juga agar bisa lebih berhemat, murid diperkenankan membawa bekal sendiri dari rumah.

 

Kegiatan Sekolah

Kurikulum dan Pelajaran

Mengenai kurikulum, siswa Reception mengikuti kurikulum yang disebut EYFS (Early Years Foundation Stage), siswa kelas 1-2 mengikuti kurikulum yang disebut Key Stage 1, dan siswa kelas 3-6 mengikuti kurikulum yang disebut Key Stage 2. Apa sih yang dipelajari di kurikulum-kurikulum tersebut?

Seperti yang telah dijelaskan di atas, kelas reception digunakan sebagai jembatan antara TK dan SD. Oleh karena itu, siswa di kelas ini masih “bermain”, tetapi juga mulai serius belajar. Di kelas ini, siswa mulai belajar membaca dan menulis, walaupun porsi-nya masih tergolong sedikit. Di kelas ini, siswa dibebaskan untuk memilih kegiatan yang ia inginkan, meskipun kadang-kadang guru memimpin siswa dalam belajar sesuatu, misalnya matematika. Pada sebagian besar hari, siswa terlihat ‘bermain-main’ saja di dalam kelas. Jadi, tidak ada jadwal pelajaran atau buku tugas bagi siswa. Mereka bisa memilih apa yang ingin mereka lakukan sepanjang hari. Namun,  guru-guru sigap melakukan observasi dan mencatat kemajuan siswa dalam bidang-bidang tertentu, seperti dalam hal sosialisasi dan kemandirian. Catatan hasil observasi ini lah yang digunakan untuk melaporkan kemajuan siswa.

Perbedaan antara Key Stage 1 dan Key Stage 2 terletak pada pendekatan guru dalam proses pembelajaran. Tentunya, karena perbedaan usia anak, guru bisa mengatur seberapa banyak kontrol yang ia berikan di dalam kelas. Anak-anak di jenjang Key Stage 2 diberikan lebih banyak kebebasan untuk mengatur proses pembelajaran mereka sendiri. Tugas-tugas yang diberikan lebih menantang dan menuntut mereka untuk lebih banyak berpikir secara kritis dan kreatif. Namun, dalam hal mata pelajaran, keseluruhan jenjang SD memiliki mata pelajaran wajib yang sama. Ada tiga mata pelajaran wajib yang harus diberikan oleh semua sekolah, yaitu English (membaca dan menulis), Math, dan Science. Selain itu, setiap sekolah wajib memberikan pelajaran Religious Education (RE). Nah, ini bukan pelajaran agama seperti di Indonesia, ya. Dalam RE, siswa belajar semua agama, tapi bukan dari perspektif praktik dan internalisasi nilai, melainkan dari sisi sejarah. Selain pelajaran utama, sekolah dapat memilih beberapa dari pelajaran tambahan yang terdiri dari computing, creative arts, humanities, citizenship, design and technology, languages (bahasa asing), geography, music, dan physical education (pendidikan jasmani). Jadi, mata pelajaran yang didapatkan oleh siswa bisa saja berbeda di setiap sekolah.

Metode Belajar dan PR

Lalu, bagaimana proses pembelajaran di dalam kelas? Di Inggris, metode yang digunakan dalam belajar adalah metode tematik. Jadi, bagi Anda yang sudah merasakan kurikulum 2013, mungkin ini agak-agak mirip. Di setiap term, guru memilih satu tema yang dijadikan acuan untuk mengarahkan pembelajaran. Setiap mata pelajaran juga akan mengacu dan membahas tema tersebut. Meskipun struktur di dalam kelas cukup fleksibel, guru tetap memiliki jadwal pelajaran. Hal ini juga membedakan antara Reception dan Primary. Lagi-lagi, siswa adalah pusat pembelajaran sehingga guru tidak banyak ‘berceramah’ di depan kelas, tetapi siswa banyak melakukan kegiatan dan mengarahkan proses belajar mereka sendiri.

Oh iya, di sini anak tidak banyak mendapatkan pe er (homework), bahkan bisa dibilang sangat jarang. Biasanya saat libur half-term tiba, anak akan diberikan pekerjaan rumah dengan harapan untuk mengisi waktu luang dan tetap menjaga rutinitas belajar selama liburan. Bagi anak-anak yang memiliki bahasa ibu non-Inggris, biasanya pada saat baru saja pindah sekolah, anak diberikan agak lebih banyak PR. Hal ini berguna untuk mengakselerasi adaptasi anak dalam berbahasa Inggris. Oleh karena itu, orang tua tidak perlu terlalu khawatir anak tidak bisa mengejar ketertinggalan karena mereka juga di-support oleh sekolah.

Kegiatan Sekolah

Kegiatan siswa diseimbangkan antara di dalam maupun luar sekolah, dan pelaksanaanya mengikuti topik yang sedang di sampaikan di dalam kelas. Misalnya, saat materi sains diajarkan, akan ada kegiatan mengunjungi museum sains. Topik tentang geologi dan lingkungan akan dilengkapi dengan kunjungan anak ke taman flora dan fauna atau kebun binatang, dilanjutkan lagi dengan kegiatan menonton film bersama bioskop dengan tema pengetahuan alam. Hal ini cukup menarik bagi siswa, karena dengan begitu mereka memperoleh gambaran secara utuh baik dari sisi materi tertulis maupun penerapan melalui sisi praktikal (teknis). Selain kegiatan di luar sekolah, fasilitas penunjang belajar anak yang disediakan juga sangat bagus, misalnya untuk memperdalam skill bermain alat musik, anak-anak diperbolehkan meminjam dan membawa pulang salah satu instrumen untuk berlatih di rumah. Waah, sungguh menakjubkan mengetahui bahwa sekolah di sini memiliki totalitas yang luar biasa dalam hal penyediaan fasilitas dan pengelolaannya.

Jika di Indonesia terdapat banyak ekstrakurikuler, di Inggris juga ada kegiatan di luar jam sekolah yang biasa disebut after school club. Kegiatan ini tidak wajib, tetapi jika siswa ingin turut serta, biasanya akan dikenai biaya sebesar GBP1-3 setiap event. Anak-anak bisa berlatih gardening, art, musik, dan bisa berlatih drama maupun kegiatan lain yang sifatnya dilakukan mengasah nilai teamwork mereka.

 

Evaluasi Pembelajaran

Sistem penilaian yang diterapkan di sekolah di Inggris sangat fair. Artinya, berimbang antara usaha dan hasil akhir yang dicapai anak didik sehingga apabila ada anak yang hasil akhirnya tidak terlalu tinggi, guru akan melihat sejauh mana effort yang dilakukan dan dari situ akan ada penilaian untuk mengapresiasi proses yang ditempuh oleh siswa. Sebagai contoh, ada anak yang bahasa utama nya bukan bahasa Inggris, biasanya pencapaian untuk reading dan writing akan berada di bawah temannya yang menggunakan English sebagai bahasa utamanya, namun karena sikap dan antusiasme anak yang besar untuk belajar dalam materi ini, maka effort nya bisa jadi akan diapresiasi sangat baik oleh para pengajar. Rapor yang diberikan akan mencakup penjelasan detail untuk masing-masing pelajaran baik wajib maupun tambahan, termasuk bagaimana sikap anak, kekurangan dan kelebihan mereka dalam menghadapi mata pelajaran yang ada.

 

Hubungan Sekolah dan Orang Tua

Sama halnya dengan yang terjadi di Indonesia, sekolah juga berusaha untuk melibatkan orang tua dalam kegiatan-kegiatan sekolah. Oleh karena itu, keaktifan orang tua dalam menghadiri acara-acara tersebut sangat diharapkan. Gunanya, selain agar terbangun komunikasi antara sekolah dan orang tua juga untuk membuat anak lebih bersemangat karena melihat orang tua terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang ia ikuti.

Pertemuan sekolah dan orang tua biasanya terjadi di awal tahun ajaran. Rapat orang tua, atau parent’s meeting, digunakan sebagai sarana pengenalan orang tua dengan sekolah dan sebagai media sosialisasi berbagai kebijakan sekolah. Pada acara ini, orang tua dapat bertanya dan berinteraksi dengan guru serta orang tua lain. Orang tua juga dapat menyatakan concern mereka terhadap suatu isu. Apabila ada keluhan atau aspirasi yang ingin disampaikan diluar rapat orang tua, biasanya orang tua dapat berkomunikasi dengan guru dan sekolah melalui email atau dengan datang langsung ke sekolah. Pertemuan tatap muka antara orang tua dan guru juga terjadi pada saat penerimaan ‘rapor’ anak. Pada sesi ini, guru akan memberikan laporan mengenai perkembangan anak dan orang tua juga dapat bertanya mengenai hal tersebut pada guru.

Keterlibatan orang tua dalam kegiatan belajar juga ditunjukkan melalui kegiatan-kegiatan sekolah yang melibatkan anak dan orang tua. Biasanya, orang tua diundang untuk datang menonton pertunjukan musik atau drama yang dilakukan oleh anak-anak. Selain itu, beberapa sekolah juga memiliki waktu khusus ‘assembly’ yang digunakan oleh siswa untuk menunjukkan hal yang telah mereka pelajari di kelas. Penampilan ini dapat dilihat oleh orang tua. Selain itu, ada juga bazaar dan hari olahraga yang juga membutuhkan partisipasi orang tua. Kali ini, orang tua tidak hanya berperan sebagai penonton, tetapi juga sebagai peserta. Nah, jangan harap kegiatan-kegiatan ini akan sering diadakan di akhir pekan. Seringnya, orang tua harus ‘izin’ dari pekerjaan di siang hari untuk dapat berpartisipasi. Oleh karena itu, siapkan diri untuk meluangkan waktu menghadiri acara-acara ini.

 
Ternyata cukup banyak juga ya, hal baru dan berbeda mengenai pendidikan di sekolah dasar di Inggris. Kami berharap tulisan ini dapat membantu memberikan gambaran bagi Anda yang akan datang membawa anak berusia SD. Minggu depan, kami akan kembali dengan artikel mengenai pendidikan jenjang sekolah menengah atas. Nantikan ya!

 

Photo source: http://www.talklist.co.uk/wp-content/uploads/2014/09/Primary-Schools-in-UK.jpg

Leave a comment